Semua makanan yang di bawa pelayan tadi kini hanya tinggal piring-piring kosong saja.
"Alhamdulilah kenyang," Salsa bergumam mengucapkan syukur.
Kemudian dikemasinya piring-piring yang sudah kosong itu, menyusun nya kembali di nampan. Lalu, ia membawa nampan berisi piring kotor itu hendak menuju dapur, sekalian ia juga akan membersihkan nya sendiri, sebab ia sudah terbiasa melakukan itu waktu masih tinggal di rumah ibu nya.
"Apa yang kau laku kan!" sentak Zidan ketika melihat Salsa menuruni anak tangga membawa piring-piring kotor.
Mendengar suara itu tubuh Salsa gemetar ketakutan, nyaris saja nampan di tangan nya itu jatuh.
Zidan berlari mendekati Salsa yang berdiri atas tangga.
"Siapa yang menyuruh kau membawa semua ini?" tanya Zidan yang sudah berdiri di depan Salsa.
"Ti-tidak ada Om," lirih Salsa dengan wajah tertunduk.
"Nona, kenapa tidak memanggil kami?" ujar ketua pelayan bernama Marni, lalu Marni mengambil nampan itu dari tangan Salsa.
"Apa kau tadi yang menyuruh nya!" sentak Zidan menatap tajam Marni.
"Tidak tuan, saya tidak ada menyuruh nona melakukan semua ini," jawab Marni ketakutan.
"Heis! Sudah, masuk ke kamarmu," ucap Zidan karna melihat tubuh Salsa gemetar ketakutan.
Salsa berbalik badan , lalu segera berlari menaiki tangga.
"Heis... Gadis itu, selalu saja membuat emosi ku naik," gerutu Zidan disertai helaan nafas besar nya.
Salsa yang sudah berada di dalam kamar, lansung menghempas kan tubuh nya di atas sofa, kepala ia sandarkan di sandaran sofa itu.
'Dia itu apa tidak bisa bicara baik baik? Kenapa selalu saja membentak ku? Huh, kasar sekali," gumam nya menatap langit-langit.
"Astagah! Aku sampai lupa. Bagaimana dengan santi, dia pasti sangat mengkhawatirkan ku saat ini? Duh, gimana ini?" Salsa menepuk jidat nya sendiri.
Tok
Tok
Tok
"Permisi nona, tuan meminta nona turun kebawah," ucap Marni dari luar kamar.
"Ya, Bi," sahut Salsa singkat lalu melangkah keluar. Salsa berjalan menuruni anak tangga mengikuti langkah Marni.
Kini Salsa sudah berada di lantai dasar, perlahan kaki nya melangkah mendekati Zidan yang duduk di sofa memunggungi nya, dari belakang Salsa bisa melihat Zidan yang jarinya tengah asyik bermain di layar ponsel. tepat di samping Zidan, Salsa menghela nafas besar terlebih dalu sebelum mulai bicara.
Rasa nya ia membutuhkan pasokan oksigen lebih sebelum bicara dengan pria dingin yang ada di sampingnya ini.
"Om," Panggil Salsa pelan.
Zidan menutup layar ponsel nya kemudian menoleh ke belakang.
"Pergilah dengan Raka, dan bawa ini," perintah Zidan sembari menyerahkan sebuah kartu hitam pada Salsa.
Salsa sedikit mengangkat wajah nya melihat Zidan yang mengulurkan sebuah kartu padanya.
"Pergi kemana om, dan ini apa?" tanya Salsa tangan nya sudah memegang kartu itu.
"Pergi saja dan berhentilah bertanya." sentak Zidan.
Wajah Salsa tertunduk di sertai matanya mulai berkaca.
"Mari nona," ajak Raka yang sudah berada di samping nya.
Dengan wajah tertunduk Salsa berbalik badan lalu mulai menyeret kaki nya mengikuti Raka.
"Silahkan Nona," ucap Raka membuka kan pintu mobil untuk Salsa.
Sekilas Salsa melirik laki laki ber wajah dingin itu sebelum masuk ke dalam mobil.
Mobil Raka telah melaju jauh meninggalkan mension Zidan. tanpa Salsa sadari Raka terus memperhatikan nya dari kaca spion,
"Apa nona baik baik saja?" akhirnya Raka memberanilan diri bertanya. memecah keheningan diantara mereka.
Salsa mengangguk lemah.
"Baik kok,"
Kemudian suasana hening lagi. Salsa tidak sedikit pun tertarik bercerita dengan Raka. menurut nya, Raka dan Zidan itu sama saja, sama-sama dingin dan galak.
"Apa nona tau? Kita sekarang akan pergi kemana?" tanya Raka lagi.
Salsa menggeleng lemah, mata nya menatap pemandangan di luar dari balik kaca.
Mobil kini mulai berjalan pelan, memasuki parkiran sebuah Mall. Salsa hanya diam, matanya masih melihat keluar. Sebenarnya hati Salsa sangat senang, saat sekilas tadi melihat gedung tinggi pusat perbelanjaan.
Ini kali pertamanya ia akan menginjakkan kaki ke Mall.
"Turun lah nona, kita sudah sampai," ucap Raka yang telah dulu melepas seltbelt nya. Raka segera keluar mengitari sisi kiri mobil, membukakan pintu untuk Salsa.
Setelah membuka seatbelt, Salsa turun dari mobil.
Mereka sama sama melangkah memasuki Mall.
Salsa baru saja tersadar kalau dirinya masih menggunakan seragam sekolah saat melihat pantulan dari sebuah kaca.
"Kenapa nona?" tanya Raka.
"Hmm, abang. Eh salah, Om!" panggil Salsa ragu
"Panggil Pak de saja Nona," balas Raka membuat salsa tertawa lepas.
Raka juga ikut tertawa kecil.
"Ha ha ha. Berarti Salsa sekarang lagi jalan sama pakde pakde dong," celetuk nya sembari tertawa.
"Dari pada jalan sama om-om," sindir Raka.
"Huhf," dengus Salsa.
"Sudah lah, Aku mau panggil kamu Abang saja," ujar salsa.
"Tersarah nona, panggil yang nyaman saja. asal jangan di depan Bos," balas Raka.
"Yeee....... Mana nyambung abang-nona," protes Salsa.
"Abang, panggil nya Salsa saja, kan aku panggil Abang, jadi sekarang kamu jadi Abang aku, aku jadi Adik kamu," terang salsa menjelaskan.
"Baiklah-Baiklah," balas Raka tak ingin berdebat.
"Abaaaang," ucap Salsa merayu nya dengan suara manja.
Raka menaikan satu alis nya curiga.
Salsa tertawa kecil melihat ekspresi Raka.
"Abaaang.... Beliin Salsa satu baju, boleh? Soal nya aku risih pakai seragam ini," ucap nya manja saraya menyatukan kedua tapak tangan nya kedepan.
"Beli saja, nona kan punya itu," Raka menunjuk kantong baju Salsa.
Salsa pun meraih kantong baju nya, mengeluarkan kartu hitam yang di berikan Zidan tadi.
"Ini..?" tanya Salsa tidak yakin, memperhatikan kartu hitam itu.
"Kenapa? Tidak percaya? coba saja ambil satu pakaian di sana lalu berikan kartu ini pada kasir," Raka menunjuk satu toko pakaian di depan mereka.
"Nggak mau lah, nanti di bilang mereka aku pencuri," Salsa menggeleng.
"Tidak akan Nona, percaya sama saya," Raka meyakinkan.
Ragu ragu akhirnya Salsa melakukan juga apa yang di perintah Raka. di ambilnya satu kaos hodie warna kuning, dengan tag harga yang paling murah, lalu membawanya ke kasir, seperti apa yang di katakan Raka.
Setelah sukses membayar dengan kartu hit ditangan nya itu, dengan senyum yang mengembang, Salsa berjalan dengan langkah cepet mendekati Raka, membawa kaos hodie yang baru saja di belinya menggunakan kartu hitam yang di berikan Zidan.
"Bagaimana Nona?" tanya Raka.
Salsa mengangguk tersenyum lebar.
"Bos Zidan memang menyuruh nona untuk membeli apa saja yang nona sukai disini," Raka menjelaskan.
"Sudah aku bilang jangan panggil nona," sungut Salsa mendekap kedua tangannya di dada, lalu memalingkan tubuh nya ke samping.
"Baiklah-Baiklah. Salsa!" ucap Raka pasrah.
"Sekarang kita kemana dulu no-- eh Salsa," tanya Raka.
"Aku mau beli, seragam sekolah dulu, tapi, apa boleh aku membelikan satu untuk sahabatku?" Tmtanya Salsa.
"Kata kan lah itu pada bos Zidan, saya di sini hanya menemani kamu saja," jawab Raka.
"Nggak jadi lah, aku mau beli untuk ku sendiri saja," balas Salsa.
"Kenapa? Apa kamu takut?" sindir Raka.
Salsa mengangguk lemah.
.
.
.
Sementara itu di mension Zidan.
Terdengar teriakan Niken memenuhi mension.
"Honey...... Honey......... Honey....." teriakan itu menggema dalam mension, Marni berjalan tergopoh-gopoh mendekatinya,
"Maaf Nona, Tuan sedang tidak berada di sini," ucap Marni memberitahukan
"Aku tau kau berbohong. Cepat panggil kan dia sekarang!" bentak niken pada pelayan itu
"Tu-tuan sedang sibuk Nona, sebaiknya Nona telepon saja Tuan, Agar Tuan mau datang ke sini," ucap Marni.
Niken pun mengeluarkan ponsel dari dalam tas nya, lalu mencoba menghubungi nomor ponsel Zidan.
"Sial!" umpat Niken, yang sudah beberapa kali menghubungi ponsel zidan tapi tidak pernah terhubung.
"Ooo.... Baiklah Zi. kamu sengaja menghindari ku. Kita lihat saja nanti," gumam Niken tersenyum licik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments