"Om, nggak akan membawa saya ke kantor polisi, kan," lirih Salsa memohon di sertai kepala yang masih menunduk.
"Baiklah, saya tidak akan membawa kau kekantor polisi, tapi-"
"Tapi apa Om?" potong Salsa cepat.
"Kau harus mengganti semua uang yang telah saya keluar kan sebagai uang jaminan tadi," Zidan tersenyum tipis. Namun, tidak dengan Salsa, tubuh gadis itu seketika menegang mendengar Zidan meminta ganti rugi padanya.
Bagaimana bisa dirinya mengganti uang yang di minta pria dingin yang berdiri di hadapannya ini. Sedangkan saat ini saja, ia tidak mempunyai uang sepersen pun.
"Bagaimana?" tanya Zidan lagi.
"Be-berapa Om?"
"Sepuluh juta saja," ucap Zidan santai, lalu berbalik badan membelakangi Salsa.
"Se-sepuluh juta!"
Kedua bola mata Salsa membola sempurna. Keget. tentu dirinya kaget mendengar nominal uang sebanyak itu, karna menurutnya barang yang tidak jadi diambil nya mungkin hanya senilai lima puluh ribu.
Zidan kembali berbalik badan.
"Ehh, kau kira mereka mau menerima ganti seharga barang yang kau ambil." Zidan mendengus kesal. Dirinya seperti mengetahui apa yang gadis itu pikirkan.
"Ta-tapi, kan barang nya nggak jadi saya ambil Om." Salsa memberanikan menjawab dengan kepala menunduk.
"Ya sudah, kalau kau tidak mau menggantinya, saya akan bawa kau ke tempat tadi, biar orang tadi yang membawa kau ke kantor polisi," Lalu, Zidan mencengkram pergelangan tangan Salsa.
"Lepas Om, iya saya akan ganti," Salsa memberontak.
Zidan pun melepaskan cengkraman tangan nya di pergelangan tangan Salsa.
"Mana," Zidan menampung satu tangan nya.
Salsa kembali menunduk. "Sekarang saya belum ada uang Om. Tapi saya janji akan mengganti semua nya kalau sudah ada uang,," ucap Salsa penuh keyakinan, meski semua itu mustahil baginya.
"Baiklah," Zidan mengangguk setuju.
Salsa bernafas lega. "Apa sekarang saya sudah boleh pergi Om?" tanya nya kemudian.
"Pergi, kemana?" Zidan pun bertanya dangan kedua alis bertaut.
"Ya, cari uang lah, kan Om minta uang buat ganti rugi?" Salsa mendengus sebal meski dengan wajah masih menunduk.
"Eh! Kau kira saya akan percaya begitu saja! Siapa yang menjamin kalau kau tidak akan kabur?"
"Nggak Om, saya janji nggak akan kabur, secepatnya saya akan menggantinya," Salsa berusaha meyakinkan, meski dirinya tidak yakin akan mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. .
"Siapa yang akan percaya dengan kau! Dasar pencuri!" Zidan berdecih.
"Saya bukan pencuri!" Salsa menjerit, lalu berbalik badan membelakangi Zidan.
Zidan tersenyum tipis.
'Hmh. Lucu juga gadis kecil ini, apalagi kalau dia sadang marah. Ah sial! Apa yang aku pikir kan?' Zidan menggelengkan kepalanya menepis kan pikiran yang barusan melintas.
"Ikut saya," Zidan mengayun kan langkah. Tapi, baru beberapa langkah, ia kembali berhenti, menoleh ke kebelakang melihat Salsa yang masih berdiri diam.
"Kenapa kau masih diam?"
"Om mau bawa saya kemana?" lirih Salsa bertanya.
"Ke kantor polisi!"
Salsa tersentak, 'Oh Tuhan! Bagaimana ini, gimana kalau dia benar-benar membawa ku ke kantor polisi,' batin Salsa ketakutan
"Nggak mau! Saya kan sudah janji akan mengganti uang, Om," Lalu, Salsa berbalik badan melangkahkan kaki nya pergi.
"Pergi saja kau, saya akan telepon polisi sekarang," Zidan berteriak seraya mengeluarkan ponsel nya dari dalam kantong celana.
Salsa menoleh pada Zidan yang sudah mendekatkan ponsel ke telinga. Detik itu juga Salsa berlari untuk menghentikan.
"Jangan Om!" pekik Salsa, kedua tangannya merebut ponsel di tangan Zidan.
Traaak...
Ponsel itu jatuh ke lantai.
Tubuh Salsa menegang, menatap ponsel yang sekarang sudah berada di lantai dalam kondisi pecah.
Tubuh Salsa semakin gemetar ketakutan, dirinya yakin itu pasti benda mahal. Bagaimana bisa dia mengganti ponsel itu?
"Arrrrgh!" Zidan menggeram kesal, menatap tajam gadis yang berdiri menunduk sambil meremas jemari tangan.
"Ma- maaf kan saya Om," lirih nya menyesal, kepala nya masih menunduk, takut melihat wajah Zidan.
Zidan mengambil ponsel nya, lalu melangkah pergi meninggal kan Salsa. .
Salsa yang merasa bersalah, kini mengekori Zidan.
'Akhir nya kau mengikuti ku juga gadis nakal," batin Zidan ketika mengetahui Salsa mengikutinya.
Zidan menghentikan langkah, tepat di depan sebuah mobil sport mewah yang terparkir. Lalu ia menoleh kebelakang, melihat Salsa yang berdiri tidak jauh darinya. Zidan membuka pintu sebelah kiri mobil lamborghini veneno milik nya.
"Masuk!" perintah Zidan tanpa menoleh pada Salsa yang berdiri di belakang.
Namun, Salsa masih berdiri diam dengan kepala menunduk.
"Masuk atau saya telepon polisi sekarang!"
Mendengar ancaman Zidan, gegas Salsa berlari kecil tanpa mengangkat kepalanya yang masih menunduk. Ia masuk ke dalam mobil sport yang pintu nya sudah di buka kan Zidan.
Zidan menutup kembali pintu mobilnya, setelah memastikan, posisi duduk Salsa sudah nyaman.
Kemudian Zidan berjalan ke pintu kemudi, duduk dan segera melajukan mobil sport mewah nya membelah jalan Ibu kota.
'Kemana aku harus membawa gadis ini? Apa aku antarkan saja dia pulang kerumah nya? Ah, aku sampai lupa, dia kan tadi mengambil satu roti. Apa saat ini dia lapar?' batin Zidan.
Zidan terus memacu mobil sport nya dan berhenti di parkiran sebuah restoran mewah terkenal. Kemudian ia keluar dari dalam mobil, berjalan menuju ke dalam restoran.
Langkah Zidan kembali terhenti, saat teringat gadis yang bersamanya masih berada di dalam mobil.
'Merepotkan sekali gadis itu. Kenapa dia belum juga keluar?" decak Zidan, lalu kembali ke mobil nya.
"Pencuri! Tidak bisa kah kau turun dari mobil," Zidan berkata sambil mengetuk pintu kaca mobilnya.
Salsa hanya diam saja, ia tetap duduk seperti tidak mendengarkan apa-apa.
'Dasar orang aneh, apa dia tidak tau kalau aku tidak bisa membuka pintu mobilnya yang sama aneh ini. Mobil dan yang punya sama-sama aneh,' Salsa menggerutu kesal.
Zidan baru menyadari, pintu mobilnya kan memang berbeda.
'Baru kali ini aku membuka kan pintu mobil untuk orang lain." Zidan menggerutu sendiri sembari membuka pintu mobil nya.
Setelah pintu terbuka Salsa segera keluar dari dalam mobil.
Zidan kembali berjalan masuk ke dalam restoran.
'Dasar orang aneh, untuk apa dia membawa ku ke tempat seperti ini,' batin Salsa dalam hati, kepalanya mendongak ke atas melihat tinggi bangunan yang ada di depannya.
Zidan yang sudah menghentikan langkah, berdiri di depan Salsa, dengan kedua tangan berada di dalam saku celana.
Salsa kembali menunduk ketika mata nya melihat Zidan yang berdiri di depannya.
"Sampai kapan kau akan berdiri di sana?" tanya Zidan.
Tapi, Salsa seperti tidak mendengarkan ucapannya, ia masih saja berdiri diam.
"Gadis kecil ini kalau tidak di paksa, pasti akan berdiri di sana sampai pagi,' Zidan menggerutu kesal.
"Baiklah, saya akan telepon polisi sekarang,"
Mungkin dirinya akan selalu menggunakan kata-kata itu agar gadis itu mau menurutinya.
Terbukti, mendengar ucapan Zidan akan menelpon polisi. Salsa buru-buru melangkah mendekati Zidan.
Zidan yang melihat nya hanya tersenyum kecil lalu berjalan masuk ke dalam restoran.
'Iiih, menyebalkan sekali orang tua ini!' gerutu Salsa dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Selka Bunny
wkwkwk apa2 selalu ngancam telepon polisi terus, semangat ya Thor buat karyanya
2023-10-22
0