Bel pulang sekolah telah berbunyi, siswa siswi putih abu abu berhamburan keluar dari kelas mereka. Salsa sendiri masih sibuk mengemasi buku dan alat tulis nya kedalam tas.
"Sa, nanti kita mampir di mini market depan dulu ya, sebelum pulang," ucap Santi yang sudah berdiri di samping Salsa, yang sudah siap untuk pulang.
Salsa mengangguk tanda setuju, lalu mereka pun berjalan ber iringan.
"Aku tunggu di sini saja ya San!" ujar Salsa saat sudah tiba di depan mini market.
"Loh, Kenapa? Kenapa tidak masuk sekalian saja. tanya Santi yang masih memegang tangan Salsa.
"Aku mau kesana sebentar," ujar Salsa berbohong, dengan tangan menunjuk suatu tempat. yang sebenarnya Salsa merasa malu, karna mini market itu tempat ia ketehuan mencuri.
"Baiklah, aku masuk ya, tidak lama kok?" ucap Santi lalu segera melangkah masuk kedalam mini market itu.
Salsa pun berjalan ke arah sebuah pohon rimbun yang tidak jauh dari mini market itu. Ia bermaksud akan menunggu Santi di bawah pohon rimbun itu, sekalian berteduh dari terik nya matahari.
Tiba-tiba pergelangan tangan Salsa di cengkram, lalu ditarik paksa seseorang, orang itu manarik. Salsa memberontak, ia menghentak-hentak kan tangan nya, agar terlepas. Tapi tenaga nya tidak cukup kuat untuk menepiskan tangan laki laki itu. Lelaki itu adalah Herman Ayah tiri Salsa.
"Lepas..... Lepaskan aku... Kau mau apa lagi? belum puas kau membuat aku di usir dari rumah," pekik Salsa meronta meminta agar tangannya di lepaskan.
"Diam kau! kau mau ibu mu yang bodoh itu ku buat menderita?" bentak Herman menatap tajam ke Salsa.
"Bajingan kau," cerca Salsa memaki Herman, sambil terus menyentak kan tangan nya. Herman yang tidak peduli terus saja menarik paksa tangan Salsa.
Tanpa Herman sadari, seseorang sedang memperhatikannya dari kejauhan sejak tadi. Orang itu adalah Raka, orang kepercayaan Zidan, yang di perintah kan Zidan untuk mengawasi Salsa, setelah mengantar kan Salsa pulang ke rumah sahabat nya. Zidan menyuruh Raka untuk terus mengawasi Salsa dari kejauhan.
"Halo bos, ada seseorang yang membawa gadis itu, " ucap Raka memberi informasi lewat sambungan teleponnya.
"Kau ikuti terus, dan ingat, jangan sampai gadis itu kenapa napa," balas Zidan dari seberang telepon.
"Baik bos, " sambungan telepon pun terputus. Raka kembali mengikuti Herman dari kejauhan.
Sedangkan Herman terus berjalan menarik paksa tangan Salsa, hingga tiba di sebuah bangunan berlantai 2 dikelilingi pagar yang menjulang tinggi. Langkah Herman terhenti, tangan nya terus saja mencengkram tangan nya.
"Buka pintu nya aku mau bertemu dengan Tuan Albert, " ucap Herman pada salah satu penjaga rumah itu.
"Ada perlu apa kau bertemu dengan Bos Albert? Man," tanya penjaga itu.
"Katakan saja pada Tuan Albert, aku membawa seorang gadis?" jawab Herman berharap pintu pagar itu segera di bukakan untuk nya.
Treeeeekk......
Pintu pagar itu pun lalu terbuka.
"Masuk lah," ujar pengawal itu.
Herman menarik tangan Salsa, bergegas masuk sambil tertawa kecil pada pengawal.
Sementara itu Raka kembali menghubungi Zidan, lewat panggilan telopon di ponsel nya.
"Halo bos, laki-laki itu membawa masuk gadis itu ke rumah Albert," ucap Raka saat sambungan telepon nya terhubung.
"Aku segera kesana.."
Tuuuuuut..
Sambungan telepon itu seketika terputus. Raka terus memperhatikan bangunan rumah itu dari ke jauhan, menunggu perintah selanjutnya dari Zidan.
Herman yang kini sudah berada di dalam ke diaman Tuan Albert, terlihat senang dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajah nya.
Sedang kan Salsa, dirinya di selimuti rasa takut dan cemas yang begitu hebat. tubuhnya gemetaran, di tambah rasa sakit di pergelangan tangan nya yang sejak tadi tidak pernah di lepaskan Herman.
"Kau tenang saja, sebentar lagi kau akan bersenang senang di sini," ucap Herman.
'Apa maksudnya, Bersenang senang? batin Salsa merasa cemas.
"Apa yang kau bawa Herman?" tanya seorang pria paruh baya yang baru saja keluar dari kediaman nya.
"Lihat lah sendir Tuan, saya yakin Tuan Albert pasti suka," balas Herman memandang Salsa yang ketakutan.
Tuan Albert berjalan mendekati Salsa.
"Cantik." gumam Tuan Albert seraya mencengkram ke dua pipi Salsa dengan satu tangannya.
Sungguh, Salsa merasa sangat ketakutan, tubuhnya gemetar, saat pria paruh baya itu mencengkram pipinya.
Salsa menangis, saat ini tak ada yang bisa ia lakukan selain hanya menangis.
"Berapa aku harus membayar nya Man?" tanya Tuan Albert.
"Berikan saya seratus juta Tuan, dan hapus kan semua hutang-hutang saya," balas Herman tersenyum menjijikan.
Tiba-tiba seorang pengawal melangkah mendekati Tuan Albert, lalu membisikan sesuatu.
"Mau apa dia kemari?" panik tuan Albert setelah Pengawal itu berbisik.
"Suruh dia masuk," perintah Tuan Albert pada Pengawal nya,
'Mau apa dia datang ke kediaman ku?' gumam Tuan Albert, terlihat jelas ketakutan di wajah nya.
"Apa kabar Tuan Albert?" terdengar suara seseorang yang baru saja datang.
Tubuh Tuan Albert menegang ketika melihat pria yang di kenalinya itu berdiri tidak jauh di depannya.
"Apa yang membuat mu datang kemari Tuan Zidan Alvaro, apa anak buah ku membuat kekacauan lagi di wilayah mu?" tanya Tuan Albert.
"Kau tau Pak tua, aku tidak suka berbasa-basi, Jadi simpan kata-kata mu itu? 'ucap Zidan seraya melangkah mendekati Salsa.
Zidan lalu menepiskan tangan Herman yang sejak tadi memegang pergelangan tangan Salsa.
Herman hendak menarik kembali tangan Salsa tapi Salsa sudah berlari ke belakang tubuh Zidan.
"Hei, kemari kau!" bentak Herman pada Salsa.
Akkkkh!
Zidan mencengkram leher Herman.
"Sekali lagi aku dengar kau membentak nya, Lidah mu akan ku potong, lalu aku akan jadikan santapan anjing di jalanan," ucap Zidan.
Herman berusaha melepaskan tangan Zidan dari lehernya, tapi tenaga Zidan terlalu kuat, hingga wajah Herman memerah, mata nya nyaris keluar saat itu. Akhir nya Zidan melepaskan tangannya dari leher Herman, lalu mengibas-ngibas kan tangan nya seolah terkena kotoran.
"Uhuk, uhuk, uhuk," Herman jatuh bersimpuh saat tangan Zidan terlepas dari lehernya.
"Kau tidak apa-apa? tanya Zidan pada gadis yang memeluk erat lengan nya. Salsa menggeleng kan kepalanya, wajah nya masih tampak pucat di sertai bibir nya yang masih bergetar.
"Raka," panggil Zidan.
Raka datang menghampiri bos nya.
"Bawa pergi dia dari sini," perintah Zidan seraya melepaskan pegangan tangan Salsa dari lengan nya. Namun, kedua tangan Salsa begitu kuat memeluk lengan Zidan.
Salsa masih takut dengan orang-orang yang ada di sana.
terlihat jelas di wajah nya yang sejak tadi sudah pucat dengan tubuh yang bergetar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Ipah
mantap zidan👍👍
2023-08-21
0