11

Kamarnya tidak besar, dan bisa dikatakan kecil. Hanya ada kasur tanpa tempat tidur, lemari pakaian, meja dan kursi dan kamar mandi di dalam.

"Siapa Bulan tadi? Apa hubungannya dengan anak tadi?" tanya Ayah Araby dengan penasaran.

"Bulan adalah santriwati baru, dan Bintang itu saudara kembarnya." ucap ustad Ihsan singkat.

"Lalu, siapa calon istrimu?? Kenalkan pada Ayah, mumpung Ayah disini." tanya Ayah Araby pelan.

"Beri Ihsan waktu Ayah, nanti akan Ihsan bawa ke rumah Ayah." ucap Ihsan pelan.

"Lihat ... Kamu masih betah disini?? Ayolah Ihsan, bantu Ayah mengurus perusahaan Ayah. Mau sampai kapan lagi Ayah menunggumu?" tanya Ayah Araby dengan perasaan khawatir

"Ihsan minta waktu tiga tahun lagi Ayah. Ihsan akan menikahi calon istri Ihsan, dan Ihsan akan membantu perusahaan Ayah." jawab Ihsan singkat.

"Baiklah Ihsan. Ayah tunggu tiga tahun lagi dan bawa calon istrimu untuk mendampingi kamu. Ayah merestui siapapun calon istrimu itu. Ayah yakin, kamu pasti memilih yang terbaik diantara yang baik." ucap Ayah Araby.

"Insya Allah Ayah. Ihsan akan selalu mengingat semua nasihat Ayah kepada Ihsan. Ihsan pasti akan memberikan yang terbaik untuk Ayah dan Bunda." ucap Ihsan pelan.

"Kamu memang anak Ayah yang terbaik. Tapi, apakah benar, calon mertuamu yang memintamu langsung menjaga anak gadisnya? Apakah gadis itu berada di Pondok ini?" tanya Ayah Araby tersenyum penuh kemenangan.

"Ayah, Ihsan memang tidak pernah bisa menyembunyikan sesuatu. Ya, gadis itu Bulan namanya. Ia masih berusia 14 tahun. Orang tuanya memintaku untuk menunggu hingga Bulan berusia 17 tahun untuk di nikahkan. Dan selama itu, Ihsan harus membimbing dan mengajari Bulan agar menjadi wanita Sholihah." ucap Ihsan menjelaskan dengan sopan dan pelan.

"Ayah sudah mengira sejak tadi. Karena saat saudara kembar Bulan itu memberi kamu kotak makan, wajahmu langsung berubah bahagia dan ceria. Ayah ini, Ayah kamu, sudah tentu tahu sifat dan watak kamu seperti apa." ucap Ayah Araby.

Ihsan hanya tersenyum menatap Sang Ayah. Begitu bijak dalam menanggapi suatu masalah. Tidak sekalipun pernah memarahi Ihsan sedari kecil. Benar-benar Ayah teladan.

Ustad Ihsan masih duduk di kasurnya. Sang Ayah telah kembali ke kotanya. Satu kotak makan sudah berada ditangannya, dibuka kotak itu. Wangi khas nasi goreng sudah tercium, hanya saja nasinya sudah mulai dingin.

Satu sendok nasi goreng sudah berpindah ke dalam mulutnya. Lumayan, bumbunya pas hanya saja kurang asin sedikit, batin Ustad Ihsan dalam hatinya.

Mengingat Bulan yang manja, dan terlihat tidak bisa apa-apa tapi bisa memasak dengan rasa yang cukup enak. Tidak terasa nasi goreng itu pun habis, ustad Ihsan mencuci kotak itu dan meletakkan di meja.

Tok tok tok ... Suara ketukan pintu terdengar dari luar pintu kamar ustad Ihsan.

Pintu kamar di buka oleh ustad Ihsan dan ternyata ada ustad Abigail yang membawa satu kantong plastik besar untuk ustad Ihsan.

"Assalamualaikum Tadz ini titipan dari satpam. Boleh masuk?" ucap Ustad Abigail.

"Waalaikumsalam .. terima kasih. Masuk Tadz." jawab Ustad Ihsan pelan.

"Ada sesuatu hal yang ingin aku sampaikan kepada kamu, Ihsan." ucap Abigail pelan.

"Tentang apa?" tanya Ihsan pelan.

"Apa benar kamu sudah memiliki calon istri di Pondok ini?" tanya Abigail yang penasaran dengan desas desus itu.

"Betul sekali Abigail." jawab Ihsan dengan jujur.

"Siapa? Bukan ustadzah Hilya?" tanya Abigail kemudian.

"Bukan Abigail." ucap Ihsan pelan.

"Ihsan, kita berteman sudah lama. Aku mau cerita sesuatu. Tadi aku didapur, ketemu bidadari yang sangat cantik sekali. Katanya lagi belajar memasak makanya membantu di dapur." ucap Abigail pelan.

Deg .... Deg ... Jantung Ihsan seakan berlari dan berdetak sangat cepat. Takut bidadari yang disebutkan itu adalah calon istrinya.

"Lalu?" tanya Ihsan pelan.

"Dia menawarkan aku hasil masakannya. Dan ternyata sangat enak, sepertinya masih sangat kecil tapi cukup dewasa." ucap Abigail dengan antusias.

"Siapa namanya?" tanya Ihsan menyelidik. Hatinya makin tidak karuan rasanya. Jangan sampai itu semua terjadi. Menyukai orang yang sama dengan teman sendiri itu tentu akan menyakitkan.

"Bulan Az-Zahra." ucap Abigail mantap.

Hati Ihsan rasanya panas dan sakit sekali mendengar ucapan Abigail.

"Bulan?? Kamu tidak salah?" tanya Ihsan sedikit ketus.

"Apa yang salah? Karena dia masih kecil dan dibawah umur." ucap Abigail pelan.

"Ya, gak ada yang salah. Takutnya sudah punya jodoh. Kita kan gak tahu." ucap Ihsan pelan.

"Masih banyak waktu kan, untuk mengenalnya." ucap Abigail pelan.

"Ya benar." ucap Ihsan terbata. Rasa cemburu itu makin merasuki hatinya.

"Ekhmm ngomong-ngomong siapa gadis yang sudah dijodohkan denganmu? Anissa ya?" tebak Abigail pelan.

"Bukan Abigail. Suatu saat kamu akan tahu." ucap Ihsan pelan.

"Baiklah ... Kalau gitu aku permisi dulu. Acara untuk anak santri Minggu besok gimana?" tanya Abigail pelan.

"Nanti malam kita rapat di Saung Kyai Mansyur. Panggil semua ustad dan ustadzah pembimbing, kita berkumpul setelah sholat Isya berjamaah." ucap Ihsan menitah.

"Oke Siap." ucap Abigail pelan dengan mengacungkan jempolnya.

Ihsan membuka plastik yang berisikan banyak sekali makanan ringan dan coklat pesanannya. Ihsan membuka satu persatu bungkus coklat dan menatanya di dalam kotak makan Bulan. Rencananya akan diberikan saat sholat Maghrib berjamaah.

Hari semakin sore, tidak terasa sudah memasuki waktu sholat Maghrib berjamaah di Masjid Ponpes. Bintang bertugas untuk melaksanakan adzan Maghrib.

Bulan dan keempat temannya sudah berjalan menuju masjid Ponpes dengan membawa mukena masing-masing.

Ustad Ihsan sejak tadi sudah mengintai Kedatangan Bulan, dan dengan sengaja berjalan di belakangnya.

"Bulan ... Ada yang harus kita bicarakan sebentar. Masalah lomba mengaji yang akan diadakan Minggu depan." ucap Ustad Ihsan yang berdiri di belakang Bulan.

Bulan yang mendengar namanya dipanggil menengok ke arah belakang lalu membalikkan badannya ke arah ustad Ihsan.

"Maaf, ada yang harus say bicarakan dengan Bulan." ucap ustad Ihsan pelan.

"Iya ustad Ihsan. Apa itu?" tanya Bulan pelan.

"Kamu tadi mengirimkan nasi goreng dalam kotak makan melalui Bintang?" tanya ustad Ihsan dengan rasa tingkat percaya diri yang tinggi. Jujur, ustad Ihsan sangat senang dan diperdulikan.

"Ohh ... Nasi goreng tadi. Iya betul, Bulan lagi mencoba resep baru, dan semua pembimbing dapat kotak makan itu agar bisa mencoba masakan Bulan." ucap Bulan dengan jujur dan polos.

Ustad Ihsan hanya kaget dan membelalakkan matanya hingga membola. Rasanya malu dan kecewa campur aduk, ustad Ihsan pikir, Bulan khusus memberikannya secara special ternyata itu salah.

"Jadi ... Kamu memberikan semua ustad dan ustadzah pembimbing untuk makan masakan kamu?" tanya ustad Ihsan perlahan.

Bulan menganggukkan kepalanya, lalu tersenyum.

"Iya betul sekali. Gimana? Enak kan ustad?" tanya Bulan dengan senyum sumringah.

"Enak sekali. Sudah cocok jadi istri." ucap ustad Ihsan yang lolos begitu saja.

"Apa? Jadi istri? Pak Ustad ini Ngadi Ngadi. Bulan masih kecil, masih mau main, nongkrong sama teman, nikah atuh nanti umur tiga puluh tahun." ucap Bulan yang dengan cueknya menjelaskan.

Ustad Ihsan cukup terhenyak mendengar perkataan Bulan yang tidak biasa, sifat kepremanannya mulai keluar. Saat apa yang tidak disukainya itu di pancing.

"Kamu gak mau nikah muda?" tanya ustad Ihsan pelan.

"Ya, Gak lah." ucap Bulan ketus.

"Kalau diajak ta'aruf atau dijodohkan juga gak mau?" tanya ustad Ihsan makin penasaran dengan Bulan.

"Sama sekali gak mau. Apalagi ta'aruf, ehhh... ta'aruf itu gimana ya, Bulan gak ngerti." ucap Bulan pelan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Nanti saya akan ajarkan di kelas. Apa itu ta'aruf." ucap ustad Ihsan dengan lembut.

"Boleh juga. Tapi Bulan juga gak akan mau diajak ta'aruf. Mending pacaran, kan kenal betul siapa calon kita." ucap Bulan dengan polos.

"Nanti kamu juga akan mengerti Bulan. Ini kotak makan kamu, makasih Bulan. Nasi gorengnya bikin nagih." ucap ustad Ihsan pelan lalu berlalu begitu saja meninggalkan Bulan yang masih berdiri tegak bagaikan patung.

Satu tangannya memegang kotak makan itu, karena berat Bulan membuka kotak itu dan ..... banyak coklat disana.

'Yes yes yes .... tahu aja, Bulan suka banget coklat, apalagi coklat putih. Yummy ... rejeki anak sholehah.' teriak Bulan sedikit tertahan.

Ustad Ihsan berdiri di samping tembok pintu masuk dan melihat bagaimana reaksi Bulan. Ternyata memang sesuai harapan. Mungkin setelah ini, ustad Ihsan harus mencari cara unik lagi untuk bisa mendekati Bulan. Sudah jelas, ustad Abigail pun kini menjadi saingannya.

Episodes
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33
34 34
35 35
36 36
37 37
38 38
39 39
40 40
41 41
42 42
43 43
44 44
45 45
46 46
47 47
48 48
49 49
50 50
51 51
52 52
53 53
54 54
55 55
56 56
57 57
58 58
59 59
60 60
61 61
62 62
63 63
64 64
65 Pesona Guru Killer 1
66 PGK.2
67 PGK.3
68 PGK.4
69 PGK.5
70 PGK.6
71 PGK.7
72 PGK.8
73 PGK.9
74 PGK.10
75 PGK.11
76 PGK.12
77 PGK.13
78 PGK.14
79 PGK.15
80 PGK.16
81 PGK.17
82 PGK.18
83 PGK.19
84 PGK.20
85 PGK.21
86 PGK.22
87 PGK.23
88 PGK.24
89 PGK.25
90 PGK.26
91 PGK.27
92 PGK.28
93 PGK.29
94 PGK.30
95 CINTA BEDA AGAMA.1
96 CBA.2
97 CBA.3
98 CBA.4
99 CBA.5
100 CBA.6
101 CBA.7
102 CBA.8
103 65
104 66
105 67
106 68
107 69
108 70
109 71
110 72
111 73
112 74
113 75
114 76
115 77
116 78
117 79
118 80
119 81
120 82
121 83
122 84.Genk1
123 85.Genk2
124 86.Genk3
125 87.Genk4
126 88.Genk5
127 Genk6
128 Genk7
129 Genk8
130 Genk9
131 Genk10
132 Genk11
133 Genk12
134 Genk13
135 Genk14
136 Genk15
137 Genk16
138 Genk17
139 Genk18
140 Genk19
141 Genk20
142 Genk21
143 Genk22
144 Genk23
145 Genk24
146 Genk25
147 Genk.26
148 Genk27
149 Genk28
150 Genk29
151 Genk30
152 Genk31
153 Genk32
154 Genk33
155 Genk34
156 Genk35
157 Genk36
158 Genk37
159 Genk38
160 Genk38
161 Genk39
162 Genk40
Episodes

Updated 162 Episodes

1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
Pesona Guru Killer 1
66
PGK.2
67
PGK.3
68
PGK.4
69
PGK.5
70
PGK.6
71
PGK.7
72
PGK.8
73
PGK.9
74
PGK.10
75
PGK.11
76
PGK.12
77
PGK.13
78
PGK.14
79
PGK.15
80
PGK.16
81
PGK.17
82
PGK.18
83
PGK.19
84
PGK.20
85
PGK.21
86
PGK.22
87
PGK.23
88
PGK.24
89
PGK.25
90
PGK.26
91
PGK.27
92
PGK.28
93
PGK.29
94
PGK.30
95
CINTA BEDA AGAMA.1
96
CBA.2
97
CBA.3
98
CBA.4
99
CBA.5
100
CBA.6
101
CBA.7
102
CBA.8
103
65
104
66
105
67
106
68
107
69
108
70
109
71
110
72
111
73
112
74
113
75
114
76
115
77
116
78
117
79
118
80
119
81
120
82
121
83
122
84.Genk1
123
85.Genk2
124
86.Genk3
125
87.Genk4
126
88.Genk5
127
Genk6
128
Genk7
129
Genk8
130
Genk9
131
Genk10
132
Genk11
133
Genk12
134
Genk13
135
Genk14
136
Genk15
137
Genk16
138
Genk17
139
Genk18
140
Genk19
141
Genk20
142
Genk21
143
Genk22
144
Genk23
145
Genk24
146
Genk25
147
Genk.26
148
Genk27
149
Genk28
150
Genk29
151
Genk30
152
Genk31
153
Genk32
154
Genk33
155
Genk34
156
Genk35
157
Genk36
158
Genk37
159
Genk38
160
Genk38
161
Genk39
162
Genk40

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!