Bab 18
"Lo beruntung, Naira," ucap Anya lirih.
"Maksud nya?" tanya Naira bingung.
"Lo beruntung karena bisa sedeket ini sama pak Bos, gue do'ain semoga aja setelah pak bos putus sama itu cewek. Lo yang akan jadi penggantinya," sahut Anya dengan gembira.
"Hus, ngomong apa si kamu, nggak boleh ngomong kayak gitu, lagian aku ini siapa si, cuma orang kampung yang nggak tahu apa-apa, aku udah di tolongin sama pak Geffen udah Alhamdulillah banget kok." jelas Naira merendahkan dirinya.
Anya tersenyum, ia sangat suka sekali melihat wajah polos Naira itu, dan ia senang karena bisa berteman baik dengan Naira yang sifatnya masih sangat polos seperti orang kampung, berbeda dengan penampilan Anya yang urakan dan bahkan gaulnya sudah terlampau batas.
Hari berganti, kedekatan Naira dengan Anya sekali erat. Bahkan mereka menghadapi semua rencana bersama Geffen selalu bersama, sampai suatu saat Geffen Anya mengetahui bahwa Geffen mencari Naira untuk berbicara sesuatu, hal itu sangat wajar bagi Anya beberapa hari terakhir ini, karena Naira memang sedang terpaut kontrak pada Geffen.
"Anya, di mana temanmu itu?" tanya Geffen menghentikan jalan Anya.
"Tadi si ada di lantai bawah Pak," ucap Anya dengan hormat.
"Kalau begitu, setelah selesai pekerjaan mu, tolong panggil dia untuk ku." pinta Geffen sembari berlalu pergi.
Anya mengangguk cepat, saat itu Anya langsung membereskan semua tugasnya dan setelah itu ia mencari Naira. Anya tidak tahu bahwa saat berada di lantai bawah Naira sedang berhadapan dengan para karyawan lainnya yang sedang mem-bully dirinya, mereka menyadari kedekatan Naira dengan pak bos mereka hingga membuat mereka kesal dan marah.
"Heh Naira, lo itu sadar diri dong, lo cuma OG di sini, jadi lo jangan cari perhatian terus sama Pak Geffen," ucap salah satu dari mereka.
"Ya Naira, lo itu anak baru dan dari kampung, jadi jangan bertingkah seenaknya di sini. Gue aja yang udah jadi karyawan lama di sini, nggak ada tuh kesempatan buat pergi bareng sama pak Geffen, terus kenapa lo lama-lama makin keseringan deket sama pak Geffen," sambung yang lain dengan tatapan sinis.
"Mbak, kalian ini ngomong apa si, aku nggak ngerti apa-apa, aku di sini kerja kok, bukan main-main," sahut Naira dengan polosnya.
"Alah, itu hanya alasan aja kan buat lo, tapi sebenarnya lo itu juga lagi curi-curi perhatian kan sama pak Geffen, ngaku lo!" sergah salah satu dari mereka yang nampak tidak terima.
Saat itu Naira seperti sedang di keroyok oleh mereka, dengan nada tinggi dan tuduhan yang tidak mendasar. Hingga mereka tidak sadar bahwa saat itu Nirma datang ke kantor untuk bertemu dengan Geffen, dan ia mendengar pembicaraan para karyawan yang saat itu sedang mengobrol kan Naira dan Geffen.
Saat itu Nirma melangkah mendekati Naira yang sedang di keliling oleh para karyawan wanita. Dan ketika Naira tersadar bahwa ada Nirma yang hendak mendekati dirinya, dengan cepat Naira menutup kedua wajahnya dan berusaha untuk kabur. Naira lari sejauh mungkin dan bersembunyi, dan saat itu Naira tidak sengaja menabrak seseorang dan itu adalah Anya.
"Naira, lo kenapa si lari-lari gini?" tanya Anya memprotes Naira.
"Tolong aku, aku harus bersembunyi, aku mohon tolong bantu aku," pinta Naira menatap ketakutan.
"Oke, oke, gue akan bantu lo, sekarang lo ikut gue." jawab Anya yang menyadari bahwa situasi itu tidak memungkinkan untuk mengajak Naira bicara.
Nirma terkesiap saat menyadari bahwa wanita yang tengah di bully itu berhasil kabur, dan kehadiran Nirma pun disadari oleh para karyawan yang langsung tertunduk hormat padanya.
"Apa yang kalian bicarakan tadi, dan kenapa wanita itu kabur dari kalian?" tanya Nirma menatap penuh penasaran.
"D-dia Bu, dia adalah office girl di kantor ini, tapi kami curiga kalau dia itu sedang ingin menggoda pak bos Bu, karena beberapa kali kami memergoki mereka pergi naik mobil bersama," ucap salah satu dari mereka yang memberanikan diri.
"Apa, jadi Geffen mau main api sama aku!" marah Nirma yang langsung pergi berlalu meninggalkan mereka.
Para karyawan itu saling menatap satu sama lain, mereka merasa takut jika pembicaraan mereka itu sempat didengar oleh Nirma, namun mereka merasa sedikit lega lantaran sepertinya Nirma sama sekali tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Ceklek! Pintu ruangan Geffen terbuka, dan saat itu Geffen sedang fokus bekerja. Kedatangan Nirma spontan merusak moodnya dan membuatnya tidak bersemangat lagi dalam bekerja.
"Mas, apa-apaan kamu ini, kamu berhubungan dengan office girl di kantor ini, aduh ya ampun Mas, kenapa selera kamu serendah ini si," omel Nirma yang saat itu menatap penuh hina pada Geffen.
"Apa maksud mu, kalau bicara hati-hati ya, jangan asal bicara saja," omel Geffen tidak terima.
"Mas, apa kamu tidak bisa melihat dan mendengar bahwa para karyawan kamu itu sedang membicarakan kamu dengan office girl di kantor ini, mereka beranggapan kalau kamu telah menjalin hubungan dengannya. Mas, kamu jangan lupa ya, kalau aku dan kamu itu akan segera menikah," seru Nirma yang saat itu memberikan tekanan pada Geffen.
"Apa, apa katamu?"
Geffen bangkit dari tempat duduknya, menatap wajah Nirma yang baru saja mengatakan bahwa antara dirinya dan Geffen akan segera menikah. Dan hal itu membuat Geffen tertawa karena ia tidak mungkin menikah dengan gadis di hadapannya itu.
"Kenapa kamu terlihat kaget Mas, bukannya perjodohan kita itu sudah diatur sama orang tua kita," ucap Nirma menatap Geffen.
"Mungkin aku belum memberi tahu mu satu hal Nirma, yang akan membatalkan semua perjanjian perjodohan kita," ucap Geffen memangku tangan.
"Apa maksud mu, Mas? Kedua orang tua kita itu sudah sepakat, jadi apa maksud mu bicara seperti itu?" tanya Nirma.
Geffen tidak menjawab melalui kata-kata, melainkan ia menjawab sesuai dengan bukti yang telah ia bawa. Sebuah foto perbuatan Nirma bersama pria lain sudah di simpan rapi oleh Geffen dan ia memperlihatkan hal itu pada Nirma. Spontan saja Nirma terkejut melihat semua itu, ia tidak menyangka bahwa Geffen telah mengantongi sebuah bukti antara dirinya dengan selingkuhannya itu.
"Mas, dari mana kamu dapatkan foto ini?" tanya Nirma yang saat itu hendak merampas foto tersebut dari tangan Geffen.
"Eits, kenapa Nirma. Kenapa tegang sekali saat kamu tahu aku sudah mendapatkan bukti yang cukup valid tentang perselingkuhan mu itu dengan pria yang ada di foto ini, kau ingin menggosip kalau aku punya hubungan dengan office girl di kantor ini, apa bukti nya!"
Geffen dengan bangga mematikan ponselnya dan memasukkan ke dalam jas, saat itu ia tersenyum puas melihat wajah Nirma yang merah karena merasa malu.
Nirma menghentakkan salah satu kakinya dan pergi meninggalkan ruangan Geffen, dan saat itu Geffen kembali duduk di singgasana nya dengan bangga. Saat itu tiba-tiba ada yang menggangu pikiran Geffen, tentang ucapan Nirma yang menuduhnya memiliki hubungan dengan office girl.
Tiba-tiba ia terpikirkan oleh Naira yang sejak tadi siang tidak ada kabarnya. Saat itu Geffen memutuskan untuk menghubungi Naira, dan panggilan telepon yang berdering itu mengejutkan Naira yang sedang bersembunyi bersama Anya.
"Siapa?" tanya Anya menatap Naira.
"Pak Geffen, aduh gimana ini," ucap Naira bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments