"Tidak ada yang serius, tunggu beberapa saat lagi sakit nya akan hilang," ujar sang dokter setelah memeriksa kaki Salsa.
Dokter mengemasi dan menutup tas kerja nya, lalu berdiri mendekati Raka.
"Aku meninggalkan pasien ku yang kritis, saat mendapatkan panggilan dari mu," gerutu dokter itu sebelum melangkah pergi meninggalkan mension.
Raka hanya tersenyum tipis menanggapinya.
"Apa paha mu masih terasa sakit nona? " tanya Raka setelah dokter menghilang dari pandangan nya.
Salsa mengangguk pelan.
"Hanya sedikit nyeri saja, bang," ucap nya membenarkan perkataan dokter.
"Apa nona bisa berdiri?" tanya Raka yang di balas anggukkan kepala Salsa.
Lalu Salsa pun berdiri, berjalan bolak balik di dekat sofa itu sambil tersenyum pada Raka.
"Baiklah nona, saya lega melihat nya," ujar Raka.
"Apa saya sudah boleh pulang, bang?" tanya Salsa pelan
"Kalau itu katakan lah pada bos Zidan nona, saya hanya menjalankan apa yang di perintah kan nya," jawab Raka.
"Isssh! Kenapa harus bicara dulu sama om itu!" Salsa mendengus kesal.
"Baiklah nona kalau begitu saya permisi dulu," Raka berlalu pergi.
Kini di ruangan itu hanya tinggal Salsa serta tiga orang pelayan yang datang bersama Raka tadi, berdiri tidak jauh dari duduk Salsa.
Salsa hanya diam duduk di sofa itu, sesekali mata nya melirik 3 pelayan yang juga berdiri diam.
Tap.
Tap.
Tap.
Terdengar langkah kaki dari arah tangga, Salsa menoleh ke sumber suara langkah kaki itu.
"Jangan sampai dia kesini, jangan sampai dia kesini," batin Salsa dengan wajah tertunduk.
Langkah Zidan semakin mendekat. Salsa masih menunduk, memeluk erat tas sekolah yang ada di pangkuan. Detak jantung yang sudah tidak ber aturan membuat ia semakin sesak nafas.
"Apa dokter sudah datang?" tanya Zidan santai.
Tapi tidak dengan Salsa yang mendengar, wajah nya semakin tegang.
"Su- sudah Om," balas Salsa gugup tanpa melihat Zidan.
"Apa dokter sudah memeriksa kaki mu itu?" tanya Zidan lagi sembari mununjuk kaki Salsa.
"Sudah Om," balas Salsa cepat disertai anggukan kepalanya.
"Lalu apa katanya?" tanya Zidan lagi suara nya masih saja dingin.
"Ka-kaki saya baik baik saja Om," jawab Salsa terbata, kini keringat dingin sudah membasahi telapak tangan nya.
"Apa sekarang kau sudah bisa berdiri?" tanya Zidan lagi, sudah seperti menanyai seorang narapiidana.
"Sudah om," balas Salsa singkat.
"Coba kau berdiri," titah Zidan.
Salsa lalu berdiri dengan wajah masih menunduk.
"Apa kau bisa berjalan?" tanya Zidan.
Salsa mengangguk, sekilas ia menaikan bola matanya melirik Zidan. lalu berjalan bolak balik di dekat sofa itu
Zidan tersenyum tipis, sangat tipis hingga tak akan ada yang tau jika saat ini ia sedang tersenyum.
'gadis pintar,' Gumam nya dalam hati.
"Hey kau, kemarilah!" Zidan menunjuk tiga pelayan yang berdiri.
Salah satu pelayan itu berjalan mendekati Zidan. "Saya tuan," ucap pelayan itu setelah berdiri di samping Zidan.
"Antar kan gadis ini ke kamar atas," titah Zidan pada pelayan itu.
"Baik tuan," balas pelayan itu di sertai kepalanya yang menunduk.
"Mari nona," ucap ramah pelayan itu pada Salsa.
Salsa masih saja duduk diam.
"Mari nona," ulang pelayan tadi mengajak.
"Saya mau pulang Om," lirih Salsa memberanikan diri, wajah nya masih menunduk takut.
"Pulang kemana? Pulang kerumah Ibu yang sudah mengusir mu?" tanya Zidan sinis, seraya mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
Diletakkan nya sebuah ponsel mewah di atas meja yang layar nya sudah retak.
"Apa kau tau, kenapa ponsel saya bisa seperti itu?" tanya Zidan, meletakkan ponsel itu di atas meja.
Salsa melihat ponsel itu, ya itu ponsel tadi malam yang tak sengaja ia jatuh kan.
"Apa kau ingat sesuatu?" tanya Zidan menekan.
Salsa mengangguk pelan.
"Bagus, dan saya harap kau mau bertanggung jawab," ujar Zidan, tersenyum miring.
"Tapi om.... Apa boleh saya mengganti nya setelah saya menyelesaikan ujian sekolah, nanti selesai sekolah saya akan mencari pekerjaan," ucap Salsa lirih dengan wajah masih menunduk.
Zidan menganggukkan ke pala nya, meski ia tau. gadis itu tidak melihat nya.
"Tapi kau harus tinggal di sini, sampai kau bisa menggantinya. Kau tau ini ponsel mahal!" sungut Zidan menjelaskan.
"Ba-baik Om," Salsa menjawab cepat di sertai anggukan kepala pelan.
"Bagus, tepati janji mu," ucap Zidan yang di jawab angguk kan kepala dari Salsa.
"Sekarang antarkan gadis ini ke kamar atas?" titah Zidan pada pelayan tadi.
"Mari nona," ucap pelayan mulai berjalan pelan di depan.
Salsa berlari kecil mengikuti pelayan itu ketika melewati Zidan yang berdiri.
"Kalian pergilah!" Zidan mengusir pelayan yang masih berdiri disana.
"Tunggu.!" terdengar kembali teriakan Zidan.
"Siap kan makanan dan antarkan ke kamar gadis itu," titah nya.
"Baik tuan," balas pelayan itu serempak.
Salsa dan seorang palayan, kini sudah berada di lantai dua bangunan mewah itu. Salsa tak henti menoleh kiri-kanan, mengedarkan pandangan nya ke semua penjuru bangunan yang ia lewati. Dari tempat nya berada kini, ia baru menyadari bangunan ini sangat lah besar. Di lihat nya banyak pintu di lantai dua, entah itu pintu apa ia pun tak ingin bertanya pada pelayan yang mengantarkan. Beberapa guci besar juga tertata rapi, serta pot-pot yang di tanami bunga yang belum pernah ia lihat sebelum nya. Salsa begitu terpukau dengan apa yang di lihatnya saat ini.
"Nona," suara itu membuat nya tersentak, di lihat nya pelayan sudah membuka sebuah pintu.
"Silahkan nona," ucap pelayan itu.
Salsa melangkah pelan mendekati pintu ruangan yang di buka pelayan. Pandangan nya sudah dulu mengedar masuk ke ruangan itu.
"Ini kamar nona, masuk lah," ucap pelayan.
"Kamar saya?" tanya Salsa meyakinkan.
"Iya, ini kamar nona. Dan yang di sana itu kamar tuan," jawab pelayan seraya menunjuk salah satu pintu yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Ooo," Salsa mengangguk-angguk kan kepalanya.
"Mari nona, masuk lah," ucap pelayan membuka pintu lebih lebar.
Perlahan Salsa mengayunkan kaki nya masuk ke ruangan itu, mengikuti pelayan yang sudah lebih dulu.
"Apa saya akan tidur di sini juga?" tanya Salsa memandang kagum kamar mewah itu.
"Iya nona," balas pelayan.
'Aneh, Om itu sangat kaya, tapi kenapa dia masih meminta ku untuk mengganti ponsel nya yang sudah pecah itu? Apa lagi dia memintaku tinggal di kamar mewah seperti ini. Apa dia punya niat jahat pada aku?" batin Salsa dalam hati.
Tok
Tok
Tok
"Nona kami di suruh tuan membawa makanan ini," ucap dua orang pelayan yang berdiri di depan pintu membawa makanan di atas nampan.
'Kanapa meraka memperlakukan ku seperti ini?Seperti ratu saja aku kalau seperti ini,' Salsa hanya bisa membatin.
"I-iya masuklah," ucap Salsa yang lansung di turuti dua pelayan itu.
Kedua pelayan masuk kedalam kamar lalu meletakkan piring piring yang berisi makanan itu di atas meja.
Salsa yang sejak tadi memang merasa lapar, kini hanya bisa meneteskan liur nya.
"Apa nona masih ada memerlukan sesuatu?" tanya salah satu pelayan.
"Nggak," balas Salsa singkat, sebenar nya ia ingin para pelayan itu segera pergi agar ia bisa menyantap semua makanan di atas meja.
"Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu, nona. Jika nona butuh sesuatu nona bisa menekan tombol itu," ujar salah satu pelayan seraya menunjuk tombul merah yang menempel di dinding kamar.
"Iya, terimakasih," sahut Salsa.
Setelah itu para pelayan pun keluar dari kamar itu.
Tanpa menunggu lama lagi, Salsa lansung menyantap rakus semua makanan yang ada di atas meja itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments