Bulan tidak tahan menahan air matanya yang sudah penuh di matanya.
"Jangan menangis, nanti dikira orang, saya apa-apakan kamu?" ucap Ustad Ihsan panik.
"Bulan tidak apa-apa. Ini cuma kelilipan sambal, ditambah lagi mata Bulan di kucek, lengkap sudah kan penderitaan Bulan," sanggah Bulan dengan beribu alasan.
"Mau makan lagi gak? Aku tunggu nih," ucap Ustad Ihsan mengalihkan pembicaraannya.
"Bulan kenyang Pak Ustad," ucap Bulan singkat dan menghapus sisa air matanya dengan tisu makan yang kasar.
"Kita pulang? Kyai Mansyur sudah menunggu kita," ucap Ustad Ihsan pelan.
"Iya Pak Ustad," ucap Bulan pelan.
Keduanya beranjak berdiri dan meninggalkan tempat makan itu lalu melanjutkan perjalanan pulang menuju Pondok Pesantren milik Kyai Mansyur.
Bulan terdiam dan menyandarkan tubuhnya di jok mobil dengan nyaman. Ustad Ihsan fokus dengan jalan raya yang begitu gelap di tambah hujan deras yang tiba-tiba mengguyur kota itu.
"Ekhm ... Pak Ustad, boleh Bulan bertanya sesuatu?" tanya Bulan pelan.
"Boleh, dengan senang hati. Mau tanya apa? Inshaa Allah, dijawab," ucap Ustad Ihsan melirik ke arah Bulan sekilas. Bulan nampak ragu untuk bertanya dan mengungkapkan sesuatu dari isi pikirannya.
"Bagaimana pahala surga bagi seorang wanita? Wanita yang belum menikah seperti Bulan dan wanita yang sudah menikah seperti Umi?"tanya Bulan pelan.
Entah kenapa Bulan ingin sekali menanyakan itu dan ingin mendengar langsung penjelasannya dari Ustad Ihsan.
"Pahala surga untuk wanita yang belum menikah, menutup aurat, dan taat kepada orang tua, hanya itu. Kalau untuk wanita yang sudah menikah seperti Umi Sofi, pahala surgannya terletak pada ketaatannya kepda Abi Rendy, Suaminya," jawab Ustad Ihsan pelan menjelaskan.
"Jadi, Bulan mau tidak mau, harus menurut pada kedua orang tua Bulan? Begitu?" tanya Bulan kembali kepada Ustad Ihsan.
Ustad Ihsan mengulum senyum, Ustad Ihsan paham dengan maksud pertanyaan Bulan.
"Alangkah baiknya sih begitu. Ucapan dan kalam orang tua itu adalah suatu keberkahan untuk kita. Jadi, memang lebih baik di ikuti, itu saah satu bentuk pengabdian kita kepada orang tua dan cara membalas semua kebaikan orang tua kita yang telah mengurus dan merawat kita, selain melalui doa," ucap Ustad Ihsan dengan gamblang menjelaskan.
"Ohh, Begitu," ucap Bulan lirih sambil memutar otaknya untuk berpikir dengan keras.
"Kenapa pertanyaanmu seperti itu, Bulan?" tanya Ustad Ihsan pelan.
"Tidak apa-apa," jawab Bulan singkat.
Perjalanan masih cukup jauh sekitar satu jam lagi baru akan sampai ke Pondok Pesantren milik Kyai Mansyur.
"Tidurlah kalau lelah," ucap Ustad Ihsan yang melirik ke arah Bulan yang masih melihat pemandangan jalan yang gelap di depan.
"Tidak bisa tidur. Boleh Bulan memutra musik?" tanya Bulan pelan.
"Boleh. Tapi sholawatan saja. Tidak ada genre lainnya," ucap Ustad Ihsan tegas.
"Huftt. Bulan mau dengar lagu dari Bon Jovi," ucap Bulan pelan lalu mencoba menutup matanya.
Bulan bingung, rasa di hatinya kini campur aduk tidak karuan. Rasanya sebenarnya seperti apa, Bulan pun tidak tahu. Masih belia harus dijodohkan dengan seorang Ustad yang juga gurunya sendiri di Pondok. Kini, Ustad itu akan pergi ke luar negeri untuk sekolah lagi, dan Bulan pun merasa kehilangan.
'Apa sih yang sebenarnya Bulan rasakan. Kalau cinta, Bulan ini masih terlalu kecil untuk memikirkan sebuah cinta. Tapi, kalau ini sekedar rasa sayang tapi kenapa Bulan merasa sangat kehilangan,' batin Bulan di dalam hatinya makin bergejolak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Suadah Al Asy'ari
ya Allah SWT bulan bintang udah di tunggu sejak 2 th lalu umi
2023-03-23
1
Iqlima Al Jazira
ceritanya bagus banget & tulisannya juga rapi. next thor
2023-03-23
1
holipah
lanjut kak
2023-03-23
1