Tok
Tok
Tok
Terdengar suara ketukan pintu dari luar, yang membuat Salsa terbangun dari tidurnya.
"Salsa buka pintunya......!" teriakan itu berkali kali dari luar kamar.
'Sepertinya itu suara ibu,' gumam salsa yang mengenali suara dari luar kamarnya.
Salsa lalu bangkit dan berjalan meraih handle pintu kamarnya.
ceklek
Pintu kamar terbuka, tangan salsa lansung di tarik kasar oleh Ibu nya yang sejak tadi berdiri di luar.
"Lihat.... Lihat......! coba kau lihat tangan suami ku, kau apakan tangan nya, hah?" bentak sang ibu.
Salsa sempat melihat sekilas ke arah ayah tirinya itu, saat itu Herman memasang wajah sendunya, nyaris dia lah yang seperti menjadi korban.
"Ta- tapi Bu--," ucapan salsa lebih dulu di potong sang ibu yang sudah emosi.
"Tapi apa hah?" bentak sang Ibu, Ibu Salsa pun berjalan mengambil sapu, lalu memukul tangkai sapu itu pada Dalsa.
"Ampun Bu...... hiks, ampun Bu...... hiks," Lirih Salsa memohon. Namun, emosi sang Ibu seperti nya sudah tidak terkendali lagi. Secara bertubi tubi tangkai sapu itu ia pukulkan pada tubuh Salsa.
"Keluar kau dari rumah ini," Bentak sang ibu setelah puas memukul Salsa dengan tangkai sapu, kini ia malah menarik tangan Salsa ke luar dari rumah.
"Jangan pernah kau kembali kerumah ini lagi.... Kau dengar ha.... Dengar tidak!? awas kau, jika aku masih melihat kau di rumah ini." bentak sang Ibu begitu bengisnya.
"Ampun Bu, ampun Bu, hiks, hiks,," ratap Salsa mengiba, sambil bersujud memegangi kaki sang Ibu yang hendak melangkah masuk ke dalam rumah.
Tiba-tiba sang Ibu menarik tangan Salsa dengan sangat kasar nya.
Braaaak!
Tubuh Salsa terhempas ke tanah, setelah di dorong Ibu nya.
Sang Ibu pun bergegas masuk ke dalam rumah, lalu mengunci rapat pintu rumah nya, ia tidak memperdulikan lagi Salsa yang masih menangis mengiba di luar.
****
Di restoran.
Beberapa piring diatas meja kini sudah tampak kosong.
"Haaaaagrr," terdenger sendawa panjang Salsa.
Salsa memutar bola matanya melihat Zidan yang sejak tadi menatap sinis pada nya.
Sungguh saat ini Salsa begitu malu. Ia menundukan wajah, lalu meletakkan sendok dan garpu diatas piring terakhir yang sudah habis oleh nya.
"Cih..... Sendawa sudah seperti harimau kekenyangan!" ketus Zidan mentap nya sinis.
"Maaf om," sesal Salsa malu dengan wajah tertunduk.
Dreeeet... Dreeeet......Dreeeeet.
Ponsel Zidan yang terletak diatas meja bergetar. Zidan meraih ponsel itu lalu mendekatkan ke telinga setelah menggeser panah hijau.
"Tunggu di sana." ucap Zidan dingin pada seseorang yang ada di sambungan telepon nya.
Setelah itu Ia memutuskan sambungan telepon nya.
"Apa sudah selesai?" tanya Zidan seraya memasukkan ponsel ke dalam saku celananya.
"Sudan om," balas Salsa tersenyum kikuk.
"Sekarang saya antar pulang," ujar Zidan tanpa menoleh pada Salsa.
"Tidak usah om, biar saya pulang sendiri saja," balas Salsa dengan wajah cemasnya.
"Saya antar kamu pulang," ucap Zidan tegas, dengan sorot mata tajam mentapnya.
Salsa hanya tertunduk pasrah. tidak meng iyakan, tidak juga mengangguk.
Zidan bangkit dari duduk nya, berjalan ke arah pintu lift, yang kembali di sambut ramah oleh pelayan yang sejak tadi menunggunya.
Salsa berlari dengan langkah kecil mengekori Zidan di belakang. Tiba di lantai dasar restoran, seorang pria berjalan menghampiri mereka, Zidan menghentikan langkah nya.
Terlihat laki laki itu memberi hormat, dengan sedikit membungkuk kan badannya.
Zidan menatap Salsa yang masih menunduk di belakangnya.
"Antarkan dia pulang," ucap Zidan pada pria itu.
"Baik bos," Balas laki laki itu. Zidan menoleh pada Salsa sekilas, Kemudian melangkah meninggalkan restoran itu.
Setelah punggung zidan sudah tidak terlihat lagi, Salsa menghela nafas lega, ia memandang pria yang berdiri di depannya.
"Mari Nona," ujar pria yang berdiri di samping nya, sembari melangkah lebih dulu keluar dari restoran itu.
"iiiih.... Siapa lagi laki laki aneh ini, main perintah saja," gerutu Salsa dalam hati, tapi kaki nya tetap melangkah mengikuti pria itu.
Salsa masuk kedalam kabin belakang sedan hitam setelah pria itu membukakan pintu untuk nya, lalu menutup nya kembali setelah Salsa sudah masuk. Setelah itu mobil itu berjalan pelan meninggalkan restoran.
"Maaf Nona, sakarang kita kemana? Bisakah Nona sebutkan satu alamat. Biar saya bisa mengantarkan Nona ke sana," tanya pria yang sedang mengemud kan mobil.
'Heis.... Aku harus kemana? Tidak mungkin aku pulang, pasti Ibu marah dan memukuli ku lagi, tapi aku harus kemana?' batin Salsa dalam hati.
"Nona apa anda bisa mendengar saya." Ujar pria itu lagi.
"Eh, iya dengar kok," Balas salsa yang masih memikirkan harus pergi ke mana.
'Apa dia kira aku bedeg,' gertutu Salsa.
"Kita kemana Nona?" ulang pria itu bertanya karna belum mendapat jawaban.
'Iya ini saya lagi mikir mau pergi ke mana? jawab Salsa.
"Haeis.... Aku mesti pergi kemana nih..!" Salsa hanya bisa membatin.
Pria yang sedang mengemudikan mobil itu melihat Salsa dari kaca spion depan nya.
"Apa anda baik baik saja Nona?" tanya pria yang sedang mengemudi kan mobil itu.
Salsa hanya diam ia tidak menjawab perkataan pria di depannya itu. Pandangan nya menatap keluar, melihat lampu lampu jalan, serta gedung gedung tinggi yang menjulang dari balik kaca mobil.
"Ke jalan pepaya saja," ujar Salsa yang teringat dengan rumah sahabatnya.
'Semoga saja Santi memperbolehkan ku untuk tinggal di rumah nya,' batin Salsa.
Laki laki itu pun melajukan mobil nya ke alamat yang di katakan salsa tadi.
"Stop! Stop! berhenti di disini!" teriak Salsa.
"Terimakasih abang ganteng!" ujar Salsa seraya membuka pintu mobil dan turun.
"Dasar gadis genit," gumam pria itu menggelengkan kepalanya pelan. Pria itu tidak lansung pergi dari sana, ia harus mamastikan gadis yang diantarkan nya itu benar benar masuk ke dalam rumah itu.
Pria itu terus memperhatikan Salsa dari dalam mobil. Melihat Salsa yang mengetuk pintu rumah itu. Setelah pintu rumah itu terbuka, seorang gadis sebaya dengan Salsa keluar dari rumah itu. Pria itu melihat mereka saling berpelukan dan tidak lama mereka pun memasuk ke dalam rumah itu.
Pria itu kemudian mengambil ponsel nya. Memberi laporan pada bos nya bahwa tugas nya sudah selesai.
Salsa yang baru tiba di rumah santi, lansung memeluk sahabat nya itu sembari menangis sejadi jadi nya. Santi mengajak Salsa ke dalam kamarnya. Menyuruh nya duduk diatas ranjang, lalu ia memberikan salsa segelas air putih agar sahabatnya itu bisa sedikit tenang.
"Hiks, hikz,," Salsa masih menangis dalam pelukan Santi. Santi mengusap usap punggung Salsa lembut, mencoba menenangkan nya.
"Apa yang terjadi Sa? tanya Santi yang masih memeluk sahabatnya.
"Hiks, hiks, San," Perlahan Salsa melepaskan pelukan sahabat nya itu.
"Ibu mengusir aku hiks,, hiks, hiks,," lirih Salsa memulai ceritanya. Santi meraih tubuh Salsa dan memeluk nya kembali.
"Kamu bisa tinggal di sini jika kamu mau Sa," Ujar Santi yang masih memeluk tubuh salsa.
"Sabar ya Sa," Imbuh Santi.
"Aku malu San, aku malu harus tinggal menompang dirumah mu, hiks, hiks," Salsa masih terisak.
"Hei, apa kamu merasa aku ini orang lain?" tanya Santi, tangan nya meraih wajah salsa dengan ke dua telapak tangan nya.
"Apa kamu menganggap aku orang lain?" tanya Santi lagi.
Salsa menggeleng kemudian memeluk sahabat nya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Sunarmi Narmi
Kok ngak jujur saja Sa sama Om Zidan trus minta kerjaan deh..lumayan kan ngak lontang lantung
2023-08-31
1