Zidan melangkah masuk ke dalam restoran mewah itu. para pelayan menyapanya dengan senyum ramah.
"Silahkan tuan," sapa salah satu pelayan wanita restoran itu dengan ramah.
Pelayan itu membawa Zidan ke pintu lift. Menekan tombol yang ada di samping lift, tidak lama pintu lift pun terbuka. pelayan mempersilahkan zidan masuk ke dalam lift.
"Silahkan tuan," ucap pelayan itu mempersilahkan zidan masuk ke dalam lift.
Zidan menoleh ke arah Salsa gadis yang sejak tadi bersama nya. Salsa hanya berdiri tidak jauh dari pintu dengan wajah menunduk.
"Hei batu......" teriak Zidan, Salsa mengangkat wajah nya melihat Zidan.
'Ish, apa? dia bilang aku batu.' batin Salsa dalam hati.
Zidan melihat pelayan yang berdiri di samping nya.
"Bawa dia kemari," titah Zidan pada pelayan yang berdiri di sampingnya. Pelayan itu pun menuruti perintah zidan, berjalan mendekati Salsa.
"Mari Nona," ucap pelayan sambil mengulurkan tangan nya kedepan.
Salsa mengikuti pelayan itu, ia lansung masuk ke dalam lift yang pintu nya sudah terbuka.
Setelah Salsa masuk, Zidan dan pelayan itu pun ikut masuk. Pelayan itu kemudian menekan salah satu angka di samping pintu. Kotak besi itu pun bergerak ke atas.
Setelah sampai di puncak tertinggi bangunan itu, pintu lift terbuka, mereka pun keluar.
Pelayan membawa mereka ke meja khusus untuk tamu VIP, lalu mempersilahkan Zidan dan Salsa duduk di sana.
Dari tempat duduk nya, Salsa bisa memandang bebas keindahan kota di malam itu,menatap kelap kelip lampu yang menerangi malam.
'Wah, ini sangat Indah sekali,'
sorak Salsa dalam hati, mata nya tak berkedip memandang kelap-kelip lampu dari puncak lantai tertinggi gedung restoran.
"Silahkan nona," ujar pelayan seraya menyerahkan padanya buku menu. Salsa mangambil buku itu, lalu meletakkan nya kembali di meja.
"Nona pesan apa?" tanya pelayan bersiap menulis di kertas catatan nya.
Salsa menoleh ke arah pelayan yang berdiri di sampingnya.
"Saya nggak pesan apa-apa Kak," ucap Salsa tersenyum kikuk.
Pelayan itu menatap Salsa heran. Namun Salsa tidak memperdulikan, ia mengalihkan pandangan nya ke balik kaca, melihat pemandangan kota yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
"Eh, batu. Apa kau tidak suka makanan di sini?" tanya Zidan, yang sejak tadi memperhatikan nya.
"Nggak, saya ngggak ada bilang nggak suka," jawab Salsa di sertai gelengan kepala.
"Kalau tidak suka, kenapa kau tidak pesan makanannya?" tanya Zidan dengan kedua alis bertaut.
"Sa-saya kenyang Om," jawab Salsa berbohong.
"Eiz....." Zidan berdecak kesal, tangan nya masih memegang buku menu restoran.
Kemudian Zidan menoleh melihat pelayan. ia menggerakkan satu telunjuk nya, memberi kode pada pelayan itu agar mendekat pada nya.
"Kau bawa semua menu yang ada di restoran ini," bisik Zidan di telinga pelayan itu.
Setelah itu Zidan mengeluarkan ponsel nya dari saku celana, dan menelepon seseorang.
"Datang ke restoran xxx sekarang," ucap Zidan lalu mengakhiri panggilan telepon nya.
Salsa tidak menoleh sedikit pun pada Zidan, mata nya tengah asyik melihat pemandangan yang ada di hadapan nya. Pemandangan yang pelum pernah ia lihat sebelum nya.
Tidak berselang lama, dua orang pelayan restoran itu datang, mendorong sebuah meja troli, yang penuh berisi makanan.
Kemudian 2 pelayan itu menata piring-piring yang berisi makanan di atas meja. Meja yang cukup lebar itu terlihat terlalu kecil karna tampak sempit terisi penuh dengan piring-piring yang berisi makanan dibawa pelayan.
"Kalian pergilah," perintah zidan pada kedua pelayan itu.
"Silahkan di nikmati makanan nya Tuan, Nona," ucap pelayan itu kemudian berlalu pergi.
Zidan melihat Salsa yang sejak tadi matanya tidak lepas menatap piring-piring yang berisi makanan yang terhidang di meja. Bibir gadis itu terlihat bergerak seperti sedang mengunyah makanan.
Zidan kemudian memposisikan serbetnya di leher, mengambil pisau dan garpu, dan mulai memotong-motong kecil daging di dalam piring nya. Ia sesekali melihat Salsa yang masih duduk diam, sambil meringis memegang perut nya.
"Apa kau bisa kenyang jika hanya melihat makanan itu," ucap Zidan sinis, seraya menyuap sepotong daging ke mulutnya.
Salsa menggeleng lemah lalu menyilangkan kedua tangannya di dada. Wajah ia palingkan dari tumpukan makanan yang sejak tadi sudah membuat cacing cacing di perutnya meronta ronta.
Zidan tersenyum kecil.
'Is, dasar manusia sombong, serakah, bisa bisa nya dia makan sendiri, tanpa menawari ku, ufh." gerutu Salsa sambil memegang perutnya yang semakin terasa perih.
Salsa sudah tidak tahan lagi dengan rengekan cacing-cacing didalam perutnya. Setelah menghela nafas panjang, ia memberanikan diri nya bersuara.
"Om......" ucap Salsa pelan.
Zidan menaikan satu alisnya, menatap gadis yang duduk di depannya.
Salsa diam, ia malu untuk melanjutkan kembali kata-kata nya.
"Om, boleh nggak saya minta itu," ucap Salsa menunjuk salah satu piring yang berisi makanan di dekatnya.
"Ambil lah yang mana kau suka, anggaplah semua makanan di sini punya kau, jadi makan lah semua nya," ucap Zidan.
"Be-benaran Om, semua ini buat saya?" tanya Salsa meyakinkan.
"Iya." jawab Zidan.
Tanpa basa-basi lagi Salsa lansung meraih satu piring makanan di depannya, yang sejak tadi sudah membuat air liur nya menetes.
"Pelan saja kau makan nya, tidak ada orang di sini yang akan meminta," ucap Zidan sinis.
"Saya sangat lapar Om," ucap Salsa yang terus saja menyantap makanan di piringnya
***
Flashback siang tadi di rumah Salsa.
Salsa yang baru saja pulang sekolah. Setelah mengganti seragam sekolah, ia pergi ke dapur membuka tudung saji yang ternyata kosong.
Kemudian Salsa mengambil satu mie instan di atas meja dapur. Ia juga mengambil sabiji bawang, serta lima biji cabe rawit. Kini salsa tengah asyik menumis bawang di penggorengan, mengaduk-aduk dengan sendok di tangannya.
Tiba tiba dari arah belakang. sebuah tangan yang melingkar di perut nya. Sontak tubuh Salsa menolak berontak, ia menoleh kan wajahnya kebelakang, Tubuh nya seketika gemetar saat melihat orang yang ada di belakang nya.
"Lepas..!" teriak Salsa berusaha melepaskan tangan yang memeluk tubuh nya itu.
"Ssssssssssst,,,,,,." bisik suara yang memeluk tubuh Salsa.
"Lepaskan..!" Teriak Salsa yang terus memberontak.
"Teriak lah yang keras, jika kau ingin Ibu mu mati," bisik nya di telinga Salsa.
"Kau!!!" bentak Salsa mengetahui siapa orang itu. Ya, dia adalah Herman, Ayah tiri nya.
"Tenang lah sayang," ucap Herman.
"Cuih,,,!" Salsa meludahi wajah Herman, lalu ia menghentak kan satu kaki nya menginjak kaki Herman.
Akhir nya tangan Herman yang melingkar pinggang Salsa terlepas. Salsa lalu meraih pisau yang ia gunakan tadi untuk mengupas dan memotong bawang. Ia mengacungkan pisau itu pada Herman. Tapi, Herman mencoba merebut paksa pisau yang ada di tangan Salsa hingga secara tidak sengaja pisau itu mengenai lengan Herman.
Sreeet.
Pisau itu menggores lengan Herman. Salsa lalu berlari masuk ke kamarnya. Ia menutup pintu kamar dan mengunci nya. Ia juga menahan pintu itu dengan badannya.
Dor
Dor
Dor
"Salsa buka. buka pintunya!" teriak Herman dari luar kamar.
Salsa diam menahan pintu itu dengan tubuh yang sudah gemetar. Ia menangis ketakutan, di rumahnya saat ini tidak ada siapa-siapa.
Kini sudah tidak terdengar lagi suara Herman berteriak dan menggedor pintu dari luar.
Salsa kemudian melangkah pelan ke ranjangnya. Perlahan ia duduk di sudut ranjang, dengan memeluk kedua lutut nya. Rasa takutnya belum hilang, kini rasa lapar datang lagi.
Akhir nya Salsa tertidur di kamar itu, dengan rasa lelah, takut, dan lapar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments