Bab 3

Bella dan Alisa baru saja keluar dari kelas masing-masing. Lebih tepatnya Bella yang telah selesai lebih dahulu. Sambil menunggu, ia sempat meminjam beberapa buku dari perpustakaan. Sore ini rencananya Alisa ingin mampir ke toko kue milik Mama-nya Bella maka dari itu mereka pulang bersama walaupun mereka satu kampus dan satu fakultas terkadang jadwal mereka tak melulu sama.

"Sa, supir lo sudah sampai dimana?"

Alisa kembali melihat ponselnya membuka pesan terakhir dengan supirnya. "Sebentar lagi, Bella. Di depan kampus."

Bella yang mengerti lalu menganggukan kepala. Sedangkan Alisa kembali menatap ponselnya. Sesekali ia juga tersenyum, bisa dipastikan Alisa sedang chat dengan Jodhi karena jemarinya sedari tadi sibuk mengetik beberapa kata balasan.

Mengerti kondisi itu, Bella memilih mengedarkan pandangannya melihat sekeliling halte fakultas manajemen yang tampak sepi. Seusai kelas Arga juga mengirimkan pesan padanya, hanya saja belum ada balasan kembali.

Dipandanginya langit yang tampak cerah berwarna biru terlihat gumpalan awan yang serupa kapas. Mobil-mobil berlalu lalang, juga beberapa motor dan Ada sedikit orang yang berjalan kaki di sekitar tempatnya menunggu. Karena hari sudah mulai sore kemungkinan mahasiswa yang lain juga sudah pulang meninggalkan gedung kampus. Saat asik mengamati Bella sempat fokus dengan mobil putih yang berhenti tak jauh dari halte tempat ia menunggu bersama Alisa.

"Sa, Pak Deni bawa mobil yang mana?"

"Yang putih, Bella. Yang biasa emang kenapa. Udah sampe?" Alisa menaruh ponselnya di dalam tas dan matanya berpencar ke segala arah.

"Mana Bella?” tanya Alisa. Merasa tak dapat menemukan mobilnya.

Sementara Bella masih terpaku dengan mobil putih tersebut. Namun tak lama kemudian mobil tersebut melaju menuju parkiran fakultas manajemen bisnis

"Bel!"

"Bella!"

"Bella Gunarman." pekik Alisa pada akhirnya dengan suara cempreng khasnya.

Panggil Alisa ketiga kalinya tak di respon sama sekali lantas ia menepuk pundak Bella.

"I― iya, Sa." jawab Bella. Suaranya tergagap dan tubuhnya berlonjak kaget.

"Udah sampe Pak Deni?" Bella malah balik bertanya lagi.

Alisa menghela napas, menghembuskan perlahan cukup panjang. "Ngelamun mulu ih, kebiasaan."

Mengeluarkan ponselnya Alisa lantas memencet beberapa tombol, menempelkannya ke telinga.

“Halo, udah sampai mana Pak?”

“Oke, saya tunggu di halte gedung fakultas manajemen. Gak usah keparkirannya Pak.” Tak lama Alisa menutup sambungan teleponnya.

"Bel, kagetin gue aja tahu, gue kira Pak Deni udah sampai. Tadi pak Deni gue telepon bilang lima menit lagi baru sampai.“

Bella diam sejenak. "Salah liat kayaknya." Bella tersenyum kikuk. "Mobil yang lewat tadi mirip." Lanjut bela lagi kemudian tertawa sumbang.

Menautkan kedua alisnya Alisa lantas menempelkan telapak tangannya ke kening Bella. "Gak demam Bel, kayaknya cuma butuh liburan atau spend time sama Arga deh." Alisa kemudian cekikikan.

Bella hanya memberi tatapan datar. "Arga mulu, emang gue bucin kayak lo."

Alisa tertawa melihat ekspresi Bella, bisa-bisanya ia selalu datar saat membicarakan Arga tapi kalo udah ketemu ekspresi Bella yang akan berubah menjadi manis dan pipinya sedikit kemerahan. Terkadang Alisa tidak mengerti apa Bella punya duality setelah perubahan dalam hidupnya itu.

"Biarin. Gue mah bucin sama pacar sendiri." Alisa menjulurkan lidahnya.

Seperti yang dikatakan pak Deni di telepon, ada mobil berhenti di depan mereka.

Tin! membunyikan klakson cukup nyaring. Alisa lantas menghampiri mobil tersebut karena tentu saja ia hafal plat nomor mobilnya sendiri. "Ayo, Bel." Ajak Alisa.

Bella yang masih duduk di halte langsung ikut masuk di kursi belakang bersama Alisa

"Pak, ke Misya Kitchen yah." Pinta Alisa.

"Baik, Non." ucap Pak Deni.

Mobil yang mereka tumpangi melaju meninggalkan kampus. Bella terdiam sambil menatap ke arah luar jendela masih sibuk dengan pikirannya. Sementara Alisa yang melihat sikap diamnya Bella langsung membuka suara. Khawatir temannya sedang memiliki masalah. "Bel, gimana kabar mobil lo?"

Bella masih asik memandangi jalan yang hari ini yang tak terlalu macet. "Lagi cek sama mang Ujang. Nggak parah kok cuma lecet dikit."

Teman-nya ini memang terlalu baik, Apa yang lecet dikit bumper depannya saja sampai penyok. Alisa saja sebal Bella sama sekali tak minta ganti rugi. Menurut penuturan Bella orang yang menabraknya itu baru saja belajar menyetir lagi pula kesalahannya tak fatal, Bella juga berdalih jika ia juga salah karena terburu-buru saat keluar parkiran tanpa sadar ada mobil lain juga yang ingin keluar secara bersamaan.

"Anak manajemen juga yang nabrak, Bel?"

Alisa memang cerewet, selain memang itu sifatnya Alisa jika belum mendapat cerita lengkapnya dari Bella. "Kayak-nya ….”

Singkat jawaban yang diterima membuat Alisa gemas.

"Ih, serius!" Alisa menuntut penjelasan lebih rinci.

Bella mengulas senyum singkat. "Gue juga nggak tau soalnya belum pernah lihat muka-nya. Tapi kalo dia parkir disitu kemungkinan anak fakultas manajemen bisnis juga. Kenapa sih, Sa.. penasaran banget." Tubuh Bella langsung menghadap ke arah Alisa. "Jangan cari ribut ya. Kan udah selesai masalahnya." Bella berusaha tenang memberi peringatan.

"Iya-ya mau mastiin aja kok, Bel." Alisa menjawab.

Padahal Alisa sudah niat untuk melakukan interogasi.

"Semuanya baik-baik aja dia juga udah minta maaf dan bagiku itu udah cukup kok.“ Dalih Bella.

"Mau pesen kue buat Jodhi juga?". Bella mencoba mengalihkan pembicaraan.

Bella itu tipikal orang yang baik hati. Baginya saat itu adalah hari sialnya setelah isi kepalanya kacaunya memikirkan pertemuannya dengan Abian, lagian sudah selesai kenapa harus dibahas, itu yang dikatakan Bella pada Asa setelah kejadian.

Senyuman yang menyungging Alisa torehkan di wajah manisnya. "Iya, custom yah Bel. please."

Sekian kalinya temannya itu mengeluarkan tatapan memohon. Bella cukup paham dengan permintaan yang Alisa maksud pasti custom kue yang dimaksud benar-benar spesial hanya dibuat satu untuknya. Yah begitu lah Alisa.

Bella bahkan masih ingat Alisa yang meminta wedding cake untuk acara ulang tahunnya ke tujuh belas dengan hiasan berbagai bunga asli yang bisa di makan. Memang seunik dan seribet itu Alisa.

"Tanya mama aja deh, gue masih pusing sama penelitian yang tambah ribet."

Alisa yang mendengar penuturan sekaligus curhatan Bella hanya bisa mengulum senyum.

"Pasti tante nggak akan nolak." Alisa menjawab penuh percaya diri.

Bella tersenyum melihat tingkah Alisa. Temannya ini selalu saja bisa merubah mood-nya dengan cepat, satu satunya teman yang tau sedikit perjalanan hidupnya. Dan Alisa juga yang terus mendorongnya untuk maju hingga bisa seperti ini.

Kesepian yang sempat dirasakan mendadak hilang tergantikan oleh kehadiran Bella. Kalo dilihat dari umur memang mereka sepantaran hanya saja Bella lebih dulu lahir beberapa bulan sebelum Alisa lahir.

"Iya, lo 'kan udah dianggap anak kesayangannya juga." Celetuk Bella sambil tersenyum manis.

Alisa yang mendengar penuturan Bella tersenyum begitu lepas, tulus dan manis membuat hatinya begitu lega. Alisa benar-benar menyayangi Bella seperti saudara kandungnya.

"Iya dong, tapi kalo jadi adek― gue enggak mau. Maunya jadi kakak aja biar bisa omelin sama nyuruh lo,” ucap Alisa.

Bella memberikan tatapan jenakanya. "Lo tuh harusnya memang jadi adik, belum bisa ngapa-ngapain sendiri lagian.“ Alisa tersenyum menunjukan deretan giginya.

“Em, iya sih. Sekarang udah mending Bel, udah bisa masak nasi goreng walaupun pake bumbu instan." Bela Alisa tak terima.

Mereka terkekeh geli mendengar hal itu. Bukan tanpa alasan Alisa ini cita-citanya ingin nikah muda tapi urus diri sendiri saja belum bisa, malah jauh dari kata mandiri, ia sama sekali tidak bisa melakukan pekerjaan rumah tangga.

Meski kaya raya tetap saja skill untuk bertahan hidup harus dikuasai.

Menyenangkan memang jika punya teman yang seumuran tapi bukan perkara mudah mempertahankan pertemanan mereka. Alisa merasa beruntung memiliki sosok teman yang setia seperti Bella. Bukan berarti mereka tak pernah bertengkar hanya saja mereka selalu punya prinsip untuk menyelesaikan pertengkaran mereka lebih cepat, tidak boleh lebih dari sehari itu komitmen yang pegang sampai saat ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!