Office Girl Itu Kekasihku

Office Girl Itu Kekasihku

1

Bab 1

Malam harinya Hanum dan juga Burhan berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan banyak uang dari Naira. Keduanya sepakat untuk membuat Naira menghasilkan uang yang banyak untuk mereka.

"Mas... Sepertinya kita harus melakukan sesuatu untuk membuat Naira lebih bermanfaat. Daripada dia sekolah cuma ngabisin uang kita aja mending kita manfaatin dia biar bisa menghasilkan uang untuk kita berdua. Gimana?" Tanya Hanum sembari menaikkan sebelah alisnya.

Cahaya remang-remang di dalam kamar malam itu menemani diskusi Hanum dan juga Burhan yang tampak sangat serius.

"Hmmm kamu benar juga Han, tapi bagaimana cara mendapatkan uang dari si Naira itu. Dia kan ngga punya bakat apa-apa," kata Burhan ragu.

"Dia memang ngga punya bakat yang mumpuni, tapi tubuhnya itu sangat seksi kan dan dia juga sangat cantik. Kalau dilihat-lihat dia itu seperti wanita Korea. Kalau dijual pasti banyak yang mau apalagi dia itu masih virgin kan jadi kita bisa jual dia dengan harga mahal," usul Hanum dengan wajah yang terlihat begitu sumringah.

"Wah... Kamu benar juga. Ide kamu bagus sekali. Oke kalau gitu kita jual saja dia. Kebetulan aku punya kenalan seorang yang bisa membantu kita dalam hal itu." Burhan menyunggingkan senyuman misteriusnya.

***

Tepat pukul 9 malam. Burhan dan Hanum sampai ke tempat yang terasa begitu asing untuk mereka. Suara musik yang begitu sangat keras ditambah lagi dengan lampu-lampu yang berwarna-warni menyorot kesana kemari memenuhi seluruh ruangan menembus indera penglihatan mereka.

Terlihat juga beberapa wanita yang menari sembari meliuk-liukkan tubuhnya begitu lincahnya. Botol-botol minuman keras berderet rapi diatas meja dengan gelas-gelas sebagai pendampingnya.

"Ada apa kamu datang ke sini? Tumben sekali?" Tanya seorang wanita dengan wajah yang begitu jutek. Wanita paru baya itu tampak membenahi sanggul miliknya yang terlihat lumayan besar ditambah dengan pernak-pernik warna-warni yang menghiasi kepalanya.

"Emmmm begini Mommy... Saya mau menawarkan seorang gadis pada Mommy. Apa Mommy mau?" Tanya Burhan dengan suara kerasnya.

Burhan terpaksa menaikkan sedikit nada suaranya agar wanita itu bisa mendengarnya. Suara musik di tempat itu lumayan keras sehingga membuat Burhan harus sedikit usaha untuk mengangkat nada suaranya.

"Gadis??? Heh... Apa dia cantik? Aku tidak menerima gadis jelek di sini. Kamu tahu kan kalau aku hanya menerima gadis cantik di sini untuk menemani para tamu-tamu di sini... Yah setidaknya dia seksi kalau memang dia itu tidak cantik." Wanita itu meneguk minuman di depannya tanpa menawari Burhan dan juga Hanum yang masih terlihat tidak nyaman berada di tempat itu.

Wanita yang akrab di sapa dengan Mommy Chan adalah seorang mucikari yang begitu pandai mencari pria hidung belang yang kaya dan juga dapat memberikan uang yang sangat banyak padanya.

"Mommy ngga usah khawatir... Gadis yang aku bawa ini adalah gadis muda yang cantik, seksi dan yang paling penting dia itu masih perawan jadi aku yakin sekali kalau Mommy pasti akan puas jika menerimanya," kata Burhan.

"Hmmm benarkan begitu... Tapi tetap saja aku tidak bisa langsung menerimanya. Aku tidak mau membeli kucing dalam karung jadi kalau kamu mau bawa dia besok ke sini supaya aku bisa melihatnya. Nanti kalau aku cocok aku akan langsung memberinya seorang pelanggan ku di sini," ucap Mommy Chan.

Seketika Burhan dan juga Hanum pun langsung tersenyum. Keduanya merasa seperti sudah mendapatkan kesempatan meski itu belum menjadi sebuah kepastian Naira akan diterima oleh Mommy Chan.

Setelah menawarkan Naira pada seorang mucikari, Hanum dan Burhan pun kembali ke rumah. Tampak rumahnya yang sudah sangat sepi. Burhan dan Hanum pun langsung masuk ke dalam dan benar saja jika Naira ternyata sudah tidur.

Keduanya hanya mengintip Naira dari balik pintu kamarnya dan melihat Naira yang tengah tidur meringkuk di atas ranjang kamarnya.

"Besok kita akan dapatkan uang dari dia, Mas" ucap Hanum dengan nada berbisik.

"Iya kamu benar, tapi sepertinya tidak mungkin kalau kita bawa dia kepada Mommy Chan dengan pakaian seperti itu. Besok kamu belikan baju yang seksi yah untuk dia supaya lekuk tubuhnya bisa terlihat dan Mommy Chan bisa menerimanya," ucap Burhan.

"Kamu tenang aja Mas... Aku pasti akan mendandani dia secantik mungkin besok supaya dia terlihat cantik. Pokoknya kita ngga boleh lagi kehilangan kesempatan ini. Aku ngga sudi lagi mengeluarkan uang untuk sekolah dia... Pokoknya sekarang sudah saatnya dia yang menghasilkan uang untuk kita," kata Hanum.

Keduanya kemudian menutup pintu dan kembali ke kamar mereka. Raut wajah senang masih begitu terpancar dari wajah mereka.

Keesokan paginya, melawan udara yang begitu terasa sangat dingin, Naira sudah mandi dan siap untuk berangkat ke sekolah. Tas di punggungnya sudah tersandar rapi dan sepatu di kakinya pun sudah ia pakai.

Naira berjalan keluar dari dalam kamarnya dan hendak menghampiri Hanum untuk bersalaman dengannya sebelum dirinya berangkat ke sekolah.

"Bu... Nai berangkat sekolah dulu yah." Naira mengulurkan tangannya pada Hanum namun segera ditepis dengan lembut oleh Hanum.

"Emmm Naira. Hari ini kamu ngga usah pergi ke sekolah yah. Kamu temani Ibu pergi ke undangan teman Ibu. Kamu mau kan?" Tanya Hanum mulai menjalankan rencananya.

"Loh, tapi kan ini masih pagi, Bu. Kalau undangannya setelah Naira pulang sekolah saja gimana? Bisa kan?" Tanya Naira lagi.

"Ngga! Ngga bisa Nai. Ini undangannya pagi jadi ngga bisa kalau harus nunggu kamu pulang sekolah," sergah Hanum.

Naira terdiam, sembari berpikir sejenak mengenai permintaan ibunya.

'Loh kok aneh banget sih... Masa iya pergi ke undangan pagi-pagi gini. Masa iya aku harus bolos sekolah.' batin Naira.

Karena merasa aneh, Naira pun menatap Hanum lekat.

"Tapi, Bu...."

"Udahlah Nai... Ngga ada tapi-tapian! Pokok kamu harus ikut sama ibu ke undangan dan sekarang kamu balik lagi ke kamar terus ganti baju. Kita pergi ke pasar untuk beli baju dulu sebelum pergi ke undangan," kata Hanum yang langsung mendorong tubuh Hanum secara paksa masuk lagi ke dalam kamarnya.

"Tapi, Bu!!!"

"Udah cepet! Cepet! Jangan kebanyakan bantah!" titah Hanum yang kemudian menaikkan nada suaranya kemudian menutup pintu kamar Naira dan membiarkannya di dalam kamar.

Naira pun semakin merasa aneh dan juga tidak enak. Naira merasa ada sesuatu yang Hanum sembunyikan darinya.

Naira meletakkan kembali tas yang sudah menyangkut di punggungnya dan menjatuhkannya ke atas ranjang kamarnya.

"Kayak ada yang ngga beres deh ini. Kok tiba-tiba ibu minta aku temenin ke acara undangan, terus juga masa iya undangan jam segini kan ngga mungkin banget, tapi aku ngga mungkin nolak permintaan Ibu. Dia pasti akan marah kalau aku sampai menolaknya." Naira merasa begitu gundah.

Dirinya bahkan masih belum mengganti bajunya dan hanya diam termenung di pinggiran ranjang kamarnya. Sampai akhirnya suara Hanum memecahkan keheningan saat dirinya tengah bermain di alam khayal.

"Nai... Udah selesai belum? Ayo berangkat. Kita harus cari baju dulu kan!" Teriak Hanum dari luar kamar Naira.

"I-iya Bu. Ini Nai juga udah mau selesai kok," jawab Naira dengan sedikit berteriak.

Tok... Tok... Tok.

"Cepetan Nai!" Hanum yang sudah tidak sabar kembali menggedor pintu kamar Naira.

Dengan cepat Naira yang tadi belum bangkit dari posisinya, seketika itu juga langsung meringsut dari tempatnya menuju ke lemari dan meraih baju kaos santai.

'Duh masa iya aku harus bolos sekolah sih... Aku ngga mau bolos sekolah.' batin Naira masih dalam kebimbangan.

BRAK....

Tiba-tiba saja Hanum membuka paksa pintu kamar Naira karena Naira yang tak kunjung keluar hingga terlihatlah Naira yang tengah merapihkan baju yang baru saja dipakainya.

"Udah belum sih Nai kok lama banget," pungkas Hanum dengan sedikit kesal.

"I-ibu kok main masuk gitu aja sih Bu. Ini aku juga udah mau selesai kok," sahut Naira terbata.

"Kamu sih jadi cewek kok lelet banget! Udah ngga usah dandan cantik-cantik nanti juga kita ke salon kok jadi sekarang ngga perlu dandan dulu." Hanum langsung menarik tangan Naira.

'Heh... Akhirnya aku berhasil juga bawa Naira pergi. Sebentar lagi aku akan dapat uang banyak dari dia.' batin Hanum kegirangan.

Naira yang polos tidak tahu apa yang akan terjadi di depannya setelah mengikuti ajakan seng ibu yang memaksa nya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!