Arcturus hanya bisa melihat kegelapan yang abadi. Dia masih merasakan dirinya bernapas, mendengar detak jantungnya, meyakini tubuhnya melayang di ruang hampa. Dan, mendengar suara di tengah kekosongan yang amat gelap.
•Aku membunuh banyak nyawa dengan tanganku karena rasa iri. Aku Assassin tak bertuan yang hebat pada masa itu.
•Itu adalah masa di mana pecundang lemah sepertimu tidak mampu hidup layaknya manusia.
Assassin, profesi kotor yang rela membunuh manusia hanya untuk uang. Tidak hanya di Era Dewa, bahkan di zaman ini profesi itu masih banyak peminatnya.
Ada yang menjadi Assassin karena terpaksa, tak sedikit yang mengambil profesi itu karena keadaan, dan tak jarang orang menjadi pembunuh karena suka pembunuhan.
Namun pemilik Ancient Determination ini berbeda dari yang lainnya. Orang gila ini membunuh hanya karena iri. Bahkan tokoh utama mengutuk pemilik saat mendengar ceritanya.
•Hidupku sunyi tanpa suara mendekati karena aku tuli.
Pemilik Ancient Determination tuli semasa hidupnya. Arcturus tahu betul kisah menyedihkan ini karena telah membaca novel ketika tokoh utama mewariskan tekadnya.
The Envy of Assassin, orang menyedihkan yang tuli dan selalu ditemani oleh kesepian.
•Aku diberkati kemalangan tak bisa mendengar dan tak bisa dirasakan oleh siapapun.
•Kamu mungkin tak mengerti. Takkan bisa mengerti.
Tentu saja Arcturus tidak memahami kalimatnya. Namun dia mengerti maksudnya. Mau bagaimanapun dia adalah NPC yang telah membaca, melihat dan merasakan sendiri novel The Rise of Hero In Chaostic World.
•Pahami semua yang tidak kamu mengerti melalui ujian.
•Temukan jawabannya.
Kegelapan mulai bergerak dan digantikan cahaya terang. Pemandangan mulai berubah dan Arcturus saat ini sedang berdiri di depan kuil besar.
Langit malam dengan hujan menambah kesuraman dan menghanyutkan kesedihan. Pohon dan tumbuhan bersukacita atas air yang menghidupi, tetapi badai petir cukup mengkhawatirkan.
“Akhirnya dimulai, Ujian Pewaris.”
Ancient Determination, untuk mendapatkannya ada ujian yang perlu dilalui. Dikarenakan Arcturus telah membaca novel dan mendengar cerita tentang ujian ini dari tokoh utama, baginya mudah mendapatkannya.
Arcturus melangkah memasuki kuil tersebut. Hanya ada pilar dan ruangan yang benar-benar berisi kekosongan. Namun dia bisa mendengar rintihan seseorang, dan beberapa langkah kaki kecil.
Di ujung kuil terdapat ruangan bundar yang cukup besar dengan sebuah altar batu. Di altar tersebut Arcturus bisa melihat keberadaan seorang pria yang sekarat, dengan jubah dan pakaian hitam compang-camping.
Dia duduk bersandar dengan pedang hitam legamnya yang panjang. Tepat di kakinya terdapat tiga ekor kelinci, dua yang besar dan satu kelinci kecil. Pria itu memiliki tatapan yang mati. Melihat tatapan seperti itu membuat Arcturus ingat dirinya sebelum datang ke dunia ini.
Itu adalah tatapan dari manusia yang putus asa, berlimpah kesedihan dan merindukan kematian.
‘Aku memahami apa yang dia rasakan hanya dari memandang matanya.’
Ujian ini mudah untuk dilalui karena alasan ini. Baik itu si Assassin, tokoh utama maupun Arcturus memiliki satu kesamaan.
Arcturus menurunkan kelopak matanya dan dengan segera memiliki tatapan yang sama dengan pria itu.
Kedua kaki Arcturus mencapai visi pria itu dan membuatnya menengadah. Dia menemukan seorang pria berwajah bagus dengan rambut hitam dan mata kemerahan yang tidak memiliki keinginan hidup untuk melihat hari esok.
“Ahh…”
Pria itu mengeluarkan erangan kecil sebelum menutup mulutnya lagi dan melihat kelincinya. Saat pria itu memejamkan mata, kelinci kecil di dekatnya mulai berkedut.
“Kamu siapa? Tatapan itu sangat aku pahami,” kelinci kecil mulai berbicara. “Aku tuli dan tidak yakin bisa berbicara dengan benar. Perlu bagiku meminjam indra pendengar kelinci kecil ini.”
“Aku … siapa? Siapa aku?” Arcturus bertanya balik. “Aku hanya orang yang telah kehilangan segalanya.”
Di bumi dia tidak memiliki apapun, lebih tepatnya semua yang dimilikinya sudah direnggut. Tiba saat dia menjadi Arcturus dan memiliki teman, kekasih dan keluarga. Namun itupun pada akhirnya telah direnggut lagi berkat kesalahannya.
“Aku tidak ingin kehilangan lebih banyak. Mengapa aku dan bukan orang lain? Setidaknya aku ingin ... orang lain juga kehilangan.”
Diregresi ini dia tidak akan membuat kesalahan yang sama. Tidak ada lagi air mata yang boleh keluar karena kehilangan maupun kegagalan.
“Andai aku lebih kuat. Mengapa aku lahir tanpa kekuatan?”
Arcturus ini lahir di keluarga bangsawan Religia namun dia tidak diberkati kemampuan spesial apapun. Tentu dia memiliki Mana untuk menggunakan sihir namun tidak ada bakat yang menonjol.
“Sungguh, para bajingan yang mendapatkan kekuatan sejak lahir sangat tidak adil.”
Itu jujur perasaannya. Arcturus merasa iri kepada orang-orang yang mendapatkan kekuatan hebat secara instan. Dia sangat membutuhkan kekuatan seperti itu untuk mengubah takdir mengerikan di masa depan.
“Kamu jujur dengan rasa iri kepada yang kuat. Ya, penyakit hati adalah yang sangat menyebalkan.”
Assassin ini memiliki rasa iri hati lebih dalam dan besar jika dibandingkan dengan siapapun. Dia iri kepada orang-orang yang lahir dengan segala hal yang tak dimilikinya.
Mulai dari pendengaran, harta dan keluarga. Si Assassin ini merenggut segala hal itu dari orang lain. Dia memilih menjadi pembunuh karena rasa iri hatinya menginginkan orang lain tidak memiliki apa yang dia miliki.
“Iri hati, ya?” guman Arcturus. “Itu malapetaka bagi kita yang tidak memiliki apa-apa.”
Si pembunuh mulai tersenyum senang, dunia tempatnya berada mulai memudar dan hanya ada ruang putih.
Tersisa Arcturus dan si pembunuh itu saja yang masih bersandar pada pedangnya. Namun kali ini mata yang mati itu memandang langsung ke arah Arcturus.
“Ingatlah ini wahai orang yang telah menjalani tiga kehidupan. Perasaan iri bukanlah musuh. Kamulah yang mengendalikan perasaanmu, pemilik tidak akan dikendalikan.”
“Apa—” Arcturus terkejut karena si pembunuh tahu bahwa Arcturus telah menjalani kehidupan ketiganya. “Bagaimana kamu—”
Namun si pembunuh tidak mempedulikannya dan mengabaikannya. Untuk pertama kalinya senyuman yang tulus terukir indah dalam bibir kesepiannya.
“Aku yakin kamu bisa melakukannya, putra alam. Selesaikanlah apa yang tidak bisa diselesaikan ibumu.”
Sosok pembunuh mulai memudar. Arcturus tanpa sadar mengulurkan tangan ke arahnya. Dia berniat menyampaikan kata, tetapi dunia telah menghilang dan membawanya kembali.
Tersadar Arcturus menemukan dirinya berbaring di altar sebelumnya.
“Ujiannya telah berakhir.”
Itu bisa dipastikan karena jika Arcturus gagal melalui ujian Ancient Determination, maka dia akan mati. Untuk alasan itulah tak banyak orang yang benar-benar bernyali menjalani ujiannya.
“Jadi ini kekuatannya si pembunuh itu.”
Arcturus bisa merasakan sesuatu yang asing mengalir di seluruh tubuhnya. Ancient Determination, The Envy of Assassin menjadi miliknya.
“Namun bagaimana dia tahu aku melewati tiga kehidupan?”
Tidak mungkin orang yang lama mati sepertinya mengetahui rahasia yang tidak dibagikan Arcturus kepada siapapun. Tidak ada catatan apapun dari novel maupun kehidupan sebelumnya bahwa Ancient Determination bisa mengetahui semua tentang dirinya.
“Dia juga menyebutkan putra alam? Brengsek aku tidak tahu apa itu, ini membuat sakit kepala.”
Cit! Cit! Cit!
Arcturus bisa melihat dua kelinci yang membimbingnya ke sini. Dia memiliki tatapan mendalam kepada dua makhluk mungil itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
penggemar_Uangkecil?!
👍
2024-04-09
1
Kang_Wah_Yoe
👍👍👍👍
2023-06-21
2
Ayano
Seneng kelincinya hidup dong ☺☺☺
Arcturus butuh jalan yang lurus biar bisa lebih kuat
2023-04-13
1