Alda memutar tubuhnya dan menampar udara sekali lagi. Dia sudah terbang cukup tinggi namun lokasi pertempurannya masih lumayan jauh.
“Ini menyebalkan, jika saja kekuatanku kembali sepenuhnya maka tidak perlu aku bersusah payah seperti ini.”
Melompat setinggi ini tidak akan menjadi masalah untuknya jika Alda memiliki kekuatan penuhnya atau setidaknya jika tangan kanannya lepas maka dia bisa terbang tanpa susah payah.
Alda bisa merasakan kekuatan besar dan suara pertarungan besar semakin dekat.
Dua bayangan besar bisa dia lihat berada di langit. Satu monster ular besar yang melayang di udara dengan misterius. Dia memiliki luka besar di punggungnya, itu tampak seperti luka lama yang kembali dilukai.
Tidak hanya itu, tampaknya sang ular sudah sekarat karena beberapa bagian tubuhnya mulai membusuk. Entah itu racun ataupun kutukan namun luar biasa karena ular itu bisa bertahan.
Sementara di sisi lainnya ada sosok dengan tubuhnya tertutupi jubah, dia membawa lentera dengan kepala tengkorak yang memiliki api kebiruan.
“Lentera itu ... aku merasa buruk dengannya.”
Alda merasakan kegelapan pekat melalui lentera yang dipegang orang itu.
Tepat saat itu si orang berjubah mengeluarkan api kebiruan dari seluruh tubuhnya. Insting Alda mengatakan itu sangat berbahaya.
Di sisi lain si ular besar mendesis ke angkasa dan mengumpulkan petir dalam jumlah besar di langit.
Alda bisa merasakan bahwa bentrokan besar akan segera terjadi.
‘Aku tidak bisa mendekat lebih dari ini.’
Alda memutuskan menghempaskan dirinya menjauh agar tidak terkena dampak. Saat ini dirinya tidak memiliki kemampuan untuk menahan dampaknya.
Meski dia bisa memperkuat tubuhnya secara fisik namun tidak dapat dihindari jika Alda akan terluka. Kekuatannya saat ini sedang di segel sehingga buruk untuk mengambil risiko.
“Kamu akan berakhir di sini, Jomungandr,” ujar orang berjubah.
Si ular besar tampak sedikit terkekeh, “Ha, siapa yang tahu?”
Petir besar dengan api kebiruan saling berbenturan. Langit mulai terbelah dan angin kencang berkecamuk. Alda membiarkan dirinya terbawa oleh angin selagi menyaksikan pertempuran besar di depan matanya.
Petir dan api harusnya seimbang namun tak butuh waktu lama sampai api melahap petir dan membakar Jomungandr.
Jomungandr mulai terjatuh dengan asap hitam keluar dari tubuhnya.
Alda menatap antara ular besar dengan pria berjubah secara bergantian. Sampai akhirnya tatapannya bertemu dengan sosok berjubah.
“Aku tidak menyadari kehadiranmu sama sekali. Bagaimana caramu datang ke sini?”
Alda terfokus pada sosok itu dan terbelalak. Dia terlambat menyadari kehadiran itu, identitas yang sebenarnya.
“Kamu ... bukan manusia.”
Itu bukanlah kehadiran yang biasanya akan dimiliki oleh manusia. Alda tahu betul tentang manusia meski baru kali ini dia meninggalkan tempatnya dan membaur dengan manusia.
Namun sejak saat itu dia sudah mengamati banyak jenis manusia. Ada manusia yang kuat dan lemah, pecundang juga pemberani serta lainnya. Kebanyakan dari mereka mengeluarkan kehadiran yang sama.
Meski ada beberapa kasus orang dengan kehadiran kuat ataupun unik seperti Arcturus, tetapi sejauh ini tidak ada yang seperti sosok di depannya.
“Aku adalah Zegion, Undead Lich. Siapa kamu? Ada aroma yang menakutkan menempel di tubuhmu.”
Alda menghempaskan tangannya sekali lagi untuk mencegah jatuh lebih jauh.
“Lich? Jadi seperti ini rupa Lich. Ayahku bilang bahwa Lich adalah makhluk menyedihkan.”
Ayahnya— naga yang dia anggap sebagai ayahnya pernah menjelaskan tentang kehadiran melenceng di dunia ini seperti Lich.
Dikatakan bahwa Lich dulunya adalah manusia yang melanggar aturan alam demi kekuatan hebat. Bahkan naga mengakui bahwa Lich cukup kuat namun tentunya itu masih tidak sebanding dengan naga.
Lich kuat karena dicintai oleh kegelapan dan bisa dikatakan kekuatannya tidak akan pernah habis. Namun tentunya mendapatkan kekuatan sebesar itu memiliki konsekuensi yang tak kecil.
“Lich itu sangat menyedihkan,” ujar Alda dengan tatapan simpatik. “Tidak hanya dibenci oleh matahari, kamu tidak punya kelamin untuk berhubungan badan—”
“Hell Fire!” Zegion melemparkan api kebiruannya menuju Alda.
Alda cukup terkejut karenanya namun dia dengan tenang mengayunkan pedangnya dan memotong apinya menjadi dua bagian.
“Mengapa kamu marah pada sesuatu yang benar adanya?” tanya Alda dengan nada jengkel.
Baginya aneh untuk seseorang marah saat ditampar oleh fakta yang ada.
“Kamu sendiri yang membuang kemanusiaan dan memilih melenceng, tetapi kamu juga yang marah saat orang menyebutkan kekuranganmu?”
Alda yakin bahwa Undead Lich itu aneh. Meski Alda tidak tahu apa bagusnya berhubungan badan, tetapi dia tahu betapa menyenangkannya berjalan di bawah matahari.
“Kamu banyak bicara untuk seorang wanita yang hanya punya otot!”
Zegion melemparkan lebih banyak api kebiruan ke arah Alda yang terjun bebas.
Alda mengayunkan pedangnya dan menendang udara untuk pindah dari posisinya serta jatuh lebih cepat lagi.
‘Berbahaya saat aku tidak punya pijakan maupun menggunakan sihir.’
Alda tahu betul tentang kekurangannya saat ini. Pertarungan udara sejak awal sudah mustahil dengan kondisinya yang sekarang.
Kondisinya mulai sulit karena bola api tidak ada habis-habisnya menghujani. Namun saat itu juga Alda teringat sesuatu yang baru dia ketahui dari Arcturus.
Alda menyarungkan kembali pedangnya dan memejamkan mata. Api terus menghujani namun akurasinya meleset semua.
“Aku adalah tuan pedangku—”
Zegion yang melihat itu tertawa senang, “Hahaha, bodoh! Kamu mencoba menyerangku bermodalkan pedang? Itu tidak berguna karena serangan fisik tidak berpengaruh pada Undead!”
Alda menarik sedikit pedangnya, bilahnya mulai mengeluarkan cahaya perak samar.
“Blade of Chaos!”
Dengan cepat Alda menghunuskan pedangnya. Garis keperakan panjang segera muncul dan membelah Zegion.
Awalnya Zegion masih memiliki senyum menyegarkan, sampai serangan itu tiba padanya dan memotong tubuhnya menjadi dua bagian.
“Hah—”
Untuk pertama kalinya Zegion merasakan kesakitan luar biasa seperti ini. Bahkan saat bertarung dengan Jomungandr, dia tidak merasakan sakit separah ini.
“ARGH!”
Zegion menjerit kesakitan. Sekalipun tubuhnya perlahan menyatu kembali namun rasa sakitnya tidak hilang.
‘Tebasannya menghancurkan jiwaku?! Apa-apaan dengannya?!’
Dia bisa merasakan bahwa energi jiwanya terserap oleh pedang Alda melalui serangan sebelumnya. Padahal dia tidak bersentuhan langsung dengan bilahnya, bagaimana bisa itu terjadi?
Alda sedikit tersenyum saat dia akhirnya bisa menginjakkan kakinya kembali di tanah.
“Alda kamu baik-baik saja?” Arcturus berlari menghampirinya dengan tergesa-gesa.
Alda juga bisa melihat ular besar sebelumnya sedang mengamatinya dengan seksama.
Alda segera menghentikan Arcturus yang berlari dengan tangannya, “Menyingkir sebelum terpanggang.”
Arcturus memandang langit dan menemukan Zegion yang terlihat murka. Dia tidak tahu apa yang terjadi, bagaimana bisa orang itu menjadi sangat marah.
“Aku menebas tubuhnya dengan pedangku namun itu tidak cukup untuk membunuhnya,” ujar Alda.
Segera Arcturus memahami situasinya. Atribut yang menyerap energi sangatlah berbahaya bagi makhluk seperti Undead.
Pada dasarnya Undead adalah jiwa yang menentang pergi ke dunia sana dan melekat pada dunia ini. Biasanya mereka memiliki penyesalan di masa lalu atau tujuan belum terlaksana yang membuatnya masih berada di dunia ini.
Lich tidak terkecuali. Meski Lich tetap di dunia dengan alasan yang berbeda, tetapi Lich adalah makhluk yang hanya tersisa jiwanya, tidak dengan tubuhnya.
Jiwa yang menolak menuju ke dunia sana dan tetap tinggal di dunia ini akan berbentuk sebagai energi. Dan, atribut langka seperti penyerap energi jelas sangatlah fatal bagi Undead.
Bahkan itu melebihi energi cahaya maupun air suci sekalipun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
V_Zie
Awokawok
2024-07-15
0
Kang_Wah_Yoe
👍👍👍👍👍🐣
2023-06-21
0
Ayano
Unik banget. Undead yang suka sinar matahari
Ada sekte baru rupanya
Bisa dijadikan inspirasi ini
2023-06-14
1