Bab 11

Selesai sarapan paginya Bella lebih memilih untuk mendudukan dirinya di depan balkon kamarnya menikmati semilir angin menerpa wajahnya. Udara panas yang menyengat membuat kulit putih bersihnya sedikit memerah padahal ia sudah memakai lotion untuk mengurangi rasa sengatannya ia juga memakai kaca mata hitam untuk memandang luas ke arah pantai.

Pandangannya beralih pada ponselnya yang beberapa kali berdering. Bella hanya menatapnya membaca beberapa notifikasi di layar. Hanya terdapat beberapa pesan sebagian dari beberapa orang yang tidak disimpan dalam kontaknya dan pesan dari Alisa yang cukup banyak. Seperti saat ini.

Pesan dari Alisa : 'Bel, sebentar lagi aku pulang. Kalo kamu mau pulang nanti aku antar kamu pulang sama Jodhi ya.'

Dan pesan terakhir itu membuat Bella merasa bersalah membuat suasana liburan party Jodhi menjadi menyebalkan karena sikapnya.

Meletakan kembali ponselnya Bella memilih memejamkan matanya. Tanpa terasa sudut matanya berair mengingat kejadian yang membuatnya sesak. Tanpa terasa air matanya meluncur begitu saja dari sudut matanya.

Bahkan Bella tidak memiliki tenaga hanya untuk membalas pesan Alisa. Ponselnya hanya ia letakan begitu saja di nakas kecil dekat ia berbaring.

Lima tahun lalu …

“Semangat Bella, setelah lulus SMA ini kamu bakal bisa cari uang sendiri yang pasti lebih baik dibandingkan kerja paruh waktu,” gumam Bella pada dirinya sendiri.

Kala itu sambil memegang kedua tali tasnya, Bella baru saja menginjakan kakinya sebagai murid sekolah menengah merasakan euforia yang mendebarkan sebab sudah sangat lama ia menantikan hal ini.

“Pagi Pak,” sapa Bella ramah pada penjaga gerbang.

“Pagi Non,” jawab pak satpam ramah.

Rasanya perjuangan Bella mati-matian belajar siang dan malam demi bisa masuk ke SMA Bina Nusa yang merupakan sekolah favorit impiannya ini, lewat jalur prestasi. Bella sadar betul jika mengandalkan materi ia pasti sudah tidak punya harapan. Pasalnya keadaan keluarganya saat itu sangat pas-pasan.

Satu minggu pertama terasa menyenangkan sampai satu bulan setelahnya Bella merasa sekolah itu sudah seperti neraka.

Sebuah julukan yang buruk sudah melekat pada dirinya. Tapi bukan julukan yang baik melainkan sebutan untuk mengolok-olok dirinya hanya karena tampilan fisiknya. Bella tidak pernah tau jika semua orang di kelasnya memandangnya begitu rendah.

Seperti saat ini ia hanya bisa diam saat teman-temannya memanggilnya Beti atau mata empat. Atau si cupu. Hal-hal macam itu banyak Bella dengar.

Satu semester ia bertahan berharap segala ucapan, perkataan dan tindakan yang sudah kelewat batas itu bisa berakhir dengan sendirinya. Bella berharap teman-teman yang suka mengerjainya itu sudah bosan.

Dan benar saja seperti Tuhan mendengar permohonannya. Kala itu seorang lelaki yang Bella tau adalah salah satu siswa yang paling populer di sekolahnya merubah kehidupan sekolahnya.

“Lo enggak apa-apa?" Pertanyaan pertama yang keluar dari mulut seorang Abian Damara.

Bella sampai memegangi dadanya takut-takut jantungnya berdegup terlalu kencang dan keluar dari tubuhnya. Tentu saja ia tahu siapa Abian. Siapapun wanita pasti menaruh kagum padanya tanpa kecuali Bella.

"Enggak kenapa-kenapa," ucap Bella membetulkan letak kacamatanya yang bergeser. Abian dengan cekatan merapikan buku Bella yang sempat terjatuh dari dalam tasnya.

“Kamu gak perlu takut, gue gak bakal jahil'in lo kok.“ Abian bertutur tenang.

Dan Bella masih merekam jelas gestur tubuh maupun mimik wajah Abian yang membantunya dengan tulus.

Setelah kejadian itu beberapa siswa masih tetap menjahili Bella namun entah mengapa semenjak kejadian itu Abian selalu datang membantu Bella seperti seorang teman ia butuhkan sekaligus pahlawan seperti di film aksi.

Semester selanjutnya keadaan sekolah terasa lebih baik Bella juga mendapat satu teman baru lagi selain Abian yaitu Alisa Aurelia, kebetulan sebagai murid pindahan.

Biarpun perlakuan tidak adil terhadapnya masih terus terjadi, Bella tetap memaksakan diri untuk bertahan selain karena ia memiliki Alisa diam-diam ia juga telah menjalin hubungan spesial dengan Abian. Kedekatan keduanya terjadi sebab di pertengahan tahun masa sekolahnya Bella menjadi guru private Abian. Membantu nilai Abian yang menurun atau bisa disebut anjlok untuk dapat naik kelas.

Awalnya Bella tidak percaya atas ajakan Abian memintanya menjadi pacarnya. Bagaimana tidak ia seperti mendapat lotre di siang bolong.

Bella bahkan sempat meminta waktu untuk memutuskan hal tersebut karena selain ia terkejut, baginya tidak mudah berpacaran dengan seseorang yang terpaut jauh.

Diibaratkan Abian itu seorang pangeran dan ia hanya seorang wanita biasa yang miskin. Apa iya ada hal seperti itu di dunia nyata, setaunya itu hanya ada di dalam buku dongeng yang sering ia baca bersama ibunya sewaktu kecil.

“Bel, kamu mau 'kan jadi pacar aku?“

Bella tentu saja tidak tuli dengan ucapan itu, ia juga mengerejapkan beberapa kali kelopak matanya sampai diam-diam mencubit dirinya sendiri untuk meyakinkan jika apa yang terjadi dan ucapan yang Abian katakan bukanlah mimpi semata.

“Bel, kok kamu diam? Kenapa?“ Abian kembali bertanya seakan tidak sabaran dengan jawaban apa yang akan Bella keluarkan dari mulutnya.

"Bi, apa kamu nggak salah minta aku jadi pacar kamu." ucap Bella, seusai selesai belajar di perpustakaan sekolah.

Bella merasa ia tidak bisa menolak tetapi di satu sisi ia juga tidak bisa menerima sebab berpacaran dengan Abian sangat membuatnya terlihat terlalu timpang. Seperti seorang wanita biasa yang dilamar oleh seorang pangeran tampan.

Tapi, Abian menumpukan sebelah tangannya pada wajahnya dan satu tangannya diam-diam mengenggam tangan Bella yang ada di dekatnya.

"Kok ngomong gitu. Aku serius sayang sama kamu Bel. jadi gimana keputusan kamu. Jangan beri aku harapan palsu dong.. Kamu boleh tanya apapun kok kalo kamu masih penasaran." Abian tersenyum manis sorot matanya memandang lembut memancarkan ketulusan Bella bisa melihat itu dibalik kacamata tebalnya.

“Kenapa kamu bisa suka sama aku.. Aku gak cantik dan biasa-biasa aja,” tutur Bella.

“Mm, kenapa sih kamu bilang kayak gitu? Memang masih ada yang gangguin kamu?“ Abian malah balik bertanya.

Bella termenung hatinya bimbang mau menjawab apa. Ia cukup sadar diri akan keberadaannya, tetapi ia juga tak bisa menutupi jika sedari awal mungkin Bella lah yang sudah jatuh cinta pada Abian secara diam-diam sebelum saling mengenal. Bahkan Bella ingat nasihat yang selalu ibunya berikan 'Ikuti kata hati kecilmu, walau nantinya setiap keputusan tidak berakhir seperti kemauanmu tetapi setidaknya kamu sudah percaya atas dirimu sendiri.'

Bella menghela nafasnya panjang. "Bi, kamu beneran yakin. Maksudku em, ke― kenapa pilih aku," dari suaranya yang mengecil terlihat sekali Bella tidak percaya akan dirinya.

Abian tersenyum lembut mengeratkan genggaman tangannya pada Bella. "Kamu itu spesial dan kamu yang bisa buat aku selalu jadi diriku apa adanya. Kamu cewek yang pintar dan aku selalu suka ngobrol banyak hal sama kamu."

Mendengar pernyataan itu Bella menguatkan hatinya menatap sorot mata Abian yang terdengar tulus.

Sekarang yang terlintas di hati kecilnya cuma satu hal yaitu menerima permintaan Abian dan Bella menganggukan kepalanya kecil, dengan sedikit ragu.

"Iya," ucap Bella berbisik namun masih bisa ditangkap Abian dengan baik.

"Iya apa. Bel." tanya Abian memastikan. Pupil mata Abian tampak membesar.

"Em.. itu. Iya jadi pacar kamu,” bisik Bella malu-malu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!