Bab 7
Kalimat penolakan ingin sekali tetap diloloskan keluar dari mulut mungilnya, tapi Naira sadar jika hati nuraninya mengecam keras untuk dirinya kembali ke tempat yang begitu menjijikan baginya.
Tangan Geffen menjeremba meminta Naira masuk ke dalam dekapannya setelah menuruti permintaan dari Mommy Chan.
"Sekarang kalian sudah tidak punya urusan apa-apa lagi dengan gadis ini jadi awas saja kalau aku sampai melihat kalian masih mengganggu gadis ini. Aku tidak segan-segan menghabisi kalian semua." Tatapan nanar Geffen tampak tak main-main. Bak pembunuh kelas kakap, tatapan mata Geffen berhasil membuat Mommy Chan dan anak buahnya hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan.
Dengan sedikit kasar, Geffen mengambil alih Naira yang tadi masih dipegang erat oleh bodyguard Mommy Chan. Namun, tanpa bisa menolak Mommy Chan hanya bisa membiarkan Naira dibawa oleh pria yang tidak dikenalnya itu.
"Baik kalau begitu. Urusan kita sudah selesai dan kami akan pergi," kata Mommy Chan yang langsung memberikan kode pada anak buahnya untuk kembali masuk ke dalam mobil.
Kembali, Naira merasa tidak enak pada atasannya yang sudah menolongnya. Naira tahu jika dirinya sempat membenci pria dihadapannya yang begitu arogan, tapi malam itu seolah menghapus semua perasaan benci Naira pada Geffen karena Geffen yang telah menolongnya.
"Terima kasih Pak. Terima kasih karena Bapak sudah menolongku. Aku benar-benar berhutang budi pada Bapak," ujar Naira terharu.
"Kamu pikir itu gratis? Tidak yah! Aku sudah keluarkan banyak uang untuk gadis seperti mu jadi kamu harus membayarnya," jawab Geffen menatap tajam bola mata Naira.
Benar saja dugaannya. Naira tahu jika pria di hadapannya itu pasti tidak akan menolongnya dengan cuma-cuma sehingga Naira sudah mempersiapkan semuanya sejak tadi.
Naira tampak menarik napas dalam, "lalu bagaimana cara aku membalas budi atas apa yang sudah Bapak lakukan padaku?" Tanya Naira.
"Masuk ke mobil!" Perintah Geffen yang langsung berlalu meninggalkan Naira tanpa menunggu jawabannya sementara Naira masih tak bergeming dari posisinya. "Kenapa malah jadi patung di situ?" Tanya Geffen membuyarkan lamunan Naira.
"I-iya Pak," jawab Naira gugup. Sontak saja Naira berjalan mengikuti langkah kaki Geffen masuk ke dalam mobil mewahnya. Mobil yang terasa sangat nyaman sejak Naira mendaratkan pantatnya pada kursi mobil.
Dengan kepala tertunduk Naira menunggu Geffen berbicara. Suasana tampak hening sejenak sebelum akhirnya Geffen membuka percakapan dengan Naira.
"Kamu tahu kan kalau uang 100 juta itu sangat banyak?" Tanya Geffen memalingkan wajahnya pada Naira yang duduk di sebelahnya.
Naira mengangguk pelan. "Iya Pak, saya tahu itu jumlah uang sangat banyak," jawab Naira pelan.
"Kalau begitu kamu juga tahu kan kalau aku pasti akan meminta ganti atas uang itu," kata Geffen lagi.
"Iya Pak. Saya janji akan menggantinya secepat mungkin, tapi saya minta tolong Pak. Izinkan saya mencicil uang itu karena saya tidak punya uang jika harus mengembalikan uang itu sekaligus pada bapak," ucap Naira.
"Kamu tidak perlu ganti uang itu. Kamu bisa ganti dengan yang lain sebagai penggantinya." Geffen menghentikan kalimatnya.
Tantu saja kalimat yang menggantung itu menimbulkan banyak pertanyaan di dalam kepala Naira. Ada banyak hal yang dipikirkan Naira saat itu.
"Memangnya dengan cara apa aku bisa mengganti uang Bapak?" Tanya Naira.
"Dengan tubuhmu," jawab Geffen singkat.
Tentu saja Naira sangat terkejut dengan perkataan dari bosnya itu. Naira tidak menyangka jika bosnya ternyata sama saja seperti mommy Chan hingga berani meminta tubuhnya sebagai ganti uang 100 juta itu.
"T-tapi Pak. Maaf kalau saya harus mengganti dengan tubuh ku dan menjadi wanita murahan seperti yang Bapak inginkan. Saya tidak bisa Pak," kata Naira tegas.
"Kamu ini... Siapa juga yang mau tubuhmu itu. Maksud ku bukan itu," kata Geffen.
'Lah ini orang gimana sih kok ngga jelas gitu ngomongnya. Dia itu minta aku tidur dengannya atau apa sih ini.' batin Naira penuh tanya.
"Jadi maksud Bapak apa?" Tanya Naira.
"Aku mau kamu jadi pacar pura-pura ku." Geffen kembali menoleh ke arah Naira. Seketika bola mata mereka beradu untuk sesaat.
"P-pacar pura-pura Pak? Maksudnya apa yah Pak. Saya tidak mengerti." Naira masih tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Geffen padanya.
"Ya Tuhan... Susah banget sih ngomong sama perempuan yang ngga berpendidikan tinggi. Ngga ngerti-ngerti," ejek Geffen. "Maksud ku kamu jadi pacar pura-pura ku supaya orang tuaku tidak jadi menjodohkan aku dengan anak temannya. Kamu harus berpura-pura jadi pacarku di hadapan orang tuaku dan satu lagi kamu hanya jadi pacar pura-pura saat di depan orang tuaku. Tidak di depan karyawan kantor," kata Geffen.
Naira sempat bimbang dengan apa yang harus dilakukannya. Dirinya tidak ingin menjadi pacar pura-pura namun menolak pun rasanya tidak enak sekali.
"Kalau kau mau, aku akan menganggap lunas semua uang yang sudah aku keluarkan untuk membeli mu," kata Geffen.
"Tapi Pak. Kalau begitu berarti kita membohongi orang tua Bapak." Naira sedikit ragu.
"Itu terserah padamu mau berpura-pura jadi pacarku atau kembalikan uangku yang tadi. Jika dalam waktu 2 hari kamu belum bisa mengembalikan uang itu maka jangan salahkan aku kalau aku akan membuatmu mendekam di penjara," ancam Geffen pada Naira.
'Duh gimana ini yah. Aku ngga mau jadi pacar pura-puranya, tapi aku juga ngga mungkin bisa mengembalikan uang sebanyak itu hanya dalam waktu 2 harihari.' batin Naira.
"Gimana mau ngga! Aku ngga punya banyak waktu nih. Kalau mau ya mau kalau engga ya engga!" Geffen tampak sedikit kesal pada Naira karena tidak kunjung menjawab pertanyaannya.
'Ya Tuhan kenapa jadi seperti ini sih. Aku ngga mau jadi pacar pura-puranya.' batin Naira lagi dengan hati yang tak karuan.
"Gimana?" Tanya Geffen masih menunggu jawaban dari Naira.
'Ya Tuhan tolong lindungilah aku. Aku benar-benar tidak mau jadi pacarku,' batin Naira yang masih belum memberi jawaban pada Geffen.
"Aish ya Tuhan lama banget sih tinggal jawab gitu doang. Yaudah kalau ngga mau berarti kamu bisa segera kasih uang itu dalam waktu dua hari. Sekarang keluar!" Perintah Geffen.
"Baik pak. Kalau begitu saya mau," jawab Naira dengan suara sedikit gemetaran.
"Nah, gitu dong. Kenapa si jawab gitu aja susah banget. Sekarang tunjukkan di mana tempat tinggalmu, aku akan mengantarkan kamu pulang. Besok pagi datang lebih pagi ke kantor karena aku akan memintamu untuk menandatangani sesuatu," ucap Geffen masih menatap nanar Naira.
"B-baik Pak."
Naira tak berkutik. Keluar dari dekapan singa ia justru masuk ke kandang mancan. Benar-benar membuat Naira tidak bisa melakukan sesuatu saat itu.
Geffen menahan Naira yang hendak pergi, karena pertanyaannya justru tak mendapatkan jawaban sama sekali dari Naira.
"Hei, kenapa kau pergi tanpa memberitahukan di mana tempat mu tinggal, kalau begini bagaimana aku bisa mengantarkan mu!" omel Geffen menatap Naira kesal.
"Tidak perlu Pak, aku bisa pulang sendiri. Bapak sudah banyak menolong ku dan membebaskan aku dari mommy Chan, aku tidak mau merepotkan mu lagi." jawab Naira menolak saat Geffen hendak mengantarkan dirinya.
Geffen terhenti saat itu, karena Naira menolak saat ia berniat untuk mengantarkan dirinya. Dan Naira sendiri memutuskan untuk keluar dari ruangan Geffen begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments