"nggak apa-apa Bu, Sandra tadi sudah makan roti"
"bersihkan tubuhmu dulu setelah itu kamu makan"Sandra hanya mengangguk lalu ia berjalan menuju kamar mandi sambil membawa beberapa pakaian ganti selang setengah jam kemudian ia sudah keluar dengan pakaian bersih.
Sandra langsung membuka paper bag yang dibawa oleh bu Mery
keningnya berkerut melihat banyaknya makanan yang bu merry bawa.
"ah Itu nona, Bu Anya setelah pulang dari sini mungkin beliau shopping dengan Sarah dan pulangnya membawa beberapa teman sosialitanya.
saya dengan beberapa asisten rumah tangga membuat makanan untuk mereka atas perintah nyonya.
dan saya sengaja menyingkirkan ini untuk nona Sandra" ucap Bu Mery
"mereka sungguh kejam ya Bu bagaimana mereka bisa happy-happy seperti itu sementara nenek dalam kondisi memprihatinkan seperti sekarang ini" ucap Sandra sedij
"itu karena hati mereka sudah mati nak.
mereka hanya peduli dengan diri mereka sendiri"ucap Bu Mery menepuk punggung Sandra menguatkannya
"Apa ku masih bisa tinggal di rumah itu setelah nenek tidak ada nanti????
mereka terlalu menyeramkan.
aku seperti tinggal di dalam kandang binatang buas yang setiap saat bisa memangsa ku"gumam Sandra lirih
Bu Mery adalah kepala asisten rumah tangga yang sudah bekerja berpuluh tahun di kediaman Haris.
sehingga ia hapal betul dengan perangai semua orang yang tinggal di sana.
dan perkataan Sandra memang tidak salah sama sekali.
Ia hanya takut saat nyonya tua meninggal maka semua hak waris akan dikuasai oleh Fadly dan istrinya.
dan Sandra akan didepak keluar dari kediaman mewah itu.
"non Sandra, ibu yang mengasuh mu sejak kecil dan kau juga tahu ibu sangat menyayangimu seperti putri ibu sendiri.
jika suatu saat tidak ada tempat untukmu kembali,
maukah kau tinggal di gubuk ibu yang kecil????"tanya Mery dengan mata penuh ketulusan
"apa Ibu tidak merasa terbebani"tanya Sandra sangat bahagia ternyata ada orang yang menyayanginya tulus selain neneknya.
"tentu tidak malah Ibu sangat senang jika kau mau tinggal bersama ibu"ucap Bu Mery yang merupakan janda beranak satu.
bu Mery hanya memiliki satu orang putri dan anaknya itu sudah pergi merantau dan lama tak kembali.
karena itu Bu Merry memilih tinggal di kediaman Haris karena saat ia di rumahnya sendiri akan merasa kesepian walaupun pada kenyataannya Bu Mery memiliki rumah yang cukup besar.
"terima kasih Bu.
Sandra juga sayang ibu"ucap Sandra memeluk wanita tua itu.
Hari ketiga,
nenek Ajeng siuman
Sandra baru saja menyelesaikan sholatnya saat ia mendengar suara rintihan.
Sandra bergegas menghampiri neneknya itu,ia terpekik bahagia, memeluk nenek Ajeng sambil terus mengucapkan puji syukur pada yang kuasa karena akhirnya neneknya membuka matanya.
"Subhanallah, alhamdulillah.
Alhamdulillah ya Allah
nenek akhirnya kau sadar juga.
nenek, nenek ini Sandra Nek, apa yang nenek rasakan"tanya Sandra senang sekaligus khawatir
Hal yang pertama di cari Ajeng adalah Sandra.
ia memeluk Sandra sambil menangis
"Ehhhhh, ehhhhh" gumam Ajeng
Sa...sa...." nenek Ajeng merasa lidahnya keluh, ia sekuat tenaga ingin mengucapkan kata, namun gagal.
suaranya seakan tercekat di tenggorokan
"Ya Tuhan, apa aku jadi bisu????" gumam nenek Ajeng dalam hati shock dengan keadaanya sendiri
Entah karena penyakitnya atau karena shock, nenek Ajeng tidak bisa berbicara
ia hanya berkomunikasi dengan isyarat.
"nenek tenang ya Sandra akan panggilkan dokter dulu"
Tak lama kemudian dokter datang dan langsung memeriksa kondisi Ajeng.
dokter sudah membuka alat untuk memonitori detak jantung.
Monitor ini memiliki kemampuan untuk memonitor kondisi vital seperti EKG (elektrokardiogram) atau detak jantung, respirasi, saturasi (kadar oksigen dalam darah), dan tekanan darah
Walaupun begitu, kondisi Ajeng belum dianggap membaik, Ajeng sudah melewati masa kritis, namun ia masih dalam pengawasan ketat dokter.
Dokter memberitahukan agar Ajeng tidak boleh stress dan perlu istirahat cukup untuk pemulihannya.
Dokter masih perlu melakukan pemeriksaan menyeluruh pada Ajeng.
Sandra sebenarnya enggan memberitahu om nya jika nenek Ajeng sudah siuman, namun ia tak mau di salahkan oleh Fadly.
Sandra langsung mengirimi pesan singkat pada om nya itu.
Dua jam kemudian Fadly datang.
Mendengar mamanya siuman, Fadly membawa istri dan anaknya ke rumah sakit.
wajah Fadly terlihat senang, sementara Anya dan Sarah terlihat tak senang melihat nenek Ajeng siuman.
"Kenapa enggak mati aja si nenek peot ini.
aku pikir dia tak akan sadar setelah koma" gumam Anya dalam hati masih berdiri tanpa mendekati Ajeng, mertuanya
"Kenapa nenek masih hidup???
maafkan aku nek, kau mati pun aku tak sedih
itu semua karena kau tak menyayangiku
jangan salahkan aku bersikap kejam padamu!!" gumam Sarah dalam hati.
Sarah tak menutupi ketidaksukaannya.
itu terlalu kentara sehingga Fadly sampai mencubit lengan putrinya itu.
Fadly tidak tahu darimana sifat pendendam itu berasal. Fadly tahu jika putrinya pasti kena marah neneknya, sebab ia juga kesal pada Sarah.
Walau ia tak begitu menyukai Sandra namun bagaimanapun Sarah salah.
"Ma kami datang" ucap Fadly ingin menggenggam tangan Ajeng, namun Ajeng menggeleng dan menghempas tangan putra bungsunya itu
tangan Ajeng menunjuk ke arah Anya dan Sarah
"Sarah, Anya cepat mendekat nenek sepertinya ingin berbicara" ucap Fadly pada anak dan istrinya
Ajeng sekuat tenaga berusaha mengucapakan sepatah kata, namun nihil.
suaranya seolah tercekat di tenggorokan.
ia hanya bisa melotot menatap keduanya
Anya dan Sarah terlihat serba salah.
semua itu tak luput dari penglihatan Sandra dan Mery
Keduanya lalu saling melempar pandang.
Mereka memang tahu jika nenek Ajeng tidak menyukai anak dan ibu itu, hanya saja ini terlihat sangat aneh.
Anya berjalan ragu, ia takut melihat mata melotot suaminya
Fadly memang sudah mengancamnya untuk berprilaku baik pada mama nya, jika tidak Fadly akan berbuat sesuatu yang Anya tak suka, memblokir ATM Anya. ya Anya menyukai uang, shoping dan traveling, jika uang saja tak punya bagaimana ia bisa hidup??
bagi Anya uang segalanya.
"Ma, kami datang menjenguk.
Bagaimana keadaan mama??" tanya Anya dengan suara bergetar
Ajeng tak bergeming, ia tetap menatap tidak suka pada kedua ibu dan anak itu.
"Mama, Anya sedang menanyakan kabarmu.
mama jangan marah lagi ya.
cepat sembuh" ucap Fadly lembut.
Fadly sangat tahu mamanya membenci istrinya, kini ia juga terlihat tidak suka pada Sarah, Fadly menduga itu semua karena ulah Sarah yang merebut tunangan Sandra.
Fadly sebenarnya juga marah pada Sarah, namun melihat anaknya menangis dan mengatakan jika Rizky sudah merenggut keperawanannya dan kini hamil, , Fadly langsung gamang.
Ia tentu memilih putrinya, karena masa depan Sarah sudah hancur, sementara Sandra, bisa menata hidupnya lagi nanti. pikir Fadly.
"Nenek, jangan marah lagi, Tante datang untuk mengetahui kondisimu" ucap Sandra tak ingin neneknya itu stress dan tekanan darahnya naik, itu tidak baik untuk kesehatannya.
Ajeng tersenyum, ia mengangguk patuh membuat Anya sangat kesal, begitu juga Sarah.
Sandra selalu menjadi pusat perhatian dan selalu dia sayang banyak orang, ia sungguh iri
Fadly menarik putrinya mendekat, Sarah dengan ragu menghampiri neneknya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 332 Episodes
Comments