“Ayah, ini memang salahku dan aku harus minta maaf pada Tuan Emir. Tolong biarkan Amanda mengantarkanku ke kediaman keluarga Serkan.” didalam hatinya Arimbi sudah memikirkan semua ini. Takkan mungkin Amanda bisa menolak jika ayahnya setuju dan meminta Amanda menemaninya kesana. Dia tahu betul, Amanda tak pernah berani menolak perkataan ayah mereka. Tapi, baru saja Amanda hendak menolak, Yadid sudah lebih dulu menyela.
“Amanda! Pergilah ke keluarga Serkan bersama adikmu dan minta maaf pada Tuan Emir. Aku tahu kamu lebih bijaksana daripada adikmu jadi cobalah untuk mengcuapkan hal-hal yang baik didepan Tuan Emir. Meskipun kita tidak jadi berkeluarga dengan mereka, paling tidak kita tidak berakhir sebagai musuh karena itu akan berakibat sangat buruk pada keluarga ini.”
Dulu saat keluarga Serkan melamar, dia terjebak dilema. Disatu sisi dia ingin berbesan dengan mereka tapi disisi lain dia merasa bersalah pada putrinya karena dia khawatir putrinya tidak akan bahagia dengan pernikahan seumur hidup. Jadi dia menuruti nasihat dari Amanda dan meminta Arimbi untuk memutuskan sendiri dan menentukan pilihannya. Namun tidak disangka jika Arimbi malah melakukan kekacauan sebesar ini.
Hanya membayangkan wajah datar Emir saja berhasil membuat pria paruh baya itu merinding, jadi dia harus memaksa putrinya segera pergi kesana untuk meminta maaf.
“Baiklah ayah. Aku akan pergi bersama Arimbi ke kediaman keluarga Serkan.” ujar Amanda meskipun sebenarnya dia enggan, Amanda tidak bisa menolak karena ayahnya yang memintanya. Mendengar keributan diruang tamu, Mosha mucul disana dan disaat bersamaan dia melihat kedua putrinya.
“Mereka berdua akan pergi minta maaf pada Tuan Emir.” ujar Yadid.
“Hah? Minta maaf?”
Dengan wajah yang muram, Yadid menjelaskan, “Untuk membatalkan pernikahan Arimbi benar-ebnar datang ketempat Tuan Emir dan menyayat tangannya didepan pria itu. Kamu pikir Tuan Emir itu siapa? Melakukan hal seperti itu sama saja seperti menampar wajahnya dan menginjak-injak harga dirinya. Dia ternodai namanya dengan kelakuan putri kita. Tidakkah menurutmu Arimbi perlu minta maaf?”
“Tapi----”
“Jangan membela Arimbi! Dia bukan satu-satunya anggota keluarga disini, kamu juga harus memikirkan yang lainnya juga dong.” Yadid memotong kalimat istrinya, membuat Mosha diam tak mampu berkata-kata lagi. Kedua gadis itupun segera berkemas dan pergi ke rumah keluarga Serkan.
Amanda mengemudikan mobilnya menuju kediaman keluarga Serkan, dia terus menerus tanpa henti mengingatkan Arimbi agar cepat-cepat minta maaf setibanya disana nanti.
Amanda bersikap seperti seorang guru yang memberi arahan panjang kali lebar pada muridnya, sedangkan Arimbi hanya diam saja mendengar ocehan Amanda. Dia juga mengingatkan Arimbi agar menunjukkan ketulusan dan harus berhasil melunakkan hati Tuan Emir agar pria itu memaafkannya dan mereka berdua bisa pulang. Di kursi belakang, Arimbi hanya diam saja karena diam-diam dia sedang memikirkan hal lain yang lebih penting dari sekedar minta maaf.
Arimbi sedang berusaha mengingat kembali semua gambaran kehidupannya yang lampau, agar dia tahu apa yang dihadapinya nanti dan bagaimana dia harus menghadapinya. Amanda yang tidak tahu jika Arimbi terlahir kembali pun terus saja mengoceh.
Arimbi mengingat di kehidupan sebelumnya, dia dibawa pulang oleh pengawal keluarga Serkan setelah menyayat tangannya. Setelah itu dia menguncai dirinya dikamar dan mogok makan memaksa orangtuanya untuk menikahkannya dengan Reza tanpa meminta maaf pada Emir sedikitpun. Dengan kepribadian Emir, dia tidak akan melepaskannya dan keluarganya begitu mudah kalau dia menyinggung perasaannya.
Arimbi mengingat bahkan sampai kematiannya, Emir tidak membalas dendam dan tidak melakukan apa-apa pada keluarganya. Tidak hanya itu, ketika dia menggendong bayinya dan berlari keluar tanpa sengaja menghentikan mobil Emir dijalanan. Arimbi ingat saat itu Emir menurunkan kaca mobilnya dan menyuruh supirnya untuk membiarkannya masuk saat pria itu menyadari jika Arimbilah yang menghentikan mobilnya.
Dikehidupan lamanya, Emir sama sekali tidak dendam pada Arimbi setelah dia menolak pernikahan. Pria itu adalah orang yang penuh kebaikan ataukah ada alasan lain? Namun, Arimbi hanya merasa bahwa kehidupan lamanya terlalu dipenuhi oleh misteri.
“Kamu paham kan Arimbi?” Amanda bertanya tanpa sadar menaikkan intonasi suaranya saat dia melihat Arimbi hanya diam saja sementara mulutnya sudah berbusa mengoceh sejak tadi.
“Iya!” gumam Arimbi, dia kembali pada lamunannya.
“Jangan khawatir, Tuan Emir pasti akan memaafkanmu. Sebenarnya ini kesalahan mereka juga karena memaksa ingin menikahimu kendati kondisinya seperti itu. Mereka mungkin menginjak-injakmu hanya karena kamu berasal dari desa.”
“Arimbi! Aku tahu kamu jatuh cinta pada Reza pada pandangan pertama. Kalau saja Tuan Emir tidak mengalami kecelakaan mobil, Reza bukanlah pria tandingannya. Tapi sekarang, kamu tahu siapa yang kamu pilih tanpa perlu meminta saranku. Saat kita pulang nanti aku akan membantumu untuk membujuk ibu dan ayah agar mereka mengijinkanmu menikah dengan Reza. Asal kamu menikah pasti keluarga Serkan tidak akan mengejarmu lagi.” Amanda berusaha mendorong Arimbi untuk menikahi Reza seperti yang terjadi dikehidupan yang lampau.
Amanda berpura-pura khawatir dan sikapnya itu benar-benar membuat Arimbi muak dan ingin segera merobek topeng diwajahnya yang bermuka dua.
“Siapa bilang aku mau menikahi Reza? Aku tidak mau menikahinya!” ujar Arimbi datar.
“Ha? Kamu tidak mau menikahi Reza? Kenapa? Bukankah kamu mencintainya?”
“Tidak! Siapa bilang aku mencintainya. Aku juga tidak punya alasan kenapa aku tidak mau menikah dengannya.” jawab Arimbi masih datar.
Arimbi mengalihkan pandangannya dan menatap pemandangan di luar. Sangat jelas dia enggan melanjutkan obrolannya dengan Amanda yang munafik dan dia tak peduli apapun yang Amanda katakan dia tidak ingin meresponnya. Dia tak mengucapkan sepatah katapun lagi pada Amanda membuat Amanda semakin penasaran dengan perubahan sikap Arimbi. Hingga akhirnya mereka pun tiba di kediaman Serkan.
Saat itu, Emir sedang membaca beberapa dokumen penting sambil duduk di pavilliun di taman. Barisan kudapan lezat berjejer dimeja batu dihadapannya dan aromanya menggelitik penciuman Arimbi yang sensitif semakin membuatnya lapar.
‘Hem…..wangi sekali! Sepertinya aku belum makan sehari semalam’ pikirnya teringat jika dia baru memakan beberapa kue kering bersama ibunya tadi.
“Tuan Emir!” seorang pengawalmelangkah ke dalam pavilliun dengan hormat. “Tuan Emir, didepan ada Nona Amanda dan Nona Arimbi. Mereka datang ingin meminta maaf.”
Emir seolah-olah tidak mendengar ucapan pengawalnya dan terus saja membaca dokumen. Pengawal itupun tak berani mengulangi perkataannya dia hanya menunggu dalam diam. Setelah satu menit berada dalam keheningan, Emir mulai merapikan kertas-kertas ditangannya dan memberikan perintah dengan wajah datar,
“Pergi ke dapur dan ambil sambal paling pedas. Campurkan semua sambal paling pedas yang ada didapur dan bawa kemari.”
Meskipun pengawalnya tidak paham mengapa Emir minta dibawakan sambal paling pedas, dia tidak berani menanyakan apapun dan langsung meninggalkan pavilliun setelah menerima perintah itu.
“Bawa mereka kemari!” perintah Emir lagi.
“Baik, Tuan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments