Setelah menerima pesan dari Bella tadi siang, Arga senang bukan kepalang. Ia bahkan sengaja menjeda makan siangnya agar dapat menyelesaikan pekerjaan di toko lebih cepat
Langkah Arga lebar saat memasuki villa pinggir pantai yang sengaja Jodhi sewa untuk acara ulang tahunnya. Entah, apa sebenarnya merayakan ulang tahun di usia yang tak muda lagi menjadi suatu keharusan.
Sebab Jodhi setiap tahunnya selalu mengadakan pesta yang jauh dari kata sederhana. Tetapi Arga senang tahun ini kedatangannya ke pesta Jodhi tak berakhir dengan formalitas semata. Ia bisa bertemu Bella disana.
Bertemu wanita pencuri hatinya.
Yah, bagaimana tidak penampilannya saja sampai membuat Arga meneguk ludahnya kasar. Memang sih Arga sudah beberapa kali melihat Bella berpakaian cukup terbuka, hanya saja saat ini lebih dari itu.
Bella terlihat seksi dengan lekuk tubuh yang terlihat menonjol dan semakin tercetak jelas dibalik mini dress sifon bertali spageti itu. Belahan punggung dan belahan dada cukup rendah, melekat sangat pas di tubuh moleknya. Rambut karamel dengan bagian ikal di ujungnya tergerai cantik.
Sempurna dengan wajah anggunnya.
Semua orang nampak larut dalam suasana pesta, musik yang menghentak menambah suasana meriah. Bella memilih mengambil makanan mengisi perutnya. Jodhi memang sangat loyal bisa dilihat dari makanan yang tersedia dengan berbagai macam pilihan. Hampir seperti berada disebuah restoran dengan beberapa koki yang memasak langsung hidangan yang disajikan.
"Bella." Merasa namanya disebut seketika Bella menoleh ke arah suara itu bermuara. "Maaf yah aku telat." Suara maskulin itu terdengar mengalun lembut di telinganya.
"Nggak masalah Ga," ucap Bella tersenyum manis.
Arga lalu mendekatkan dirinya meraih pinggang Bella. "Kamu cantik," bisik Arga tepat di telinga Bella.
Seketika wajah Bella merona mendengar hal tersebut.
"Ayo makan aku lapar." Bella menarik pergelangan tangan Arga yang sebelumnya bertaut pada pinggangnya.
Bella makan dengan lahap, sesekali berceloteh dengan Arga.
"Mojok aja lo," ucap seorang lelaki bertubuh tegap dengan rambut sedikit ikal yang otomatis menghentikan percakapan antara Bella dan Arga. Baru saja ingin menjawab namun Alisa sudah datang menarik lengannya.
"Ayo buruan Bel." Suara cempreng itu terdengar semakin keras.
Bella hanya mengekor langkah Alisa. Musik yang menghentak sudah diganti dengan suasana lebih klasik dengan musik romantis. Semua teman-teman Jodhi telah berkumpul menjadi satu di dekat panggung kecil yang telah disediakan. Acara inti akan dimulai. Dan seketika Bella mulai gugup sampai Alisa menyerahkan mikrofon padanya.
Bella meletakan mikrofonnya dan berjalan keluar dari kerumunan tersebut.
Waktu berjalan cepat, beberapa teman Jodhi sudah ada yang pamit pulang. Semenjak Bella yang keluar dengan tiba-tiba dari inti acara pesta.
Tetapi Arga masih berkumpul dengan beberapa teman Jodhi. Meninggalkan Bella sejenak, ia tidak enak hati jika hanya terus menempel dengan Bella tanpa bercengkrama dengan sang pemilik pesta. Meski tubuhnya tidak bisa berbohong.
"Ga, udah sana samperin Bella dari tadi lu lirikin mulu". Celetuk lelaki berambut ikal itu lagi.
"Dia juga lagi sama temennya yang lain enggak enak juga lagi ngintilin mulu Bas," tanpa sadar Arga mengusap tengkuknya.
"Langsung jadiin makanya biar bisa ngawal terus." Ledek Jodhi.
"Kelamaan mikir entar keburu diambil orang". Timpal Bastian meledek Arga.
Sepertinya kedua temannya ini sangat senang meledeknya tentang asmara. Sementara Arga hanya tertawa sumbang mendapati hal itu. Meneguk minuman yang ada di tangannya sampai habis tak bersisa. Ponsel yang ada di kantong celananya bergetar, Arga langsung menaruh gelas yang dipegangnya diatas meja.
Arga langsung menempelkan ponselnya di telingannya, menjawab sebuah panggilan.
Setelah menerima telepon tersebut raut wajah Arga berubah panik ia langsung pergi begitu saja meninggalkan pesta tanpa berpamitan pada temannya. Jodhi, Bastian dan beberapa temannya tampak bingung sepertinya ada urusan yang sangat mendadak dan penting sampai Arga berlaku seperti itu
***
Bella berdiri sedikit terhuyung memijat pelipisnya sepertinya ia benar-benar mabuk. Ia mencoba menegakkan tubuhnya, pandangannya berpencar ke segala arah mencoba menemukan Alisa. Selagi berjalan menuju vila
Harusnya tadi Bella tidak nekat menenggak wine itu. Hanya demi menekan ketidakberdayaan tubuhnya ia nekat menenggak wine tiga gelas penuh. Tubuh Bella sangat payah dalam toleransi alkohol.
Sekarang kalau begini, siapa yang repot. Tentu ia sendiri.
"Lo enggak apa-apa?" Suara barito yang membuat Bella menoleh. Seketika wajah Bella tersenyum kecut, memilih tidak menjawab pertanyaan itu.
Lagi pula kemana Arga pergi bukannya tadi ia janji akan kembali lagi menemuinya tapi malah lelaki yang paling tidak harapkan datang menghampirinya.
Meski mabuk Bella masih mengenali siapa yang menyapanya.
Bella buru-buru menegakkan tubuhnya tapi keseimbangannya kembali goyah sampai kakinya terantuk papan kayu pada jembatan menuju vila. Lututnya menyentuh permukaan kayu.
Abian yang berdiri memperhatikannya mencoba membantu tubuh Bella untuk bangun tapi Bella menepis tangan kekar yang ada di bahunya itu. Walaupun gerakannya membuat tubuhnya semakin terhuyung.
"Bel— la," panggil Abian kembali.
Lagi-lagi Bella mencoba menulikan pendengarannya. Abian hanya bisa mendesah panjang sebab ia yakin karena kejadian kurang ajarnya tempo hari alasan Bella bersikap seperti ini.
Tubuh Bella kembali terhuyung dan berjalan sedikit tertatih karena kakinya yang lecet, Bella tetap melangkahkan kakinya perlahan. Belum sempat ia pergi jauh cipratan air laut menerpa tubuhnya. "Sial banget sih gue!" Raut wajah Bella nampak kesal. Tangannya bertaut memeluk tubuhnya. Udara malam terasa lebih dingin ditambah angin yang berhembus cukup kencang.
Melihat hal tersebut Abian langsung menyelipkan tangannya di antara lutut dan punggung Bella. Gendongan tiba-tiba itu membuat Bella memekik memukul dada Abian. "Turunin gue sekarang!"
Namun Abian tetap berjalan menuju area vila tanpa menghiraukan pukulan dan ocehan Bella.
Seiring berjalannya waktu ocehan dan pukulan Bella dirasa Abian semakin melemah. Ketika Abian sampai di depan penginapan dengan perlahan ia menurunkan Bella. "Mana kunci kamar?". Tanya Abian
"Gue bisa sendiri. Makasih atas bantuannya," kata Bella setelah turun dari gendongan Abian.
Bella berdiri merogoh kantung yang ada di dressnya. Abian memperhatikan Bella yang terlihat kebingungan setelahnya seperti mencari-cari sesuatu yang hilang. Bella menjambak rambutnya. "Astaga," pekiknya. Kenapa ia bisa lupa jika ponsel juga termasuk kunci kamarnya dititipkan pada Alisa.
"Kenapa Bel," tanya Abian menunjukan raut wajah khawatir.
Bella sebenarnya malu setelah bersikap jutek dan mengusir Abian yang jelas telah membantunya. "Pinjem ponsel dong, kuncinya dibawa sama temen," ucap Bella terdengar datar. Ia mencoba meredam rasa malunya.
"Ponselnya ada di kamar. Tunggu disini atau mau ikut," tawar Abian.
Suasana villa terlihat sepi, dikelilingi pohon kelapa dan beberapa tanaman lain yang cukup lebat. Belum lagi suara binatang malam yang saling bersahutan. "T-tungu gue ikut." Bella memegang ujung baju Abian.
Abian langsung saja menggendong Bella seperti sebelumnya. Belum sempat buka suara Abian sudah menyelanya terlebih dahulu.
"Lo jalannya lama bisa setengah jam kita sampai." Bella hanya diam mengatupkan bibirnya.
"Taruh tangan lo disini," ucap Abian mengarahkan tangan Bella kelehernya.
"Pegangan biar nggak jatuh. Lo kecil tapi berat juga." Bella mencebik memukul dada Abian. "Gue nggak minta gendong. Ya udah turunin!"
Abian terkekeh mendengar ucapan Bella merekam ekspresi yang menurutnya membuat Bella makin menggemaskan. Belum lagi mukanya yang sudah terlihat semakin memerah
"Gitu aja marah. Ya udah nggak jadi dipinjemin," Letaknya. Entah mengapa Abian sangat suka menggoda Bella seperti mengingatkannya pada Cecil, adiknya.
Merasa tak ada pilihan lain akhirnya Bella menerima tawaran Abian. Untuk mengusir kecangungannya Bella berdehem. "Masih jauh," tanyanya sedikit basa basi. Padahal Abian baru beberapa meter meninggalkan kamar Bella dan Alisa tadi.
"Bentar lagi," jawab Abian.
Bella hanya terdiam mengamati wajah Abian dari bawah. Bagaimana bisa detak jantungnya sudah berdegup tak karuan ia takut Abian bisa merasakannya. Bella mencoba mengerjapkan matanya beberapa kali, entah mengapa sekarang rasanya benar-benar pusing. Kepalanya terasa begitu berat, kelopak matanya seakan menempel selalu ingin menutup
Sepuluh menit kemudian mereka sampai.
"Bel, udah sampe. Turun dulu gue mau ambil ponselnya di dalam." Hening tidak ada jawaban hanya suara hembusan nafas teratur yang terdengar di rungu Abian.
Pandangannya lalu beralih ke bawah dan mendapati Bella yang sudah tertidur pulas. Abian terkekeh melihat Bella yang bisa-bisanya tertidur begitu pulas digendongannya.
Dengan perlahan Abian mencoba mengambil kunci yang ada di saku celana dengan mendudukan tubuh Bella diatas pangkuannya.
Tangan dan punggung Abian pegal. Ia ingin meluruskan dulu otot-ototnya. Dan mencoba membangunkan Bella.
Merasa menaruh Bella di kasur lebih mudah dan membuat Bella lebih nyaman. Abian perlahan menaruh tubuh Bella di atas kasurnya. Dengan hati-hati Abian mencoba melepaskan kaitan tangan Bella pada lehernya.
Bukannya terlepas Bella malah makin menarik tengkuk Abian dan berakhir tubuh Abian yang semakin menempel padanya. Meski kedua tangan Abian mencoba menahan bobot tubuhnya agar tidak menindih Bella.
"Dingin," ucap Bella tepat di ceruk leher Abian. Tubuh Abian meremang merasakan nafas hangat dan bibir kenyal Bella yang tidak sengaja menyentuh kulitnya langsung.
Entah setan dari mana Abian berbisik lirih di telinga Bella. "Bel, maaf …."
Dan bibir merona yang sejak tadi selalu menggodanya telah dibungkam dengan bibir Abian yang dengan semangat mengulum, menjilat dan menghisap manis bibir Bella seakan tiada hari esok.
Sedangkan Bella hanya dapat melenguh nikmat dan menyelipkan jemari lentiknya pada sela rambut hitam milik Abian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments