"Jahat kamu Bintang. Kamu sendiri yang bilang akan melindungi aku. Sekarang aku yang dipermalukan seperti ini. Saya memang gak bisa mengaji Pak Ustad!! Puas??" ucap Bulan keras.
Bintang memegang tangan Bulan dan memeluknya.
"Bukan maksudku Bulan. Aku hanya ingin kamu berubah, bisa ibadah dan mengaji. Itu saja. Maafkan aku." ucap Bintang lirih menyesali ucapannya yang membuat Bulan menangis.
Ustad Ihsan menatap keduanya dengan rasa yang aneh. Kedua saudara kembar itu begitu menyayangi namun memiliki sifat dan akhlak yang bertolak belakang.
"Iya Bintang. Bulan cuma punya Bintang. Bulan gak ada pilihan lain, selain menerima permintaan Aby dan Umi untuk sekolah disini, dari pada semua fasilitas Bulan dicabut sama Aby." ucap Bulan lirih.
"Ada aku, Bulan jangan sedih ya. Malu sama Ustad Ganteng." ucap Bintang berbisik di telinga Bulan.
"Bintang!!!! Ngomong apa sih!! Ngeselin banget." ucap Bulan ketus sambil melepas pelukannya dengan Bintang.
Ustad Ihsan tampak menghela nafas panjang melihat interaksi keduanya. Cantik-cantik gak bisa ngaji, batinnya di dalam hati.
"Maaf Pak Ustad. Kita lanjutkan lagi." ucap Bintang dengan sopan.
Mereka bertiga berjalan memasuki area Pondok Pesantren. Ustad Ihsan menjelaskan fungsi setiap ruangan dan kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan selama di Pondok Pesantren Al Ikhlas ini.
"Itu Pondok Putrinya. Bulan nanti disana. Nanti akan saya perkenalkan Ustadzah yang bertanggungjawab disana. Namanya Ustadzah Hilya." ucap Ustad Ihsan pelan sambil menunjuk ke arah pondok putri tersebut
Bulan menatap tempat itu dengan seksama. Tempat yang sederhana dan sangat berbeda dengan rumahnya yang cukup besar dan mewah.
"Kamu pasti bisa Bulan. Semangat." ucap Bintang berbisik.
Seolah Bintang itu mengerti dengan situasi dan kondisi yang saat ini dialami oleh Bulan. Menerima dengan ikhlas itu kan tidak mudah, perlu proses yang mana proses itu pasti sulit.
Bulan hanya menunduk pasrah. Pilihannya cuma satu mau gak mau harus mau. Suka gak suka harus suka.
DI SAUNG KYAI
"Antum mengerti kan. Bulan itu manja sekali, tolong diperhatikan secara khusus. Ana yang salah mendidik anak perempuan. Ana juga kasihan, tapi ini demi Bulan sendiri." ucap Rendy dengan gusar.
Sofi mengusap lengan suaminya dengan lembut.
"Antum harus ikhlas Rendy. Percayakan anak antum pada Ustadz Ihsan. Anakmu aman." ucap Kyai Mansyur pelan.
"Ana hanya ingin, anak ana jadi wanita Sholehah, memiliki jodoh yang baik yang bisa membimbing Bulan dunia dan akhirat. Kalau ada yang pantas, ana mau menjodohkan anak ana lewat ta'aruf." ucap Rendy pelan.
Dalam pikiran Rendy, agar Bulan bisa betah dan cepat beradaptasi.
"Antum yakin? Ana ada calonnya, dia lelaki yang amat sholeh. Banyak yang suka dan dan mengidamkan dia, hanya saja dia masih memilih yang benar-benar sesuai." ucap Kyai Mansyur pelan.
"Boleh ana tahu siapa dia?" tanya Rendy kemudian.
"Boleh, Dia ustad Ihsan, guru agama yang tadi ada disini." ucap Kyai Mansyur pelan.
"Ustad Ihsan? Kalau lelaki itu dia, tidak ada alasan ana menolaknya Kyai. Bisa pertemukan ana dengannya secara pribadi? ana akan minta langsung." tanya Rendy kemudian.
"Menginaplah semalam, nanti malam akan ana atur waktu yang tepat agar antum bisa berbicara lebih banyak tentang ustad Ihsan." ucap Kyai Mansyur pelan.
"Baiklah Kyai. Ana mau, tapi ana merepotkan antum." tanya Rendy pelan.
"Sudah ana siapkan semuanya. Antum tenang saja." ucap Kyia Mansyur pelan.
"Terima kasih Kyai." ucap Rendy pelan.
Sudah dua jam menjelang waktu ashar sejak selesai makan siang, Bulan dan Bintang berkeliling Pondok Pesantren Al Ikhlas bersama Ustad Ihsan. Mereka bertiga kembali ke Saung Kyai Mansyur.
Pak Kyai dan Rendy pun masih di tempat yang sama membicarakan masalah anak perempuannya yang perlu bimbingan khusus. Sedangkan Sofi dan Umi Siti sibuk mengurus dapur untuk persiapan makan malam dan membuat snack sore untuk santai setelah ashar.
"Assalamualaikum ... Pak Kyai. Afwan saya pamit dulu mau adzan di Masjid Ponpes. Ini sudah saya ajak berkeliling, mungkin setelah ashar saya kembali untuk mengantarkan mereka ke kobong." ucap Ustad Ihsan dengan sopan dan lembut.
"Waalaikumsalam makasih Ihsan. Antum adzan dulu, sudah mau waktunya." ucap Kyai Mansyur pelan menitah Ustad Ihsan.
"Saya ikut Pak Ustad." ucap Bintang pelan.
"Silahkan Bintang, ayo." ucap Ustad Ihsan pelan.
Ustad Ihsan dan Bintang kembali lagi ke Pondok Pesantren menuju Masjid Ponpes. Mereka memasuki masjid dan berwudhu sebelum masuk ke dalam.
"Bintang bisa adzan? Silahkan adzan." ucap Ustad Ihsan.
"Bisa Pak Ustad. Insya Allah Bintang coba." ucap Bintang mantap.
Bintang pun berjalan ke depan dan mulai mengumandangkan adzan. Suaranya bagus sekali tanpa cela. Bintang selalu juara adzan. Suaranya sangat merdu dan syahdu.
Suara adzan itu pun sampai juga di Saung Kyai Mansyur. Kyai Mansyur sempat terdiam mendengarkan dengan khidmat sambil memejamkan mata. Suaranya merdu hingga membuat hati bergetar hebat.
"Ini suara Bintang kan?" celetuk Bulan polos.
"Iya. Bintang itu selalu sempurna dalam mengumandangkan adzan." ucap Rendy pelan.
"Iya Bintang memang sempurna." ucap Bulan ketus.
"Bukan gitu Bulan. Bulan juga sempurna hari ini menjadi wanita Sholehah. Memakai gamis dan berkerudung, pokoknya cantik maksimal." ucap Rendy pelan memuji Bulan.
Bulan yang awalnya mencebikkan bibirnya pun kemudian tertawa lepas mendengar Aby nya memuji cantik maksimal. Dasar anak labil, baru dibilang cantik maksimal sudah bahagia. Ternyata bahagia itu sederhana ya, ada yang memuji saja kita bahagia. Maka sering-seringlah memuji orang karena akhlaknya, karyanya ataupun sesuatu yang dilakukan karena manfaatnya.
Kyai Mansyur, Rendy, Umi Siti, Sofi dan Bulan sholat berjamaah di Saung dengan Kyai Mansyur sebagai imamnya.
Sedangkan di Masjid, banyak santriwan dan santriwati bertanya tanya siapa gerangan yang mengumandangkan adzan dengan sempurna. Semua takjub mendengar suara Bintang, tak terkecuali Ustad Ihsan pun memberikan kedua jempolnya.
Setelah sholat ashar berjamaah di Masjid Ponpes. Ustad Ihsan dan Bintang pun kembali ke Saung Kyai Mansyur. Banyak Santriwan dan Santriwati yang bertanya-tanya tentang siapa lelaki yang mengumandangkan adzan dan berjalan beriringan dengan Ustadz Ihsan.
Di Kediaman Saung Kyai Mansyur. Semua orang sudah berkumpul dan menikmati sore dengan udara yang semakin sejuk khas pedesaan.
Teh manis panas dengan pisang goreng pun cocok menemani obrolan santai di sore hari. Kyai Mansyur dan Rendy sudah sepakat untuk memasukan Bulan dan Bintang setelah ashar ini.
"Assalamualaikum ... Aby, Pak Kyai." ucap Bintang sopan saat memasuki teras Saung.
Bintang dan Ustad Ihsan pun masuk ke teras Saung dan menyalami semua orang disana dengan mencium punggung tangan mereka dengan hormat.
"Waalaikumsalam ... sini Nak. Makan dulu, setelah ini kita ke Kobong untuk mengantarkan kalian berdua mulai masuk dan belajar di Pondok Pesantren ini." ucap Aby Rendy mantap.
"Iya Aby. Bintang setuju." ucap Bintang pelan sambil melirik Bulan yang masih saja menggelendot pada lengan Umi Sofi dengan manja.
"Suara Bintang sangat bagus saat adzan tadi." ucap Kyai Mansyur memuji.
Bintang pun tersenyum dan menjawab "Bintang sering ikut lomba adzan Pak Kyai. Alhamdulillah selalu juara satu, jadi Bintang sudah biasa mengumandangkan adzan." ucap Bintang pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
jamettSukaFiksi
ku kira bintang cowo😭
2024-06-14
0
Erna Shakila
llll
2023-09-26
1