Keesokan hari nya Zidan tiba di indonesia, setelah menyelesaikan masalah perusahaan nya di Jerman. Dirinya memanglah seorang pembisnis handal, dengan ketegasan dan ide-ide nya. Dia berhasil membuat para investor mengurungkan niat menarik saham mereka.
Sesampai di Indonesia, Zidan di jemput Raka kemudian mereka lansung menuju Polres di mana Salsa di tahan.
"Apa kau sudah mempersiapkan semua nya Raka?" tanya Zidan, menatap asisten nya itu dari kaca spion depan.
"Sudah bos, semua sudah beres." jawab Raka yang juga melihat Bos nya dari kaca spion.
"Bagus," puji Zidan.
"Apa kau sudah memberitahukan gadis itu tentang rencanaku?" tanya Zidan, memainkan ponsel yang sajak tadi di pegang nya.
"Sudah bos," jawab Raka.
"Lalu dia jawab apa?" tanya Zidan lagi, pandangan nya masih tertuju ke ponsel.
"Nona tampak ragu Bos, mungkin nona akan menerima nya jika Bos bisa meyakinkan sendiri," jawab Raka.
"Kenapa kau tidak bisa meyakin kan nya. dasar bodoh. Tidak berguna!" umpat Zidan, menatap tajam asistennya itu dari kaca spion.
"Meyakinkan kan anak ingusan saja kau tidak bisa," dengus nya lagi.
"Maaf kan saya Bos," sesal Raka.
Zidan mendengus kesal, tangan nya masih bermain di layar ponsel, sesekali bola matanya melihat asistennya dari kaca spion.
"Sekarang kau katakan padaku, apa yang harus aku katakan nanti pada gadis itu, agar dia mau menerima permintaan ku itu," tanya Zidan, meminta pendapat asistennya.
"Sa-saya juga tidak tau Bos," jawab Raka.
"Kau kebanyakan tidak tau Raka, seperti tidak berguna saja kau," dengus Zidan.
"Maaf kan saya bos," sesal Raka yang terus melajukan mobil nya.
"Berhenti lah mengucap kan kata-kata itu Raka, aku tidak butuh kata-kata itu. Sekarang kau pikirkan caranya," kesal Zidan, melayangkan tatapan tajam.
Raka menghela nafas besar, menerima saja kata-kata umpatan Bos nya itu.
"Kalau Bos mau, Bos bisa melihatnya di internet," saran Raka.
Zidan terlihat diam saja seperti tidak peduli dengan saran dari asistennya itu.
Tapi jarinya segera berselancar di ponsel nya. Mengetik kan kata-kata. CARA MELAMAR SEORANG GADIS, di sebuah aplikasi.
Zidan membaca sebuah artikel. Disitu tertulis.
TENTUKAN WAKTU YANG TEPAT.
"Heiss.... Apa ini waktu yang tepat? Bahkan aku sendiri belum merencanakannya.Tapi kan ini terdesak, sudah pasti ini waktu yang tepat," batinnya tersenyum sendiri, senyum licik.
Zidan melanjutkan kembali membaca artikel itu.
TENTUKAN TEMPAT MU MELAMAR.
"Arrrg... Sial... Artikel sampah... Tidak mungkin di penjara aku melamar dia," umpatnya kesal.
Zidan lalu menutup aplikasi itu, memasukkan kembali ponsel nya ke dalam kantong celana.
Kini mobil mereka sudah sampai di parkiran Polres.
Zidan keluar dari mobil, melangkah masuk ke dalam. Di ikuti Raka berjalan di belakang nya.
Di sana mereka sudah di tunggu Jefri dan seorang penghulu sesuai rencana Raka, atas permintaan sang Bos.
Sama hal dengan Raka, awal masuk ruangan itu Zidan juga di sambut oleh seorang polisi yang bertugas di depan meja kerjanya.
"Slamat siang Pak, ada yang bisa saya bantu?" sapa polisi itu yang sudah berdiri tegap. Sapaan sama yang di terima Raka dulu.
Zidan tidak menjawab sapaan petugas itu, dirinya lansung duduk di kursi yang berhadapan dengan meja petugas. satu kaki nya menyilangkan menimpa kaki kirinya.
"Saya mencari Wiranto," ucap Zidan, setelah duduk di depan meja polisi yang bertugas.
Polisi yang bertugas itu menatap Zidan dengan tatapan penuh tanya. Siapa laki laki ini yang lancang menyebut nama atasan nya.
"Pak Wiranto ada di ruangan nya, sebentar saya akan panggil kan," sahut petugas itu.
Tak lama menunggu, seorang berseragam lengkap keluar dari ruangan, mendekati Zidan.
"Tuan Zidan." sapa Wiranto, dirinya lansung menjabat tangan Zidan yang sudah berdiri dari duduk nya. Mereka saling berjabat tangan dan berpelukan layak nya berteman dekat.
"Silahkan duduk,.Zi," katakan apa yang membuat mu datang kesini kawan?" tanya Wiranto berbasa-basi.
"Tidak ada, aku hanya sekadar datang berkunjung," jawab Zidan datar.
Wiranto menatap Zidan, lalu pandangan nya mengedar pada Raka, Jefri, dan seorang Penghulu yang berada di ruangan itu. setelah itu Wiranto menatap Zidan penuh tanya.
Zidan menghela nafas besar, sebelum menjawab apa yang di pikir kan laki laki di depannya ini.
"Aku kesini mau menjumpai seorang gadis yang kau tahan," ucap Zidan, memaksakan suara tegasnya.
Dahi Wiranto seketika berkerut, netra nya tak lepas menatap Zidan.
"Hentikan tatapan mu itu, Anto," dengus Zidan tak suka.
Wiranto terkekeh, hingga perut nya yang sedikit buncit itu bergetar.
"Siapa yang kamu maksud Zi?" tanya Wiranto masih terkekeh.
"Raka." panggil Zidan.
Raka bangkit dari duduk nya kemudian berjalan mendekati Zidan.
"Kau jelas kan pada dia, tujuan ku kesini," titah Zidan menunjuk wajah Wiranto.
"Bos mau bertemu Salsabila, dua hari lalu di tahan di sini, bos mau menik-"
"STOP!!!" bentak Zidan memotong ucapan Raka.
Lagi Wiranto terkekeh, menyaksikan semua yang di lihatnya.
"Hentikan tawa kau itu Anto, sebelum ku robek mulut kau," ancam Zidan, yang tak di hiraukan Wiranto.
Satu tangan Wiranto menunjuk Zidan dan satu tangan lainnya memegang perut. Dirinya masih saja tertawa lepas. Zidan memalingkan wajah kesal nya ke samping.
"Sialan kau Anto," umpat nya.
"Oke.... Oke.... Aku paham. Kemarin juga ada seseorang yang datang, meminta gadis itu untuk di bebaskan dengan angkuh nyan dia menyogok anggota ku dengan uangnya. Tapi, sungguh Zi, aku tidak tahu jika itu kamu yang meminta nya Zi." teramg Wiranto setelah puas tertawa.
Zidan menatap Raka yang berdiri di samping nya, seolah minta penjelasan.
"Kamu bisa membawa nya pulang sekarang Zi, anggota ku tadi sudah mengintrogasinya" terang Wiranto.
Lalu Wiranto menyuruh anggotanya membawa Salsabila keluar.
.
.
.
Salsa kini sudah duduk di bangku panjang di samping Raka.
Sedang kan Zidan masih duduk di depan meja Wiranto.
"Ya sudah aku akan membawa nya sekarang," ucap Zidan, berdiri dari duduk nya.
"Anggap hutang-hutang ku lunas Zi," ucap Wiranto ketika menjabat tangan Zidan.
"Hmm," balas Zidan.
"Apa kamu menyukai gadis itu," bisik Wiranto. membuat Zidan menatap nya tajam.
"Baiklah... Baiklah...," balas Wiranto, mengangkat kedua tangan nya.
Kemudian mereka meninggalkan kontor Polisi. Sebelum sampai di parkiran, Zidan memanggil Raka, mereka berjalan di belakang Salsa sedikit menghindar.
"Kau bilang pada gadis itu, dia bisa bebas karna aku yang menjamin nya, jadi rencana ku itu akan tetap di jalan kan." bisik Zidan.
"Baik bos, apa Bos benar-benar akan menikahi nona?" tanya Raka..
"Iya," jawab Zidan malu malu, memalingkan wajah ke arah lain.
"Pokok nya kau harus membujuk dia agar mau menikah dengan ku, kau paham," ucap Zidan penuh penekanan.
"Paham bos, tapi-?" ucapan Raka terhenti karna lansung di sela Zidan.
"Aku tidak suka mendengar kata tapi. sesampai di rumah dia harus mau menikah dengan ku. Kau paham, kan!" ancam nya lagi.
"Ba-baik Bos,"
"Bagus, sekarang kau pergi lah dulu pulang dengannya, aku biar sama Jefri,"
"Bos, penghulu nya?" tanya Raka lagi.
"Kau pulang sekarang dengan gadis itu!!!" bentak Zidan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments