Bab 10

Wajah Bella merah, rambutnya terlihat berantakan. Belum lagi tubuh Bella yang polos sudah berantakan dengan berbagai tanda merah di berbagai bagian sensitif miliknya.

Abian melengguh, menikmati wajah sensual Bella yang ada di bawah kukungan nya.

Pinggangnya tak kalah bersemangat dalam bergerak.

"Bel," suara Abian tepat berbisik di telinga Bella. Sambil sesekali mencuri kesempatan untuk menghirup aroma manis Bella yang membuat kepala Abian pening dan jantungnya seperti ingin meledak.

"Abian …."

"Ya, sayang."

"Harder, please."

"Ahk," pekik Bella.

Dan seketika semua menjadi memutih dimata Abian.

Suara alarm di ponselnya berbunyi.

"****," umpat Abian saat terbangun dari tidurnya. Matanya langsung terbelalak dan ia mengerang kesal mengusap wajahnya yang terlihat resah.

Kenapa semenjak kejadian ciuman semalam pikirannya menjadi tidak waras. Jantungnya bahkan berdetak lebih cepat dari biasanya jika seperti ini mungkin jantungnya bisa meledak. Seperti nyata di dalam mimpinya.

Astaga kenapa ia harus bermimpi bercinta dengan Bella. Abian rasa otak mesumnya benar-benar sudah keterlaluan bagaimana ia bisa menjadikan Bella yang baru ia kenal sebagai fantasi seksualnya

Abian menuruni ranjang menuju kamar mandi sekedar membasuh wajahnya. Menenangkan wajahnya yang memerah

Padahal mereka hanya berciuman namun mengapa efeknya sangat menggila di tubuh Abian. Bahkan semalam setelah berciuman Bella muntah. Untung saja itu karena efek mabuk, jika saja Bella tidak mabuk Abian sudah pasti tersinggung. Memangnya ia makan apa sampai mulutnya membuat orang lain muntah.

Abian terkekeh. Astaga, ia konyol sekali. Hanya ciuman membuatnya kacau. Padahal ia sudah melakukan lebih dari itu dengan wanita lain.

Suara gedoran pintu terdengar nyaring. "Bi, lo jadi ikut snorkeling nggak," teriak seorang lelaki dibalik pintu.

Abian mengusap wajahnya dengan handuk kecil yang ada dibalik gantungan pintu kamar mandi. "Sabar gue lagi mandi Sel, bentar lagi gue nyusul."

Sementara Marsel sedang mematut dirinya di cermin memakai kemeja lengan pendek yang sengaja dibuka dua kancing teratasnya. Dan kacamata hitam yang membingkai wajah blasteran Indonesia dan Spanyol-nya yang luar biasa tampan.

"Ngapain mandi sih. Nanti juga mandi lagi habis snorkling, Bi. Buruan gue tinggal!" Jelas nada Bastian terdengar tidak sabaran.

Tidak lama Abian keluar dengan celana pendek dan dada telanjangnya. Berjalan mengambil kaos putih di dalam tasnya.

"Eh, malem lo tidur sama siapa," tanya Marsel merebahkan dirinya diatas ranjang.

"Sendiri," ucap Abian singkat setelah menyisir rambutnya dengan jemarinya.

"Lo tuh yang tidur dimana," balas Abian balik bertanya

"Yakin. Sebelumnya sama cewek 'kan," goda Marsel dengan wajah menyeringai.

Sebab Marsel yakin setelah merebahkan dirinya di kasur ini.

"Aduh kalo lo tanya dimana, gue lupa. Semalam gue juga lupa tanya namanya," Marsel terkekeh mendengar penurunannya sendiri. Yang sialannya terlihat menggoda.

"Yang pasti di tempat dan suasana kaya gini paling enak tidur bareng cewe lah Bi, dari pada sama cowo memangnya gue homo."

Abian hanya bisa mendengkus mendengar celotehan temannya itu sebab diantara mereka bertiga Marsel memang dikenal sebagai fuckboy berwajah tampan dan tubuh menjulang tinggi yang sialnya di gilai banyak wanita.

"Ayo! tadi lo suruh gue cepetan sekarang malah lo yang bikin lama." Marsel menghela nafas dalam mencoba mengalihkan pertanyaan sialan itu.

Marsel tetap bergeming menggunakan lotion dan menyemprotkan sedikit parfum ke kulit putihnya itu.

Tubuh tegapnya berdiri menghampiri Abian yang sudah berada didekat pintu. "Bi, kenalin gue sama cewe yang lo bawa semalam. Wangi badannya enak banget. Apalagi nanti kalo ditidurin."

Dan seketika Abian mengencangkan rahangnya. Marsel memang terbiasa berbicara seperti itu dengannya tetapi ia tidak suka jika sampai Marsel menginginkan Bella. Harusnya malam itu Abian bisa menahan hasratnya sedikit sehingga wangi tubuh Bella tidak sampai tertinggal di ranjangnya. Bodoh. Abian bodoh.

"Enggak akan gue kenalin," jawab Abian ketus.

Marsel menyipitkan matanya, bibirnya tersenyum tipis. Baru kali ini Abian semarah ini biasanya ia begini jika melindungi sesuatu yang spesial untuknya.

"Kenapa? itu bukan wangi Amel, lagi dia nggak ikut ke party ‘kan tadi malam. Apa itu selingkuhan baru lo?"

Kepala Abian berdenyut dan ia tidak tau harus bagaimana menjawab semua pertanyaan menyebalkan itu dari Marsel. Ingin sekali Abian meninju keras wajah temannya itu.

Tapi jika itu terjadi semua akan berdampak pada panjang untuk dirinya. Sabar Abian. Sabar.

***

Bella memijit pelipisnya hingga kebagian pangkal hidung yang terasa berat layaknya balok baja disanggahkan tepat diatas kepala. Wajahnya lesu, rambut indahnya juga terlihat kusut.

Lagi pula secantik apapun seorang wanita pasti saat bangun yang tergambar memang penampilan yang sedikit berantakan

Berbicara tentang berantakan Bella kembali membenamkan kepalanya ke dalam bantal bukan berniat untuk tidur kembali melainkan rasa malu yang membuat wajahnya merah seperti tomat.

"Bel bangun," suara cempreng itu kembali menyapa runggunya tetapi Bella masih tetap bergeming. Memilih menarik selimut dan menenggelamkan dirinya sedalam mungkin.

"Bellaa. Astaga! tidur terus kaya kebo." Alisa dengan sengaja menarik selimut sampai menampakan wajah Bella yang masih meringkuk dengan memejamkan matanya erat.

"Bel, ini udah siang loh. Setidaknya kalo emang enggak mau ikut, lo harus makan. Tadi malam lo muntah untung aja ada Abian yang bantuin. Lagi pula kenapa sih kamu bisa sampai mabuk― "

Alisa mendengus kesal, bukan menjawab pertanyaan Bella kembali membalikan tubuhnya membelakangi Alisa.

"Bel, are you oke?" Terselip rasa cemas dari nada bicara Alisa sebab sedari tadi Bella hanya berdiam diri. Terkesan tak ingin diganggu atau sedang marah.

Alisa menghela napasnya panjang jika sudah seperti ini pasti ia hanya bisa sabar menunggu Bella kembali bisa diajak bicara. Sampai situasi dalam hatinya membaik.

"Maaf soal semalam aku biarkan kamu sendirian." Alisa tetap berinisiatif untuk meminta maaf bagaimanapun ia juga bersalah meninggalkan Bella dan bersalah memaksa Bella untuk tampil di panggung menemaninya sebagai pemandu acara dadakan.

Setelahnya Alisa memilih keluar, kemudian menutup pintu kamarnya mungkin Bella memang sedang butuh waktu sendiri dan tak ingin diganggu.

Alisa melangkahkan kakinya pergi ke dapur.

Sepiring roti panggang, sosis dan omelet Alisa letakan pada sebuah nampan. "Sayang, kamu ngapain," ucap Jodhi yang tiba-tiba sudah berdiri disamping Alisa.

"Ngambil sarapan."

Tangan Jodhi tanpa permisi bergerak mengambil jus mangga yang baru saja Alisa letakan di atas nampan, tetapi tangan Alisa lebih cepat untuk menghentikannya.

Alisa memukul telapak tangan Jodhi selagi matanya menatap tajam ke arah sang kekasih.

Jodhi menunjukan deretan gigi sambil mengusap tengkuknya. "Pelit banget sih. Kok sarapannya mau dibawa. Nggak makan disini aja bareng aku?" Jodhi berkata demikian karena Alisa malah melangkahkan kakinya ke arah lain bukannya menuju meja makan.

"Ini buat Bella. Semalam dia muntah sehabis mabuk berat untung aja Abian bantu dan telpon."

Entah Alisa itu selalu bercerita tanpa diminta ia pasti akan selalu bicara menjelaskan. Apalagi jika sudah bersama Jodhi pasti mulutnya selalu bocor.

"Pantes semalam dia pergi gak balik-balik. Arga juga semalem balik cepet padahal aku kira dia bakal nginep."

Alisa ingat saat itu ia memang sedang sibuk dengan beberapa teman-teman lainnya. Alisa juga melihat saat itu Arga dan Bella memang tengah bersama. Sebelum menemui Jodhi ia masih melihat Arga berada bersama Bella dan beberapa temannya yang lain.

Alisa kira semua baik baik saja Bella juga tak terlihat cemas tanpanya sebab sudah ada Arga di sana. Sampai Abian menelponnya memberi tau untuk menjemput Bella di kamarnya.

"Aku antar ini dulu." Alisa berjalan menuju ke kamarnya. Ia juga harus segera menyusul Jodhi padahal hari ini rencananya mereka akan melihat pemandangan bawah laut. Pasti bakalan seru kalau saja Bella bisa ikut bersamanya.

"Jangan lama-lama aku tunggu. Aku mau sarapan bareng kamu," ucap Jodhi sedikit berteriak sebab Alisa sudah berlalu pergi.

"Oke," pekik Alisa singkat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!