“Arimbi apa kamu tahu berapa besar usahaku untuk merawat tanaman-tanaman ini? Mereka baru saja mekar jadi aku membawanya keluar rumah kaca dan meletakkannya disini sebagai hiasan. Sekarang, lihatlah apa yang kamu lakukan?” ujar Amanda dengan suara tinggi karena mendidih. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi pada gadis kampung itu, tapi dia merasa seperti Arimbi telah berubah dalam semalam.
Dia tidak saja enggan memakan bubur yang dimasakkan Amanda tapi Arimbi juga bertingkah seperti anak manja pada ibu mereka dan bahkan berusaha menjebaknya. Dia juga merusak bunga yang diberikan oleh Reza pada Amanda, bunga yang dijaganya setengah mati.
“Ibu! Aku hanya mencoba membantu. Aku tidak tahu kalau ternyata aku malah merusaknya.” ujar Arimbi dengan bersikap polos dan kekanak-kanakan. Arimbi terlihat sangat menyesal dan putus asa, airmata mulai menetes membasahi pipi putih mulusnya.
Melihat itu, Mosha menghampirinya dan menghibur Arimbi, “Tidak apa-apa, sayang! Asal tananamannya masih hidup pasti tangkai-tangkai itu akan tumbuh kembali.” Lalu Mosha menoleh pada Amanda dan berkata, “Amanda! Adikmu hanya berusaha memberikan perhatian padamu. Dia tidak pandai merawat tanaman sepertimu, dia pikir bungan akan mekar lebih baik kalau dipangkas dahannya. Jangan salahkan dia, oke.”
Arimbi mengangguk berulang-ulang dan berkata, “Aku hanya memotong tangkainya saja supaya mereka bisa tumbuh lebih baik. Aku tidak sengaja melakukannya dan membunuh tanaman itu.”
Mendengar ucapan putrinya, hati Mosha tersentuh lalu mengambil selembar tisu dan memberikan pada Arimbi, “Sudah ya sayang, tidak apa-apa. Kakakmu tidak akan memarahimu. Jangan menangis, kamu masih lemas. Ibu sudah buatkan sup untukmu, sebentar lagi matang dan kamu bisa makan.”
“Terimakasih, Bu.” ujar Arimbi. Dia emngusap sudut matanya, namun tisunya tidak basah karena dia tidak benaran menangis. Di kehidupan yang sekarang di meniru semua tingkah laku Amanda untuk membalasnya.
Arimbi memaksakan diri agar airmatanya keluar agar Mosha merasa kasihan dan membelanya. Dia harus menunjukkan pada orangtuanya, siapa Amanda yang sebenarnya untuk mencegah masa lalu tragis itu terjadi. Tidak hanya itu, Arimbi juga ingin menghancurkan apa yang Amanda sayangi meskipun itu hanya beberapa pot bunga. Arimbi tidak bisa menahan dirinya.
Tidak ada siapapun yang tahu kalau Reza yang memberikan bunga-bunga itu pada Amanda selain Arimbi yang telah terlahir kembali. Di kehidupan sebelumnya, saat Arimbi muncul dihadapannya, Amanda membual layaknya seorang pemenang. Kakak tirinya itu yang memberitahu semuanya.
“Ibu!” Amanda sudah tak bisa menahan diri lagi dan merajuk, “Aku sudah menghabiskan waktuku merawat tanaman-tanaman ini.”
“Apa pot-pot bunga ini jauh lebih penting dari adikmu sendiri? Bukankah Arimbi tadi bilang kalau dia hanya ingin membantumu? Dia tidak sepertimu yang tumbuh bersama ibu dan mendapat pengawasan ibu serta pendidikanmu jauh lebih baik darinya dan kamu tahu segala hal. Bunga-bunga ini tidak mati! Jadi kenapa kamu malah ingin bertengkar dengan adikmu? Dia baru saja bangun dan masih lemah dan lapar, tapi dia memutuskan untuk merapikan bunga-bungamu. Harusnya kamu berbaik hati padanya.”
Amanda pun langsung menelan kembali semua kata-kata yang ingin diucapkannya saat dia melihat wajah Mosha menggelap dan terlihat kesal.
“Bagaimana kalau aku membelikanmu bunga yang baru besok sebagai gantinya?” Arimbi mencoba memberikan saran pada Amanda. Hal itu sontak membuat Amanda mengegrtakkan giginya. Apa dia kira bunga-bunga di pasar bisa dibandingkan dengan ini? Semua bunga ini hadiah dari Reza.
“Lupakan saja! Lain kali, kamu harus tanya dulu sebelum melakukan sesuatu. Mungkin saja apa yang ingin kamu lakukan tidak membantu sama sekali.” jawab Amanda yang sudah hampir meledak, tapi dia berusaha untuk tetap bersikap tenang.
Dia tidak bisa bertengkar dengan Arimbi hanya gara-gara pot bunga itu apalagi membuat ibunya merasa seakan-akan dia sengaja ingin mengerjai Arimbi. Lagipula meskipun dia anak angkat di keluarga itu tapi dia masih membawa identitas sebagai putri sulung keluarga Rafaldi. Karena alasan itulah Amanda berusaha mengendalikan dirinya.
“Baiklah, tidak apa-apa. Tapi Arimbi jangan sedih ya, kalau kamu suka merawat tanaman aku akan membelikanmu banyak tanaman.” ujar Mosha membujuk putrinya.
“Makasih ya Bu, pokoknya ibu yang terbaik deh. Aku sayang ibu.” Arimbi tersenyum sumringah.
Senyum manis Arimbi membuat hati Mosha tergerak dan saat dia mendengar kalimat ‘Aku sayang ibu’, hatinya pun semakin meleleh.
“Gadis bodoh! Kamu itu putriku. Pada siapa lagi aku harus bersikap baik kalau bukan padamu? Oh ya ampun sup ku.” teriak Mosha yang lupa dia sedang memasak sup didapur. Kemudian dia berlari kembali ke dapur.
Di saat yang sama Yadid Rafaldi sedang melangkah memasuki ruang tengah dan melihat istrinya yang setengah berlari menuju ke dapur. Dia langsung melepas mantelnya dan bertanya, “Ibu kalian kenapa?”
“Ayah sudah pulang?”
Amanda baru saja akan menaruh guntingnya dan menghampiri ayahnya tapi Arimbi selangkah lebih cepat darinya. Arimbi sudah berada didepan ayahnya dan menyambut ayah mereka dengan senyum manis yang menghiasi wajah cantiknya.
“Biar aku bawakan jaket ayah.” Arimbi dengan penuh perhatian meraih jaket dari tangan ayahnya dan menjawab pertanyaan ayahnya tadi dengan senyum, “Ibu sedang asyik mengobrol dengan kami dan lupa kalau sedang memasak.”
Tingkah laku Arimbi membuat Yadid terkejut karena anak kandungnya yang satu ini tidak pernah sedekat ini padanya setelah dia kembali selama hampir setahun terakhir ini. Biasanya tiap kali mereka bertemu, dia hanya menyapanya dan tidak melakukan apapun.
Tapi hari ini, gadis itu menyambutnya bahkan dengan penuh perhatian membawakan jaketnya. Namun dia melihat tangan yang masih berbalut perban lalu menghentikan langkahnya.
Yadid mengangkat tangan Arimbi yang terluka dan alisnya berkerut, “Arimbi, apa yang terjadi dengan pergelangan tanganmu?”
Sebelum Arimbi memiliki kesempatan untuk menjawab, Amanda sudah menyambar duluan, “Ayah, tadi Arimbi mendatangi kediaman keluarga Serkan dan menyayat pergelangan tangannya didepan Tuan Emir untuk membatalkan pernikahannya.”
Wajah Yadid tercengang, seketika dia menjatuhkan tangan Arimbi yang tadi dipegangnya.
Dengan wajah tegas dia menyalak pada Arimbi,”Arimbi Rafaldi! Kamu tidak harus menikah dengannya kalau kamu tidak mau. Bisa-bisanya kamu pergi kesana dan mengiris tanganmu sebagai protes dan membuat semuanya melihat kejadian itu? Apa kamu sudah meminta maaf pada mereka? Apa dia memaafkanmu? Kalau kamu belum minta maaf padanya, cepat pergi kesana sekarang dan minta maaf. Mohon ampunan darinya dan berjanji bahwa kamu tidak akan mengulangi itu lagi.”
Saat itu, Yadid berpikir bahwa putrinya telah menyinggung Emir. Itu bisa membawa bencana yang tak terhindarkan pada perusahaannya, Rafaldi Group. Karena itulah dia meminta putrinya meminta maaf dan mohon ampunan. Hanya dengan cara itu perusahaannya bisa diselamatkan, sekaligus semua orang di keluarga Rafaldi akan aman dari kemarahan Emir Serkan.
“Ayah! Arimbi baru saja bangun jadi dia belum sempat minta maaf pada Tuan Emir.” Amanda sudah tidak sabar melihat bagaiman situasi itu berakhir. Bagaimanapun, Arimbi yang sudah berpura-pura baik dan memangkas bunga-bunga yang dia pelihara dengan susah payah seperti itu.
Meskipun Mosha memihak Arimbi, tapi Yadid hanya akan mengkhawatirkan masa depan perusahaannya. Saat Arimbi melihat ekspresi mencemooh diwajah Amanda, dia memasang wajah menyesal dan memohon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments
hmmm kenala
Aku padamu Mosha. Seorang ibu yang baik, kaya, berpendidikan dan cerdas. Kereeen
2023-06-18
4