Suaranya semakin menjauh dan dia bahkan belum sempat menyelesaikan kalimatnya sebelum dia ditendang keluar dari pavilliun itu. Sedangkan Arimbi berjengit melihat perlakuan kasar yang diterima oleh Amanda saat dia ditendang keluar dari pintu.
Pria itu benar-benar setan tak berperasaan, tak sedikitpun menunjukkan setitik emosi. Arimbi pun jadi teringat apa yang telah dia lakukan padanya dan tiba-tiba dia merasa bahwa pria itu sebenarnya mengasihani dirinya.
Paling tidak, Emir tidak meminta seseorang untuk menyeretnya keluar bagai binatang.
“Kenapa kamu menarik-narik bajumu? Kamu takut?” ujung bibir Emir terangkat membentuk seringai sinis menatap Arimbi saat bertanya.
“Ya Emir. Aku sadar perbuatanku telah melukai martabatmu dan aku sadar aku salah. Jadi aku cepat-cepat datang kesini tanpa makan apapun. Jadi aku mohon ya jadilah pria yang murah hati nan dermawan dan maafkan aku kali ini saja.” ujar Arimbi mengatupkan kedua tangan didada.
“Memaafkanmu sekali? Apa kamu berencana melakukan hal bodoh ini lagi?” Emir mengubah nada bicaranya, dia terdengar tegas sementara tatapan matanya kembali jatuh ke pergelangan tangan yang terbalut perban.
“Tidak! Tentu saja tidak akan pernah. Menyayat pergelangan tangan rasanya menyakitkan!”
“Huh!” Emir mendengus dan berpikir, ‘Menyakitkan? Lantas kenapa dia memotong nadinya didepanku? Wanita ini benar-benar ya.
Hingga detik ini, tidak ada seorangpun yang berani berbuat lancang didepan Emir Rayyanka Serkan, hanya satu wanita saja yang berani melakukan itu-----dialah Arimbi Saraswaty Rafaldi!
“Emir, aku janji tidak akan pernah melakukan hal bodoh lagi. Kini aku merasa bersyukur karena masih bisa hidup dan aku ingin terus hidup dengan baik,” ucap Arimbi dari lubuk hatinya yang terdalam.
Setelah mengalami kematian sekali dan diberi kesempatan hidup kembali untuk mengulang semuanya lagi dari awal, Arimbi merasa tidak ada satupun hal yang lebih baik daripada hidup itu sendiri.
Pengawal yang tadi disuruh untuk mengambilkan sambal paling pedas dari dapur, sudah kembali dengan sebotol sambat ditangannya. Dia membawanya ke pavilliun lalu mengulurkannya pada Emir, “tuan Emir, ini adalah sambal paling pedas yang Tuan minta.”
Alih-alih menerimanya, Emir malah meminta pengawal itu untuk menambahkan sambal keatas semua makanan itu. Saat pengawal itu melakukannya, Arimbi jadi panik karena dia tidak bisa makan masakanan pedas.
‘Oh Tuhan! Mampus aku! Bagaimana ini? Kenapa dia malah menyuruh pengawalnya menambah sambal disemua makanan itu? Apa dia sudah tidak mau makan lagi? Atau karena aku yang mau memakannya makanya dia menambahkan sambal? Iss…...dasar pria ini! Awas saja, aku bakal membalasmu nanti dan membuatmu jatuh cinta padaku, huh! Lihat saja!’ dengusnya dalam hati.
Arimbi menatap sedih kearah semua makanan, dia menatap pengawal yang menuangkan sambal pedas keatas semua makanan. Aroma pedasnya begitu kuat hingga membuat hidungnya pedih, karena tak dapat menahannya lagi Arimbi pun bersin-bersin.
“Ambilkan beberapa alat makan lagi supaya Nyonya Muda bisa makan bersamaku.”
Kini Arimbi merasa tersudut, bibirnya berkedut dan dia tersadar jika Emir melakukan itu secara sengaja.
Pria ini ya! Darimana dia tahu kalau aku tidak bisa makan masakan pedas? Dia pun melirik tumpukan kertas yang ada diatas meja dengan mata yang memicing. ‘Apa kertas itu berisi semua data pribadi dan latar belakangku ya? Pikirnya. Arimbi hanyut dalam pikirannya, dia menyesali tindakannya yang sangat berani mau makan bersama Emir yang berakhir menyedihkan seperti itu.
“Apa yang kamu tertawakan tadi, heh?” ucap pria itu tiba-tiba.
Arimbi memalingkan wajahnya, dia merasa bersalah dan tak berani mengatakan apapun pada Emir. Dia takut kalau dia memberitahu pria itu, suaminya bakal memaksanya menghabiskan satu botol sambal pedas super duper. Dia sudah membayangkan betapa pedasnya sambal itu.
“Arimbi Rafaldi!,” Emir memanggil namanya dengan nada mengancam, “Kalau kamu berani bertingkah lagi, kamu akan menanggung resikonya.”
Teguran dingin dari pria itu membuat jantung Arimbi berdetak semakin kencang, diam-diam dia melirik suaminya, ekspresi wajah Emir tampak muram sementara tatapan matanya tajam dan dingin, bibirnya mengerucut sedangkan tangannya mengetuk-ngetuk meja. Auranya membuat Arimbi merasa tertekan dan dia teringat kejadian yang lalu, dia sudah merobek pakaiannya dan menggigitnya bahkan mengancamnya untuk bertanggung jawab.
Aihhh, aku benar-benar sembrono, pikirnya. Lalu dia berkata dengan suara yang sengaja dilembut-lembutkan, “Emir, aku tadi tertawa karena aku teringat lelucom,’ ujarnya berbohong.
Pria itu menatapnya dingin, Arimbi semakin merasa bersalah telah berbohong. Dia merasa mata Emir bisa mendeteksi kebohongannya. Namun dia tak punya pilihan selain melanjutkan kebohongannya.
“Aku memang sedang memikirkan sebuah lelucon tadi.”
“Apa Amanda selalu merundungmu?” tanya Emir.
Arimbi terkejut karena pria itu seperti mengubah topik pembicaraan dengan tiba-tiba, dia tidak bisa menebak apa yang ingin dikatakan pria itu. “Tidak secara terang-terangan.” jawab Arimbi.
Amanda adalah aktris yang hebat berakting dan dia adalah wanita menakjubkan sejak awal. Saat dia tahu kalau dia bukan putri kandung keluarga Rafaldi, Amanda semakin meningkatkan kemampuan aktingnya dengan cara semakin memperhatikan orang tua mereka dan berpura-pura akur dengan Arimbi serta bersikap seolah-olah kakak yang baik.
Bahkan Amanda membawa Arimbi untuk menghadiri berbagai pesta-pesta mewah keluarga kaya kelas atas bersamanya. Tentu saja, Amanda akan berbaur dengan baik di pesta-pesta itu sementara Arimbi menyendiri seperti orang bodoh.
“Amanda adalah pewaris yang dibesarkan orangtuamu sendiri, kedatanganmu adalah ancaman terbesar untuknya!” ujar Emir. Kalimatnya sangat singkat dan tepat sasaran.
Perkataan Emir membuat Arimbi ternganga selama beberapa saat, sebelum dia tersadar kembali lalu berkata, “Sebenarnya aku tidak ingin memperebutkan apapun dengannya. Aku hanya ingin semua orang yang kucintai bisa hidup dengan baik dan tenang.”
Di kehidupannya sebelumnya, Arimbi adalah orang yang tidak bisa melakukan apa-apa makanya dia tidak bekerja di Rafaldi Group.
Meskipun orangtuanya pernah mengatakan kalau kedua putrinya itu setara, Arimbi berpikir bahwa orangtuanya akan membagi rata warisan diantara Arimbi dan Amanda. Tapi dia tak pernah menyangka pada akhirnya mereka mewariskan semuanya pada Arimbi yang kemudian membuat Amanda membenci mereka dan akhirnya membunuh mereka.
“Kamu mungkin tidak ingin melawannya, tapi saudarimu itu sudah menganggapmu sebagai musuhnya. Mau tak mau kamu harus bertarung dan melawannya hingga akhir.” kata Emir sambil memandang Arimbi. Tatapan mata keduanya bertautan, Arimbi tidak tahu kenapa pria ini membahas hal itu dengannya. Memang benar, dia tak ingin bertarung dengan Amanda dikehidupan sebelumnya tapi di kehidupan sekarang Arimbi harus bertarung dan melindungi semua yang dimiliki orangtuanya.
Bahkan Arimbi harus melindungi nyawa mereka, jadi dia tidak bisa diam dan membiarkan Amanda menjadi pemenang seperti di kehidupan sebelumnya. Mungkin Emir merasa tindakannya terlalu kasar, jadi dia mengerucutkan bibirnya lalu melembutkan suaranya, “Apa hal lucu yang kamu pikirkan tadi?”
“Ehm…...Aku melihat Amanda benar-benar ketakutan melihatmu, jadi aku menebak-nebak dia pernah mencoba memintamu untuk menidurinya tapi kamu menendangnya---”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments
Wiwik
ngakak sendiri baca bab ini,lelucon arimbi bnr2 kocak
2024-04-07
2