Arga itu dulu senior di kampus Bella yang sangat populer. Julukan yang diberi beberapa wanita di kampus untuknya adalah 'The Most Wanted.'
Tak ayal banyak wanita di kampus yang saling bersaing mendapatkan perhatian darinya. Wajar sih, selain punya tampang yang mumpuni Arga juga termasuk pria yang ramah. Arga juga aktif di berbagai kegiatan organisasi di kampusnya.
Bella tentu tau siapa Arga sebab pertemuan pertama mereka adalah masa ospek mahasiswa baru.
Kala itu Arga menjabat sebagai ketua dalam panitia ospek. Segala kegiatan yang berkaitan dengan penyambutan mahasiswa baru adalah tanggung jawabnya.
Senin adalah hari pertama ospek calon mahasiswa. Kegiatan pertama dimulai dengan berkumpul di dalam satu lapangan. Disana akan ada perkenalan mengenai fasilitas dan struktur organisasi yang ada di kampus. Seperti kegiatan formalitas biasa yang harus dijalani.
Sampai hari ketiga, hari terakhir ospek. Para senior meminta mahasiswa baru untuk menuliskan surat cinta pada setiap panitia yang mengurusi ospek.
Diantaranya ada Arga, Bastian, Indra dan Bayu. Sementara untuk perempuan ada Serlin, Anaya. Gisel dan Caca.
Bella bingung melakukan hal ini, ia tidak pernah berkirim surat cinta, ia juga tidak mengerti harus menulis apa. Lagi pula ia tak ingin menimbulkan banyak perhatian. Masih ada rasa takut yang muncul jika ia mendapat perhatian lebih, maka Bella memilih menuliskan surat cinta anonim saja. Lagi pula belum tentu seniornya itu membaca suratnya.
Dan pagi itu tiba, di aula kampus mereka berkumpul setelah melakukan pemaparan dan peresmian yang tidak terlalu formal senior perempuan bernama Caca naik keatas panggung.
"Selamat Siang semuanya, hari ini adalah hari terakhir kita melaksanakan ospek. Sesuai perintah kemarin untuk buat surat cinta, hari ini acara penutupan ospeknya akan dilakukan dengan santai yaitu membacakan surat cinta kalian."
"Woooo," terdengar sorak para peserta ospek
"Oke, kalo gitu siapkan diri kalian ya, kita akan pilih random dan wajib naik keatas panggung nggak boleh nolak."
Bella hanya berlaku santai. Ia juga tidak ingin mencolok sehingga diperhatikan.
"Kamu yang pakai baju merah maju," tutur Caca.
Yang berbaju merah untunglah bukan Bella sebab ia memakai baju berwarna hijau.
Ternyata yang ditunjuk kak Caca adalah seorang perempuan cantik dengan rambut lurus berwarna hitam.
"Kenalin diri terus baca suratnya dengan jelas, yah," kata Caca memberi petunjuk.
"Baik Kak."
Caca kemudian memberikan mikrofonnya.
"Halo, saya Arletta dari jurusan Ilmu Komunikasi."
Arletta kemudian membacakan surat cintanya, yang ternyata di tujukan pada Arga. Sontak semua teman-temannya bergantian bersorak dan meledek Arga.
Dan setelah mengakhiri membaca surat cintanya itu, Arletta tersenyum genit ke arah Arga. Bella merasa Arletta memang punya maksud lain. Tetapi biarlah, lagi pula ia tak peduli.
Bella hanya berharap acara ini cepat selesai dan ia bisa kembali beraktivitas sebagai mahasiswa yang bebas.
Setelah Arletta sekarang giliran para lelaki yang membacakan surat cinta pada senior wanita. Kalau dipikir-pikir lucu juga sih. Idenya cukup ringan dan seru. Hitung-hitung melatih keberanian juga
Sampai Caca melihat kearahnya. "Ah, itu yang pakai baju hijau, barisan dekat pilar."
Setelah Caca berkata seperti itu, semua mata tertuju pada Bella.
"Ayo cepat, naik ke panggung kamu yang di request Arga tuh," ucap Caca jenaka.
Astaga, jantung Bella berdegup kencang. Sambil berjalan menuju panggung Bella menundukan kepalanya.
Sesampainya di panggung Caca sudah berdiri menyambut dan memberikan-nya mikrofon.
Sayup sayup terdengar beberapa sorakan. Bella tidak suka hal seperti ini tapi, mau bagaimana lagi. Mau tidak mau harus mengikuti kegiatan ini.
"Halo, saya Bella." ujarnya singkat.
"Fakultas mana." celetuk seseorang dari bawah panggung.
"Bella, dari fakultas Management Bisnis."
Dengan menghela nafas Bella lalu membacakan suratnya.
"Untukmu yang selalu membantu, terima kasih sudah membimbing dan menjagaku. Pastikan kamu baik dan kita bertemu di masa depan dengan ilmu yang berguna. Ditulis dengan tulus oleh Bella."
Dan setelahnya Bella menyerahkan mikrofonnya pada Caca namun Bella malah mendapat tarikan tangan.
"Karena kamu yang terakhir, aku boleh dong tanya sedikit."
Mau tidak mau Bella menganggukan kepalanya.
"Surat cinta kamu sejauh ini yang paling unik dan enggak spesifik sebutkan senior yang dituju. Kalo boleh sebutin alasannya kenapa."
Tentu saja itu terdengar seperti pertanyaan jebakan.
"Em― " Jawab Bella terjeda setelah ada seseorang yang nyeletuk.
"Buat gue yah," suara Bastian.
"Astaga pede banget lo Bas, gara-gara belum ada yang kasih surat cinta sebanyak Arga ya," celetuk Caca yang akhirnya membawa tawa.
"Jadi gimana nih Bella," tanya Caca lagi.
"Cintanya buat semua, soalnya Kak Caca juga biar kebagian."
"Ah, kamu sweet banget," ujar Caca dengan nada yang jenaka
Dan Arga tersenyum tipis setelahnya Bella turun dari panggung.
Semenjak itu Arga menjadi semakin tertarik pada Bella. Selain punya paras yang cantik, Bella punya hati dan kehangatan. Lembut seperti ibunya. Hal yang selama ini ia cari dari seorang perempuan.
Selama ini perempuan yang mendekatinya atau ia kenal tidak jauh sifatnya seperti Arletta. Awalnya memang menyenangkan menarik dan tentu itu jenis cinta remaja yang menggebu. Tetapi Arga rasa sudah cukup ia merasakan jenis cinta seperti itu.
Ia juga harus bersiap mencari pendamping hidup, bukan karena tuntutan sosial apalagi soal umur. Itu murni kemauan dari dirinya untuk mengakhiri masa lajangnya.
Arga juga sedikit tertawa dengan pernyataan ekspresif yang ditunjukan mahasiswa baru untuknya. Lucu saja untuk hiburan bukan maksudnya meremehkan atau merendahkan. Arga menghargai semua itu.
Sedari awal tanpa Bella ketahui Arga memang sudah mencuri pandang sejak Bella datang dihadapannya.
***
Arga tidak bisa tenang setelah mendapat telepon dari asisten rumah tangganya bi Anih yang berkata jika ibunya kambuh.
Pikiran Arga seperti melayang dari raganya. Ia hanya berfikir bagaimana caranya cepat sampai ke rumahnya dengan jarak tiga jam perjalanan.
Di dalam mobil Arga sibuk menghubungi bi Anih dan meminta agar selalu memberinya kabar perkembangan tentang mamanya se-update mungkin. Ia tidak bisa bohong jika perasaannya cemas. Arga juga takut kejadian yang paling tidak diinginkan akan terjadi.
Arga merasa bersalah, akhir-akhir ini ia jarang punya waktu untuk ada disisi mamanya. Selain karena urusan pekerjaan yang memang sedang menumpuk. Tadi, sebelum berangkat ke villa Arga sempat memastikan mamanya dalam keadaan stabil karena belakangan ini memang mamanya sering kambuh.
Hanya mamanya satu-satunya harta yang ia punya. Dengan sekuat tenaga Arga mencoba untuk berpikir jernih. Ia tak bisa gegabah, saat ini ia sedang menyetir dengan kecepatan penuh.
Tiga jam kemudian, Arga sampai di rumah sakit yang telah diberi tahu bi Anih sebelumnya. Langkah Arga sedikit berlari dan seketika lututnya lemas setelah, dokter memberi tahu jika mamanya sudah tidak bernyawa.
Arga merasa jiwanya mati, tangisan tidak lagi dapat terbendung mengalir melalui kelopak matanya. Ia juga tidak bisa menyalahkan bi Anih atas kejadian ini.
Semua memang sudah takdir. Pada akhirnya Arga harus menyadari itu.
"Den, maaf Bi Anih nggak berani bilang pas Aden lagi dijalan takut panik. Dan itu bahaya. Bapak juga pesan begitu," ucap bi Anih lirih.
Arga hanya terdiam. Ia tidak bisa berkata apa-apa tubuhnya lemah, bibirnya kelu. Padahal ia telah berjanji pada mamanya untuk membawa wanita yang ia cintai ke hadapan mamanya.
Dan ia tidak tahu jika papanya masih punya rasa peduli dengan keadaan mamanya padahal waktu itu jelas-jelas papanya yang memintanya untuk melepaskan mamanya.
Arga jadi terbesit pikiran negatif. Apa memang ini adalah rencana papanya atau rencana ibu tirinya itu.
"Ikhlas ya Den, tadi Bapak Aden yang bantu buat bawa Ibu ke rumah sakit. Sekarang katanya lagi ngurus berkas." bi Anih mengusap punggung Arga lembut layaknya seorang nenek yang menenangkan cucunya.
Menangis, entah sejak kapan Arga kembali meneteskan air mata. Padahal, terakhir kali mamanya masih dalam keadaan sadar ia berjanji untuk tidak menangis lagi. Namun nyatanya semuanya gagal. Hanya itu yang ia lakukan saat ini.
Arga berharap mamanya sudah tersenyum bahagia di surga. Dan untuk papanya ia akan menyelidikinya nanti. Tetapi yang pasti. Ia tidak akan membiarkan wanita licik itu mendapatkan harta papanya.
"Ma, maaf Arga belum bisa buat mama bahagia," lirih Arga dalam hatinya yang sesak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Lili Amalia
Ditinggal oleh Ibu adalah hal terberat dlm hidup.😭😭😭
2025-02-14
0