Balas Dendam Tuk Mantan
“Bel, kok melamun gitu? Lagi kangen pacar ya?"
Bella hanya tersenyum manis sekali tangannya mengaduk cappucino latte dengan sedotan. "Ih.. sok tau banget sih lo, Sa". Memicingkan matanya.
"Yah, kali Bel soalnya 'kan lo lagi LDR."
Sebenarnya tebakan Alisa tak sepenuhnya salah dan tak sepenuhnya juga benar sebab saat ini Bella malah teringat kembali pertemuannya dengan Abian di salah satu mall di kawasan Senayan City, malam minggu lalu saat menemani adiknya berbelanja.
Bukan pertemuan bertatap muka langsung melainkan Bella yang mengamati Abian dari kejauhan. Namun hal seperti itu sudah membuat jantung Bella berdebar kencang. Abian berada dijarah beberapa meter dari tempatnya berdiri. Cukup dekat sampai membuat Bella yakin itu adalah Abian.
Pandangan Bella stagnan sesaat melihat Abian yang sedang berdiri memegang ponselnya dan mengedarkan pandangan tepat ke arahnya. Bella dengan cepat membalikan badan bersembunyi di antara tiang besar yang menjulang tinggi. Nyatanya dirinya masih lemah dan belum siap bertemu dengan Abian.
Mata Bella masih bisa menangkap presensi Abian yang sudah nampak terlihat lebih dewasa. Tetapi ketampanan, karisma dan sikap cool-nya masih terasa di sekujur tubuhnya. Tungkai kakinya membalik dan hendak melangkah pergi.
Tetapi hati Bella selalu berkhianat, saat matanya kembali melihat dengan jelas dengan seorang gadis semampai yang bergelayut mesra di lengan Abian dan mengecup bibir satu sama lain. Terlihat sangat mesra.
Bibir Bella terkatup rapat, pandangannya beralih ke segala penjuru mall saat melihat Abian yang balas merengkuh pinggang sang gadis dan tersenyum manis.
(Tidak mungkin hanya teman biasa.) Pikir Bela dalam hatinya.
Bella benar-benar menyesali tindakannya itu.
"Bel… Bella". Alisa melambaikan tangannya di hadapan Bella. Tapi ia masih saja menatap kosong. Merasa kesal tak mendapat respon lalu Alisa menepuk tangan Bella yang berada di atas meja.
"Ahk.. iya, Sa.“ Bibir Bella mengerucut sambil meringis memegang tangannya. "Nggak usah mukul juga kali". Protes Bella.
Alisa hanya bisa menunjukan deretan giginya sambil tersenyum. "Abis lo, budek banget sih sudah dipangil-in juga sampai gue ngelambain tangan ke muka lo masih aja dikacangin. Gue takut lo kesambet. Makanya kalo kangen tuh jangan dipikirin, Bel― tapi di telepon video call gitu.“ Alisa berceloteh tanpa henti
Bella hanya menganggukan kepalanya sebab sahabatnya ini selalu cerewet. "Iya bawel, banget ngelebihin mama Misya tau." Ledek Bella.
Gelak tawa terdengar dari mereka berdua sebab sindiran yang Bella katakan ada benarnya. "Lo, tuh yah kalo apa-apa terlalu sering dipendam dan disimpan dalam hati.“ Balas Alisa tak terima
"Ya, simpan dulu Sa, siapa tau entar jadi nambah." Bella menanggapinya dengan jenaka.
"Ih, Bella. Ini serius.. Lo kira gue lagi ngelawak!"
Bella yang tadinya sedang tertawa, kemudian mengatupkan bibirnya mencoba membuat mimik serius.
"Ya, ya. Terus Bella mesti gimana Mama Alisa.“ Nadanya meledek.
Mendadak raut wajah Alisa menjadi masam.
"Pacar apa sih. Halu! kayaknya,” sahut Bella.
"Memang sama Arga enggak ada perkembangan?". Sekarang gantian Alisa yang mendadak blank dan mengulum bibirnya. Bella hanya tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang sedikit kikuk itu.
Bella melirik jam tangan yang melingkar di lengan kanannya. Teringat janji yang tadi pagi ia buat. "Yuk, cabut. Jadi nggak sih atau gue pulang nih.“ Mencoba menghindari tentang topik hubungannya dengan Arga yang terbilang rumit.
"Eh, iya ayo Bel.“ Dengan semangat Alisa bangkit dari kursi
Setelah memarkirkan mobil, Bella dan Alisa memasuki kawasan mall di kawasan Kuningan City. Langsung disambut jejeran area pertokoan. Bella sudah bisa menduga jika mata Alisa sudah jelalatan kesana kemari.
Hobi nge-mall dan belanja Alisa ini kadang suka membuat Bella geleng-geleng kepala sebab temannya sering lupa waktu dan lupa diri. Pernah Bella sampai kelelahan menemani Alisa yang dengan semangat dengan mata berbinar. Alisa sanggup mengitari Mall seharian penuh, kaki Bella sampai pegal, lemas tak mampu melangkah lebih jauh lagi.
Gilanya mereka sama-sama pake heels. Pada akhirnya Bella hanya duduk menunggu di foodcourt ditemani segelas boba.
(Untung saja ia pakai sepatu sport hari ini, terima kasih kali ini firasatnya sangat baik.) Batin Bella.
"Duh, Bel bajunya lagi Sale Up to 70%, bisa kalap nih!! Yang ada kado Jodhi nggak jadi kebeli sekarang," gumam Alisa yang terlihat tak fokus saat mengitari jajaran baju yang terpajang rapi.
"Kebiasaan deh Sa, keseringan salah fokus. Kalo besok―" Bella berfikir sejenak mengambil ponsel di tasnya.
"Gue enggak janji bisa temenin. Ada bimbingan sama Pak Agus. Tau kan. Dia on time banget dan detail kalo meriksa tugas.“ Bella mendesah frustasi mengingat bimbingan pertamanya saja sudah sulit.
Sementara Alisa hanya tersenyum menunjukan deretan giginya yang rapi. "Iya.. Iya Bel, bentar lagi janji.“
Kedua jarinya sudah terangkat ke atas ditambah lagi mimik muka memohonnya tentu saja Bella tidak bisa menolak.
"Abis ini kita langsung ke toko olahraga aja deh. Paling mau beliin sepatu bola tau kaos jersey aja lah,” ucap Alisa.
Bella hanya mendengus sebal. "Tau gini tadi gak usah muter kejauhan, Sa.“ Bella melangkah mencari tempat duduk terdekat ia lelah dan pusing dengan bawaan Alisa yang semakin menggunung.
Sedangkan Alisa tetap melanjutkan kegilaannya belanja membiarkan Bella beristirahat. Kasihan juga sih Bella tapi Alisa tak bisa menghentikan hobinya ini, jiwanya akan menangis jika melewatkan diskon.
Bella lalu menatap layar ponselnya. Dilihat ada beberapa notifikasi pesan.
Itu adalah pesan dari Arga. “Kamu lagi apa? Gimana hari ini di kampus?“
Lalu pesan lain dari mama. “Bel, kamu dimana? enggak makan malam di rumah?“
Dan pesan lainnya dari nomor yang tidak ia simpan ynang Bella abaikan.
Namun satu pesan yang segera Bella balas adalah pesan dari mama yang berisi ia akan makan malam diluar. Temenin Alisa nge-Mall. Pulang Enggak sampai larut malam.
Setelah membalas pesan dari mamanya Bella lalu menggulirkan tombol kamera depan ponselnya seolah bercermin merapikan tatanan rambut juga wajahnya. Memoles sedikit lip gloss pada bibir tipisnya. Penampilannya sekarang sudah cukup rapi dan segar, kemudian Bella segera mengambil swafoto dan mengetikan pesan pada Arga.
Tak lama kemudian ponsel Bella berdering pertanda panggilan masuk.
"Kok kamu sendiri, Alisa mana?" Suara dari mikrofon teleponnya.
Bella tersenyum manis melihat Arga di layar ponselnya walau terlihat wajahnya yang lelah namun mata hitam milik Arga tetap menunjukan tatapan berbinar saat melihatnya." Dia lagi sibuk belanja. Kamu masih di toko?"
"Iya, tadi lagi ramai dan ada launch produk baru. Maaf tadi aku nggak sempat balas pesan kamu," ucap Arga lembut ada nada sesal yang terselip dari gambaran ekspresinya.
"Iya, enggak apa-apa. Jangan lupa makan ya, Ga."
Senyuman manis Arga mengembang. "Iya.. Bel, kamu jangan pulang kemalaman kalo Alisa masih lama tinggal aja."
Bella terkekeh mendengar penuturan Arga. Tiba-tiba suara cempreng Alisa terdengar di depan Bella dan langsung mengambil alih ponselnya.
"Namanya juga perempuan kalo nge-mall pasti lama, Ga.. Dasar nggak peka banget," gerutu Alisa sambil memberikan tatapan memicing.
Arga terkekeh mendengar penuturan Alisa. "Tapi Sa, untung Jodhi sabar banget ya hadepin lo yang cerewet dan kalo nge-Mall super lama banget. Sampai belum puas, kalo tuh Mall belum di kelilingi semua pojoknya."
"Ihk, rusuh!“ Alisa yang kesal memberikan ponsel kembali pada Bella.
"Awas yah! Ga nanti," balas Alisa selagi membawa baju-baju di tangannya menuju meja kasir.
Bella yang melihat pertikaian mulut di antara mereka hanya mengulum senyum. Sudah biasa memang sebab Alisa itu selalu menyenangkan saat digoda karena sikap ekspresifnya dalam menanggapi.
"Ya, sudah, nanti sambung lagi kalau aku udah di rumah. Alisa kalo bad mood malah makin lama belanjanya."
Arga mengangguk setuju. "Kabarin aku kalo udah di rumah."
"Iya.. dah," jawab Bella.
Kemudian dibalas senyuman manis dari Arga. Tidak lama kemudian sambungan telepon berakhir, Bella memasukkan ponselnya. Bella berjalan menuju kasir untuk menghampiri Alisa lagi yang masih setia mengantri di depan kasir dengan setumpuk belanjanya.
"Abis temu kangen sama calon pacar mukanya langsung segar gitu,” sarkas Alisa.
Memang Alisa itu kalo bicara selalu terus terang terkesan menyindir, mungkin orang lain yang belum kenal akan mudah tersinggung mendengarnya tapi bagi Bella omongan Alisa itu yang merupakan teman satu-satunya sebenarnya selalu bisa membuatnya nyaman terlepas dari segala tingkah lakunya yang kadang menyebalkan.
"Sirik aja,” jawab Bella segera menarik pergelangan tangan Alisa.
"Yuk, langsung ke toko olahraga. Nggak usah mampir ke toko lain lagi Sa," ucap Bella mengingatkan.
"Iya Bel." Asa menurut dan menjawab pasrah. Kemudian Alisa menyerahkan paper bag berukuran sedang di hadapan Bella.
"Bel, dipake ya buat party Jodhi. Awas kalo banyak alasan sampe nggak datang, cukup tahun kemarin nolaknya padahal gue sampai mohon-mohon. Lagian sekalian reuni, lo emang nggak kangen ― " ucapan Alisa tergantung.
Alisa mengulum bibirnya dan cepat-cepat melanjutkan ucapannya lagi setelah melihat ekspresi Bella yang dingin. "Enggak usah banyak mikir Bel, jangan terlalu lama menarik diri dari teman-teman SMA kita. Sudah saatnya lo tunjukin diri lo dan wujudkan janji lo." Bujuk Alisa mencoba meyakinkan Bella.
Bella terdiam sebab apa yang baru Alisa katakan mungkin benar. Sudah saatnya menjalankan rencananya.
"Gue jemput pokoknya". Final Alisa tanpa menunggu jawaban Bella sebab setelah melihat ekspresi Bella yang sempat tersenyum tipis membuat hati Alisa lega, Bella kali ini mau mengikuti sarannya ia tau senyum itu sedikit dipaksakan agar membuatnya tak khawatir sebab sedikitnya Alisa yakin Bella masih mempersiapkan diri lagi untuk bertemu kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments