"Baiklah Nina. Nama saya Ihsan Hasanudin. Usia saya sudah 20 tahun lebih. Saya akan menjadi wali kelas kalian hingga satu tahun ke depan." ucap ustad Ihsan dengan santai.
"Belum nikah kan Ustad?" tanya Fatima teriak.
"Saya belum menikah." ucap Ustad Ihsan pelan.
"Calon sudah ada Tad?" tanya Ferly yang tiba-tiba nyeletuk dari arah belakang.
"Saya sudah ada calon istri." ucap Ustad Ihsan pelan sambil menatap Bulan sekilas.
"Siapa Tad? Ustadzah Hilya ya?" tanya Ramona kepada Ustad Ihsan.
"Bukan. Ada seorang gadis yang sedang menyelesaikan studinya disini juga. Sudah cukup ya perkenalannya. Kita mulai dengan memindahkan bangku." ucap Ustad Ihsan pelan.
Semua siswa dan siswi hanya mengangguk pasrah. Ustad Ihsan mulai menentukan tempat duduk para siswa dan siswinya. Duduk akan dipisah antara laki-laki dan perempuan agar terbiasa.
"Bulan, kamu duduk di depan, sedangkan Bintang kamu di ujung depan sana." ucap Ustad Ihsan menitah.
"Ekhemmm cie cie, dipisahin nih ye." teriak Aisyah pelan.
Bintang menatap Aisyah dengan penuh tanda tanya.
"Kenapa Aisyah?" tanya Ustad Ihsan tegas.
"Gak papa Ustad." jawab Aisyah pelan dan menundukkan kepalanya.
"Tadi cie cie apa maksudnya?" tanya Ustad Ihsan pelan.
"Anu Ustad ... Tadi kata Bintang, Bulan itu pacarnya Bintang." jawab Aisyah polos.
Ustad Ihsan menatap tajam ke arah Bintang.
"Ini sekolah, kalian harus memikirkan pendidikan bukan untuk pacaran. Kalian mengerti??!" tanya Ustad Ihsan.
"Mengerti Pak Ustad." jawab seluruh kelas dengan kompak.
"Oke ... Karena hari ini memang hanya perkenalan saja. Sekarang kita berkumpul di aula untuk berkenalan dengan Pemilik Yayasan dan Pengasuh Ponpes serta jajaran guru yang mengajar disini. Silahkan kalian berjalan menuju aula dengan tertib." ucap Ustad Ihsan menitah para muridnya.
Bulan berjalan dengan Aisyah dan Fatima, sedangkan Bintang berjalan dengan teman barunya bernama Zaenal.
Ustad Ihsan berjalan paling akhir setelah semua murid menuju aula. Di lorong menuju aula tepat di depan kelas IX, ustadzah Hilya sudah menunggu ustad Ihsan.
"Assalamualaikum ... Ustad Ihsan." ucap ustadzah Hilya pelan menyapa Ustad Ihsan.
"Waalaikumsalam ... ustadzah Hilya." jawab Ustad Ihsan.
"Bagaimana Ustad Ihsan?? Orang tuaku hari ini ingin bertemu Ustad Ihsan." tanya Ustadzah Hilya.
"Afwan Ustadzah ini mengenai apa?" tanya Ustad Ihsan pelan.
"Masalah ta'aruf kita Ustad. Kenapa Ustad Ihsan belum juga memberikan keputusan. Apakah banyak perempuan yang mengajak Ustad Ihsan Ta'aruf?" tanya Ustadzah Hilya dengan kepala menunduk.
"Afwan Ustadzah Hilya. Saya memang tidak memberikan keputusan karena sudah ada hati yang harus saya jaga. Maafkan saya ustadzah Hilya, bila keputusan saya telah membuat Ustadzah Hilya kecewa. Ustadzah Hilya adalah wanita yang terpandang, Sholehah, pintar, cerdas dan cantik. Masih banyak lelaki Sholeh yang lebih sempurna dari saya. Saya doakan Ustadzah Hilya mendapat lelaki yang lebih baik." ucap Ustad Ihsan pelan menjelaskan.
Ustadzah Hilya berhenti dan memberanikan diri menatap Ustad Ihsan yang selama ini di cintai.
"Siapa wanita beruntung itu yang bisa mendapatkan hatimu Ustad?" tanya Ustadzah Hilya penasaran. Jujur bukan ini yang Ustadzah Hilya harapkan, tentu dia berharap dialah satu-satunya orang yang bisa mendapatkan hati Ustad Ihsan.
"Siapa wanita itu tidak penting Ustadzah, bahkan wanita yang ku pilih ini tidak sesempurna Ustadzah. Bagiku semua ini ridho Allah SWT. Aku mencintainya disaat dia belum mencintai aku." ucap Ustad Ihsan pelan.
"Apa kamu tidak ingin memberitahu hal besar ini kepadaku Ustad?" tanya Ustadzah Hilya.
"Suatu saat pasti kamu akan tahu. Maaf, saya tidak mau kedekatan saya dengan Ustadzah Hilya membuat fitnah yang keji untuk calon istri dan keluarga calon istri saya. Saya permisi dulu." ucap Ustad Ihsan tegas dan meninggalkan Ustadzah Hilya sendiri dengan kesedihannya.
Kedua mata Ustadzah Hilya sudah memerah menahan tangisnya agar tidak tumpah. Mencintai seseorang yang tidak mencintai kita itu sangat menyakitkan. Kita hanya berharap dan berusaha sendiri, sedangkan orang yang kita cintai malah berharap dan berusaha untuk mendapatkan yang lain.
Hati perempuan mana yang tidak sakit? Hati perempuan mana yang tidak kecewa? Bertahun-tahun bertahan untuk tetap mencintai dan terus memupuk rasa cinta itu hingga memberanikan diri untuk meminta ta'aruf namun tetap saja tidak merubah apapun di hati Ustadz Ihsan.
Melupakan seseorang tidak semudah membalikkan telapak tangan, terlebih Pemilik Yayasan akan mempromosikan Ustad Ihsan sebagai Kepala Sekolah. Ini semua tidak mudah, setiap hari harus bertemu dan bekerja dalam tim dan partner kerja, bukanlah sesuatu yang mudah.
Semua para siswa siswi sudah berkumpul di aula besar AL IKHLAS. Sekolah MTs dengan mondok yang terkenal di Kota G.
Pemilik Yayasan sudah duduk di kursi depan, begitu juga dengan Donatur tetap Yayasan Al Ikhlas yang duduk berdampingan. Pengasuh Pondok Pesantren juga sudah duduk di kursi yang sudah disediakan bersama para guru yang akan mengajar di Mata Al Ikhlas.
Ustad Yusuf adalah salah satu guru di MTs Al Ikhlas sekaligus anak dari Kyai Mansyur, sudah siap berdiri di atas mimbar untuk menjelaskan acara yang akan berlangsung pagi ini hingga siang nanti.
Ustad Yusuf sebagai MC juga menjelaskan siapa Pemilik Yayasan Al Ikhlas yang tidak lain adalah Bapak Syarifuddin. Beliau adalah Ayahanda dari Ustadzah Hilya. Sedangkan Donatur tetap Pondok Pesantren Al Ikhlas adalah Bapak Araby. Beliau adalah Ayahanda Ustad Ihsan.
Dan ini Pengasuh Pondok Pesantren Al Ikhlas, Kyai Mansyur. Serta jajaran para guru yang mengajar, antara lain Ustad Fatih, Ustad Ihsan, Ustad Abigail, Ustadzah Saripah, Ustadzah Hilya dan Ustadzah Lala.
Semua siswa siswi mengganggukkan kepalanya tanda paham. Teriakan teriakan kecil saat para ustad dan para ustadzah itu maju ke atas panggung dan memperkenalkan diri mereka masing-masing. Semuanya free alias belum ada yang menikah, tapi beberapa diantaranya sudah ada yang ta'aruf atau sudah dijodohkan.
Acara perkenalan memang menghabiskan banyak waktu. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Mau tidak mau acara harus di selesaikan dan akan dilanjutkan Sholat Dzuhur berjamaah.
KOBONG PUTRI
Setelah Sholat Dzuhur berjamaah di Masjid Pondok Pesantren. Seluruh santriwan dan santriwati makan siang bersama di ruang makan masing-masing. Jadwal selanjutnya adalah
"Menurut Kak Sifa dan Kak Annisa siapa yang paling keren tadi?" tanya Fatima penuh semangat.
"Sekolah yang bener, inget gak kata Pak Ustad Ihsan." ucap Bulan dengan cuek.
"Bulan, kamu sih enak udah ada jodohnya tuh si Bintang." ucap Aisyah ketus.
Bulan hanya tertawa lepas dan tidak menanggapi pembicaraan teman-teman sekamarnya itu.
"Kalian itu tahu apa. Aku dan Bintang gak ada apa-apa. Kita memang dekat, bahkan Memnag kita sedekat itu." ucap Bulan santai.
"Kalian dijodohkan dari kecil??" tanya Fatima penasaran.
"Entahlah, tebak aja sendiri. Aku pusing mau tidur dulu." ucap Bulan cuek. Lalu menutup tubuhnya dengan selimut dan menutup kedua matanya.
"Kak Anissa, gimana Ta'arufnya sama Ustad Yusuf??" tanya Sifa pelan.
Mendengar ucapan Sifa, Bulan kembali membuka matanya dan menatap Anissa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments