Bab 4

Restoran dan toko kue tempat mereka menginjakan kaki saat ini memang usaha milik keluarga Bella yang sudah menjadi waralaba di berbagai kota besar di Indonesia. Keluarga Gunarman memang dikenal luas sebagai pebisnis sukses dibidang kuliner.

Bukan sebatas toko kue dan restoran saja keluarga Bella memiliki usaha lain seperti toko oleh-oleh yang berisi beberapa kerajinan tangan yang berupa pernak pernik kecil sampai furniture rumah tangga merupakan bagian dari aset keluarganya. Semua aset usaha keluarga Gunarman sudah tersebar di seluruh wilayah nusantara.

Sehebat dan sekaya itu Bella tumbuh. Tapi hal itu hanya dilihat segelintir orang ketika ia sukses. Jauh sebelum itu dulu keluarga Gunarman sempat jadi keluarga yang pas-pasan jauh dari kata cukup. Bella yang masih remaja sempat mencicipi bagaimana kerasnya mencari uang di Ibu Kota. Kerja paruh waktu sebagai pramuniaga di toko sampai restoran cepat saji pernah ia lakukan.

Perlu waktu tiga tahun sampai keluarga Bella mampu membangun bisnis yang berhasil di berbagai cabang. Keluarganya tak pernah berfikir berambisi untuk sukses, sampai dinobatkan dalam jajaran pengusaha sukses dalam majalah bisnis terkenal.

Dulu kedua orang tuanya sempat bercerita jika tujuannya membangun usaha semata-mata untuk bertahan hidup, membesarkan anak-anak dan mungkin bisa menjamin masa depan buah hatinya lewat pendidikan yang mumpuni.

Masih ingat dalam benaknya Bella yang dulu sangat fokus untuk belajar bertekad lulus dengan predikat baik demi tak ingin mengecewakan orang tuanya. Untuk itu Bella tidak pernah mencicipi masa-masa menyenangkan seperti nongkrong bareng, nge-mall apalagi untuk berpacaran.

Bukan karena Bella tak ingin menjadi seperti teman-temannya, jauh dalam hatinya ia juga menginginkan hal seperti remaja pada umumnya. Kehidupan yang dijalani semasa SMA sangat sulit bahkan saat itu adalah masa-masa terpuruk. Ayahnya baru saja terkena PHK, sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga biasa.

Dengan kondisi seperti itu Bella tak memiliki daya untuk mengikuti teman-temannya sekedar berbaur dan merasa pantas berada dalam komunitas nya. Jangan salahkan kedua orangtua Bella menyekolahkannya di tempat SMA favorit. Sekolah yang banyak terisi kaum jet set.

Bukan mengeluh meratapi nasibnya Bella malah berusaha jadi pintar dalam pelajaran, sampai akhirnya berbuah manis memudahkannya masuk perguruan tinggi negeri tanpa jalur testing.

"Eh, ada Alisa juga. Kapan kalian datang?" ucap Misya menyapa ketika melihat keduanya sampai di lantai atas ruang kerjanya.

Bella mendudukan dirinya di sofa menyusul dengan Alisa yang ada di sampingnya. "Baru aja Ma, langsung naik kesini ada yang mau ketemu banget tuh." Dengan ujung dagu menunjuk Alisa yang tepat berada disampingnya.

Mama Bella tersenyum ramah. "Kalian sudah makan?" Sejenak menghentikan sejenak aktivitasnya di depan layar laptop dan menghampiri kedua tamu spesialnya.

"Belum, Tante Misya aku sengaja biar bisa makan enak di sini." Alisa menyunggingkan senyum.

Bella terkekeh mendengar celotehan Alisa yang kadang tak tau malu. Diam-diam Bella menuju meja kerja Mama nya. "Bebek panggang, udang saus padang, jus jeruk dua sama puding cheese cake oreo nya―" Bella menjeda bicaranya sambil memegang gagang telepon. "Sa, ada tambahan enggak?"

"Kentang goreng saus mayo, Bel." jawab Alisa cepat.

Langsung diteruskan oleh Bella melalui sambungan telepon.

"Gila, tau aja Bel apa yang pengen gue makan." Mata berbinar Alisa seolah mengatakan ketakjubannya.

Bella tersenyum senang. "Sudah hafal setiap kesini pasti favorit lo tuh itu 'kan." Mendudukan dirinya kembali ke sofa.

"Alisa kesini mau ketemu Tante atau mau pesen kue?" tanya Mama Bella

Alisa lalu menganggukan kepalanya. "Iya, mau ketemu tante Misya dan pesen kue juga. Tante tau aja."

"Ya udah nanti abis makan kita obrolin lagi Tante mau ngecek keadaan toko sama resto dulu. Maaf ya, Tante tinggal sebentar dulu." Pamit mama Misya.

Menyadari Mama Bella yang sibuk Alisa meng-iya-kan nya dan meninggalkan mereka berdua yang masih menunggu pesan datang. Alisa beralih mengambil ponselnya yang ada di tas, sejenak ia melirik Bella yang kini sedang menatap ponselnya juga dengan mimik wajah cukup serius.

Pesan dari +628345xxx: Kak, ini Cecil yang waktu itu nabrak mobil Kaka. Lusa Ada waktu? Kalo boleh aku pengen ketemu.

Pesan dari +628762xxx: Kak, Bel lagi apa?. Angga ganggu gak?

Pesan dari Jodhi: Alisa bilang lu cari narasumber yang punya usaha periklanan?

Pesan dari Arga: Maaf ya Bel, Toko lagi rame nanti malam aku video call yah.

Pesan dari +629908xxx: Bella, jalan yuk.

Bella membaca sekilas beberapa pesan yang tampak di layar notifikasinya, ia memilih mengabaikan pesan dari nomor yang tidak disimpan ke dalam kontak terlebih dahulu membalas pesan dari Arga dan Jodhi.

"Sa, lo beneran bilang ke Jodhi?" tanya Alisa.

Alisa sedang menyandarkan tubuhnya di sofa setelah makan-makanan enak favoritnya. Padahal Alisa tengah dalam posisi yang nyaman dan sulit diganggu tapi ia kembali duduk tegak setelah mendengar nama Jodhi. "Aku bilang apa ke Jodhi?" Menyeritkan kening malahan balik bertanya.

Bella lalu menunjukan ponselnya pada Alisa yang berisi chatnya dengan Jodhi. Seakan paham setelah membaca pesan yang dimaksud temannya itu Alisa mengembalikan lagi ponsel milik Bella.

"Oh itu.. iya, biar lo pusingnya nggak kelamaan. Siapa tahu Jodhi punya kenalan teman yang punya usaha periklanan. Lagi pula lebih cepat kan lebih baik."

Lagi-lagi temannya ini selalu berusaha membantunya tanpa diminta. Alisa akan selalu membantunya. Walaupun terkadang Jodhi terkena imbas sebagai perantara. Bella merasa tak enak kadang ia memilih diam tak ingin menceritakan masalahnya tapi temannya ini terlalu peka dengan gerak geriknya dan berakhir dengan Bella yang akan sedikit buka suara dengan masalah yang tengah dihadapi.

"Jangan gitu lagi, Sa. Nggak enak sama Jodhi." tukas Bella selagi membalas beberapa pesan.

"Lebay, kayak sama siapa aja. Udah pokoknya terima aja yang direkomen sama Jodhi yah."

"Lihat nanti deh." ucap Bella seadanya.

Alisa kemudian berdiri tegak menghampiri pintu setelah mendengar suara pintu yang terbuka, terlihat Mamih Bella yang membawa beberapa katalog dan sample kue. "Tante Misya,” pekik Alisa.

"Repot-repot 'kan aku bisa turun ke bawah." Mengambil sampel yang ada di nampan.

Sementara Alisa sedang sibuk berdiskusi, Bella kembali melihat Ponselnya berniat untuk membalas beberapa pesan tadi yang sempat terabaikan. Dan satu pesan yang membuat Bella mengerutkan keningnya. Cecil― dan seketika ingatan tentang ‘mobil putih’ di kampus tadi. Mata Bella membulat.

Mengetukkan jarinya yang ada di pangkuannya. Bella menimbang apakah ia harus menemui Cecil lagi, tapi untuk apa?. Bukan urusannya sudah selesai. Dan apa tadi di kampus sebenarnya Cecil ingin bertemu dengannya tapi urung karena melihatnya dengan Alisa. Banyak pertanyaan yang ada di kepalanya. Setelah mengingat mobil putih itu.

"Bel, gue pulang dulu yah. Mau ikut pulang juga?" tawar Alisa.

Bella mengeleng pelan. "Aku bareng mama aja."

Bella kemudian membuka pintu. "Ma, anter dulu Alisa ke bawah."

"Bel, makasih yah. Pasti Bunda seneng banget deh." Menunjukan kedua kantung besar yang memenuhi kedua tangannya.

Di dalam kantong besar itu berisi beberapa varian roti dan satu boks lagi kue tiramisu kesukaan ayah dan bundanya Alisa, yang sengaja mama Bella bungkuskan sebagai oleh-oleh.

Bella menganggukkan kepala setelah Alisa memasuki mobilnya. Sebelum menutup pintu Alisa sempat menawarkan untuk pergi bareng ke kampus besok, tetapi dengan halus Bella menolak ia berdalih besok akan naik taksi online lagi saja. Lagi pula kasian Alisa harus menuju arah berlawanan jika harus menjemputnya terlebih dahulu.

"Salam buat Ayah sama Bunda-mu."

Melambaikan tangan ke arah mobil Alisa yang semakin menjauh. Rasanya sudah lama sekali Bella tidak mengunjungi toko dan restoran milik keluarganya ini. Walau sebentar Bella ingin meluangkan waktunya untuk Mama nya yang kini mulai sibuk sampai jarang bertemu di rumah.

Melangkah ringan menuju lantai atas, ruangan mama-nya lagi.

"Ma— Alisa pasti request kue yang ribet yah?" Melihat mama nya yang sedang sibuk mengurusi beberapa kertas sketsa dihadapannya.

Seketika Misya tersenyum lembut, menoleh ke arah Bella. "Enggak, Mama masih bisa handle. Lagi, kan keluarga Alisa udah banyak bantu kita."

Misya lalu memutar kusrsinya menatap sang putri yang sudah tumbuh menjelma menjadi gadis yang cantik dan juga mandiri. Ada rasa bangga dalam dirinya. "Bel, gimana kuliah lancar?" Misya meletakkan kacamata dan penanya di meja kayu itu.

Bella sedikit mengurai nafasnya panjang lalu tersenyum menatap mama nya. "Yah, biasa mah kalo ada masalah dikit masih bisa Bella atasi. Nggak usah khawatir." Tersenyum mencoba menenangkan.

Dan obrolan kecil itu terus berlanjut sampai pada saat matahari mulai tenggelam berganti dengan langit gelap dan cahaya bulan menangkap momen antara ibu dan anak yang saling tersenyum hangat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!