Pagi ini semua rencana yang telah disusun, akhirnya dilaksanakan juga. Bintang yang sudah siap dan ikhlas untuk dipindahkan ke Pondok Pesantren penghafal Al-Qur'an sesuai keinginannya sendiri tanpa paksaan.
Sedangkan Bulan yang masih saja terdiam duduk di belakang bangku supir.
Hari ini Ustad Ihsan dipercayai oleh Aby Rendy untuk mengantarkan Bintang ke Pondok Pesantren penghafal Al-Qur'an tersebut. Dan, Bulan ikut serta karena paksaan Aby Rendy dan Umi Sofi dengan alasan agar waktu perjalanan pulang, ustad Ihsan tidak sendirian tapi ada yang menemani di dalam mobil.
Hari ini Aby Rendy, Umi Sofi dan Pak Araby akan melaksanakan meeting untuk kolaborasi bisnis mereka yang sedang berjalan.
"Nak Ihsan, hati-hati menyetirnya tidak usah ngebut. Lalu antarkan Bulan ke Ponpes Kyai Mansyur. Titip salam untuk Pak Kyai Mansyur, maaf Aby belum bisa kesana, mungkin lain waktu Aby dan Umi akan usahakan untuk mampir dan menemui Bulan." ucap Aby Rendy pelan menasehati calon menantunya itu.
"Iya Aby. Pesan Aby akan selalu Ihsan ingat dengan baik." jawab Ustad Ihsan dengan sopan.
"Bulan ikut Umi aja ya." ucap Bulan sambil merengek.
"Bulan ... Kamu itu santri dan sedang sekolah. Umi dan Aby ini bekerja bukan main-main." ucap Umi Sofi dengan tegas kepada Bulan.
Bulan hanya diam mendengarkan Umi Sofi yang sedikit kesal dan marah terhadap kelakuan Bulan yang masih seperti anak-anak.
"Bulan ... Katanya mau anter Bintang." ucap Bintang dengan singkat.
"Iya ... tapi kan kirain sama Umi dan Aby." ucap Bulan dengan sedikit ketus.
"Emang kenapa kalau sama Ustad Ihsan. Kan enak bisa berduaan ... cie ... cie .." ucap Bintang dengan polosnya.
"Apaan sih, gak banget tahu gak. Kesel." ucap Bulan ketus.
"Stttt... udah ayo pada jalan. Gak enak ini Aby sama Umi udah di tunggu Pak Araby buat meeting." ucap Umi Sofi pelan.
"Baiklah Aby, Umi, Kami bertiga berangkat dulu. Assalamualaikum ..." ucap Ustad Ihsan dengan sopan dan memasuki mobilnya.
"Umi, Aby. Doakan Bintang. Bintang akan pulang jika hafalan Bintang selesai dan Bintang akan membawakan mahkota untuk Aby dan Umi untuk dipakai di Surga nanti." ucap Bintang lembut sambil memeluk Aby Rendy dan Umi Sofi bergantian.
"Bulan .... jaga diri kamu selama di Ponpes. Di sana adalah tempat terbaik untuk kamu bisa mengembangkan diri kamu dan tempat untuk merubah diri kamu untuk menjadi lebih baik dan Sholehah. Aku ingin melihat perubahanmu nanti." ucap Bintang pelan dan memeluk saudara kembarnya.
"Woyyy ... Bulan ikut anter Bintang. Jadi gak perlu mewek sekarang." ucap Bulan dengan kesal dan sok tegar.
Mereka sudah berada dalam satu mobil melakukan perjalanan menuju Pondok Pesantren penghafal Al-Qur'an di Kota T.
Perjalanan menuju Pondok Pesantren itu sekitar tiga jam dari Kota G. Ustad Ihsan sebagai supir dan Bintang duduk di samping Ustad Ihsan, sedangkan Bulan duduk di kursi belakang.
Sesekali Ustad Ihsan mencuri pandang dari kaca spion tengah untuk menatap Bulan.
"Bosen gak sih. Perjalanan kayak gini, udah gak ada musik, jalanan cuma hutan aja yang dilihat. Gak seru banget." celetuk Bukan dengan ketus.
Bintang yang sejak tadi menyimak perjalanan dengan tenang pun langsung menoleh ke arah Bulan yang sudah merebahkan tubuhnya di kursi belakang.
"Udah tidur aja, gak usah ribut. Nanti kalau lewat kafe, Bintang bangunin, aku yang traktir." ucap Bintang pelan.
Bulan hanya mendengus dengan kesal dan mencoba memejamkan kedua matanya.
"Bintang, tolong buka dashboard itu, sepertinya ada coklat putih dan beberapa cemilan. Tolong kasih kepada Bulan." ucap Ustad Ihsan menitah.
Mendengar kata coklat dan cemilan, Bulan langsung tersenyum dan membuka kedua matanya. Bintang mengambil satu kantong plastik kecil dan diberikan kepada Bulan.
"Nih, dari Kakang Prabu. Habisin." ucap Bintang sambil terkekeh dan melirik ke arah Ustad Ihsan yang masih fokus menyetir.
"Kakang Prabu apaan. Makasih nih coklatnya lumayan buat menghilangkan kejenuhan." ucap Bulan dengan asal dan membuka bungkusan plastik dan dikeluarkan isinya satu per satu, memilih mana yang hendak di kunyah untuk pertama kalinya.
"Ya kali, calon suami dibilang Kakang Prabu. Betul kan Kak Ihsan." ucap Bintang terkekeh.
"Hemmm ... " ustad Ihsan hanya berdehem saja dan tetap fokus kepada jalanan yang sepi.
Bulan mulai mengunyah coklat itu dengan santai tanpa menawarkan kepada Bintang ataupun kepada ustad Ihsan.
Setelah mengantarkan Bintang ke Pondok Pesantren penghafal Al-Qur'an. Bulan dan Ustad Ihsan langsung kembali lagi ke kota G. Hari sudah mulai gelap dan cuaca mulai terasa dingin dan hujan sepanjang jalan.
Awalnya Bulan duduk di belakang, namun Ustad Ihsan terus saja meminta agar Bulan mau duduk di depan. Mereka berdua hanya terdiam dan tidak ada yang memulai pembicaraan.
"Kamu lapar Bulan? Mau makan apa?" tanya Ustad Ihsan pelan dan lembut tanpa menoleh ke arah Bulan sedikitpun.
Sejujurnya Ustad Ihsan itu gugup dan panik, tapi dirinya berusaha tenang dan tetap terlihat cool dan santai.
"Apa saja. Udah tahu Bulan laper, masih nanya." jawab Bulan dengan sedikit ketus.
Mendengar jawaban yang terdengar kurang mengenakkan itu, Ustad Ihsan berusaha diam dan tetap sabar.
"Kamu cantik pakai baju itu. Alhamdulillah pas ya." ucap Ustad Ihsan memuji pakaian gamis yang dikenakan oleh Bulan pemberian darinya semalam.
"Tapi, ini kepala makenya juga. Bulan gak suka." ucap Bulan sinis.
Ustad Ihsan lebih memilih diam dan tidak bertanya apapun lagi. Cukup tahu diri untuk bertanya sesuatu hal yang menurutnya penting tapi jawabannya tidak sesuai ekspektasi.
Selang beberapa waktu, mobil pun memasuki ke tempat makan. Di Kota T, itu kebanyakan makanan dengan duduk lesehan.
Mereka berdua turun dan masuk ke dalam mengambil saung pertama yang kebetulan memang tempatnya sepi.
"Mau makan apa?" tanya Ustad Ihsan pelan.
"Ayam bakar aja sama es teh manis." ucap Bulan dengan singkat.
"Oke saya pesankan dulu, sekalian saya mau sholat Maghrib. Kamu gak sholat?" tanya Ustad Ihsan pelan.
"Lagi datang tamu." jawab Bulan dengan asal.
Padahal sebenarnya Bulan memang malas untuk sholat bukan karena sedang datang tamu bulanan.
Ustad Ihsan sudah kembali dari sholatnya dan semua makanan sudah datang sesuai dengan pesanan.
Bulan dengan santainya memakan makanan pesanannya dengan cuek.
"Biasakan baca bismillah dulu" ucap Ustad Ihsan kepada Bulan dengan lembut.
Bulan hanya menatap ustad Ihsan dan mulai menghabiskan makanannya. Ustad Ihsan hanya menggelengkan kepalanya, dalam hatinya hanya berpikir, bagaimana bisa meluluhkan gadis kecil ini. Karena semua perhatian dan perbuatan baik sudah dilakukan tapi hati gadis kecil itu belum juga tersentuh.
"Mau nambah?" tanya Ustad Ihsan pelan.
"Boleh tapi ganti menu?" tanya Bulan pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KLO UNTUK HAFIDZ QUR'AN AKU SUKA PONPES TUMBORO....
2023-09-26
1