"Kok ... Kamu biasa aja Bulan. Belum lihat kan yang namanya Ustad Ihsan?" tanya Fatima kemudian.
Bulan hanya diam dan memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari pakaian. Menyiapkan sprei dan selimut untuk membereskan kasur. Menyiapkan alat mandi dan alat cuci baju.
"Tadi yang antar Bulan kesini Ustad Ihsan." ucap Bulan singkat.
Keempat temannya berlari ke arah Bulan dan mulai menginterogasi Bulan.
"Kamu serius Bulan? Ganteng kan?" tanya Sifa yang terus saja penasaran.
"Keren banget kan??" ucap Anisa pelan.
"Tapi, denger denger lagi deket sama Ustadzah Hilya, jadi patah hati ini." ucap Fatima lirih.
"Secara Ustadzah Hilya cantik banget. Pintar ngaji dan Hafizah Qur'an." ucap Anisa lembut.
"Hemmm iya deh calon istrinya Ustad Yusuf." ucap Fatima sedikit sewot.
Bulan pun kaget dan menatap Fatima dan Aisyah secara bergantian.
"Kenapa?" tanya Fatima menatap ganti Bulan.
"Calon Istri?" tanya Bulan pelan.
"Ustad Yusuf itu anak Kyai Mansyur. Beliau juga mengajar disini. Katanya mereka sudah ta'aruf." ucap Fatima pelan.
"Cuma berkenalan Bulan. Aku masih kecil, usiaku baru 15 tahun." ucap Aisyah pelan menjelaskan.
"Iya Aisyah." ucap Bulan pelan. Bulan masih fokus dengan menata pakaiannya.
Satu jam telah berlalu, Bulan pun telah selesai merapikan lemari dan kasurnya. Bulan pun mulai membersihkan diri dan mempersiapkan diri untuk Sholat Maghrib berjamaah di Masjid Ponpes.
Adzan Maghrib sudah berkumandang tanda waktu telah memasuki Maghrib. Saatnya seluruh santriwan dan santriwati datang ke Masjid Ponpes untuk sholat Maghrib bersama.
Bintang kini bertugas untuk mengumandangkan Adzan di Masjid Ponpes. Semua orang terpaku mendengar suara adzan yang dikumandangkan oleh Bintang.
Bulan, Aisyah, Fatima, Sifa dan Anisa sudah bersiap dan berjalan menuju Masjid Ponpes. Ditengah jalan pun tidak sengaja bertemu dengan Ustadzah Hilya yang juga berjalan menuju Masjid Ponpes.
Dari arah berlawanan, Ustad Ihsan pun sedang berjalan membawa sajadah dan tasbih. Ustad Ihsan fokus dengan jalan dan tidak melihat siapapun disekitarnya.
"Arghhhhh Sakit." teriak Bulan sedikit lantang.
Bulan pun terjatuh dan kemudian berdiri kembali.
"Maafkan saya Bulan. Saya tidak melihat, karena saya sudah terlambat." ucap Ustad Ihsan.
"Iya ... Gak papa. Dimaafin." ucap Bulan sedikit ketus.
Bulan menepuk nepuk sajadah dan mukenanya yang sedikit kotor.
"Ini sajadahnya tukar saja, punya saya bersih dan punya kamu kotor." ucap Ustad Ihsan menyodorkan sajadah itu kepada Bulan.
"Gak papa Pak Ustad. Cuma kotor sedikit." ucap Bulan pelan. Kemudian berjalan menuju masjid Ponpes.
Keempat temannya pun mengejar Bulan. Dan menyayangkan sikap Bulan yang sedikit ketus.
"Maafkan Bulan, Ustad Ihsan." ucap Ustadzah Hilya.
"Gak papa Ustadzah." ucap Ustad Ihsan pelan.
"Ustad Ihsan ... gimana dengan Biodata saya?" tanya Ustadzah Hilya pelan dengan kepala menunduk.
"Maaf Usatadzah. Saya belum melihat, mungkin bila saya sudah ada waktu." ucap Ustad Ihsan.
"Iya Ustad Ihsan. Saya permisi dulu. Assalamualaikum." ucap Ustadzah Hilya lembut.
"Waalaikumsalam ... " jawab Ustad Ihsan pelan.
DI SAUNG KYAI MANSYUR
Semua orang sudah berkumpul di Saung Kyai Mansyur. Seperti kesepakatan sore tadi setelah maghrib, Rendy dan Sofi bertemu dengan Ustad Ihsan melalui Kyai Mansyur.
Ustad Ihsan baru saja datang dari Masjid Ponpes setelah menjadi Imam sholat Maghrib berjamaah.
"Assalamualaikum ... Pak Kyai Mansyur." ucap Ihsan dengan sopan.
"Waalaikumsalam ... masuk Ihsan." ucap Kyai Mansyur memanggil.
Ihsan pun masuk ke Saung dan menyalami semua orang yang hadir termasuk kepada Rendy dan Sofi.
Mereka sudah duduk dan menyimak setiap ucapan Kyai Mansyur yang sudah memulai mukadimah.
"Nak Ihsan. Malam ini di amanatkan kemari karena ada yang ingin di bicarakan kepadamu Nak. Tapi ini hanya suatu permintaan, Nak Ihsan boleh menolak ataupun menerima." ucap Kyai Mansyur dengan mantap.
"Baik Pak Kyai. Sebenarnya ada apa?" tanya Ustad Ihsan pelan.
"Biar Pak Rendy yang menjelaskan." ucap Kyai Mansyur pelan.
"Sudah Pak Kyai saja yang membicarakan hal ini." ucap Rendy pelan.
"Baiklah, kalau memang sudah di amanat kan kepada saya. Jadi begini Nak Ihsan, Pak Rendy ini berniat menjodohkan mu dengan Bulan. Ana sudah menceritakan tentang siapa dirimu disini. Nak Ihsan mau menerima atau tidak." tanya Kyai Mansyur pelan.
Sontak mendengar permintaan Kyai Mansyur, hati Ihsan pun berdegup dengan kencang. Kalau suka sudah pasti, Bulan itu cantik tapi untuk segera menghalalkannya itu kan butuh pengenalan, batin Ihsan di dalam hatinya.
"Kok malah melamun, gimana? Lagi bayangin Nak Bulan ya? Cantik kan?" tanya Kyai Mansyur menggoda Ihsan.
"Bukan itu masalahnya Pak Kyai. Bulan itu masih muda, baru saja masuk MTs. Apa bisa menerima ini semua." tanya Ihsan pelan.
"Maaf saya potong terlebih dahulu. Usia Bulan akan memasuki 15 th. Mungkin Usia 17 th kalau sudah siap boleh di khitbah. Masalah pendidikan masih bisa dilanjutkan bukan?" tanya Rendy pelan.
"Mau dijawab sekarang atau nanti?" tanya Kyai Mansyur pelan.
"Kalau boleh saya ingin bertanya kepada Pak Rendy. Alasan ingin menjodohkan Bulan kepada saya." tanya Ihsan dengan sangat sopan.
"Akan saya jawab, Bulan itu anak yang baik, namun memang sedikit salah pergaulan. Saya memilih Nak Ihsan, karena saya anggap mampu membimbing Bulan, lalu pertama saya ketemu Nak Ihsan, seperti menemukan calon mantu." ucap Rendy diikuti kekehan kecil.
Suasana malam itu sangat menghangat. Rendy mempersilahkan Ihsan untuk berpikir sejenak.
"Bagaimana Nak Ihsan?" tanya Kyai Mansyur pelan.
"Baiklah saya terima perjodohan ini. Tapi tolong rahasiakan pada Bulan hingga waktunya nanti sekitar dua tahun ke depan. Saya akan tetap membimbing Bulan secara pribadi dan semampu saya." ucap Ihsan dengan sopan.
"Alhamdulillah ... terima kasih Nak Ihsan. Ana tidak akan membatasi Nak Ihsan untuk lebih mengenal Bulan. Tapi tetap ada aturannya." ucap Kyai Mansyur pelan.
"Iya Pak Kyai." ucap Ihsan dengan sopan.
"Terima kasih Ihsan, sudah menerima perjodohan ini. Jaga Bulan dan Bintang. Saya titipkan kepadamu." ucap Rendy dengan penuh semangat.
"iya Pak Rendy." ucap Ihsan pelan.
"Lho kok panggil Pak Rendy. Biasakan panggil Aby dan Umi ya. Kamu sudah Aby anggap anak Aby, Ihsan." ucap Rendy pelan.
"Baik Aby... Umi." ucap Ihsan dengan sopan.
"Baiklah ... sudah selesai. Kita bisa berkeliling Ponpes. Biasanya jam segini sudah waktunya makan malam." ucap Kyai Mansyur pelan.
"Boleh ... Kita berkeliling." ucap Rendy semangat.
"Saya permisi dulu Pak Kyai, Aby dan Umi. Saya harus membantu santriwan yang ingin menyetorkan hafalannya." ucap Ihsan dengan sopan.
"Baiklah silahkan Nak Ihsan." ucap Kyai Mansyur pelan.
"Silahkan Ihsan. Pantau terus Bulan ya. Satu bulan sekali, saya akan datang kemari untuk melihat perkembangan Bulan dan Nak Ihsan." ucap Rendy pelan.
"Iya Aby... Insya Allah Ihsan akan amanah dengan tanggung jawab ini. Tapi Ihsan berusaha profesional dan tidak memberikan kelonggaran untuk masalah nilai. Tapi Ihsan akan berusaha membimbing Bulan menjadi wanita yang baik dan Sholehah." ucap Ihsan pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments