Bab 4
Tubuhnya seketika terasa lemas. Dengan tertatih Naira berjalan menjauhi tempat itu dan tak sengaja sebuah koran menyangka di kakinya. Naira meraih koran itu dan membawanya pergi.
"LOWONGAN KERJA UNTUK OFFICE GIRL DI KANTOR GRACE GENERAL"
Naira terpaku melihat lowongan kerja di sebuah perusahan game ternama yang sangat terkenal. Naira membulatkan matanya dengan sempurna seolah tuhan memberikan jalan untuk keluar dari lingkup Kemiskinan yang selalu menjerat keluarganya.
"Wah lowongan kerja bagus nih... Apa aku ngelamar di sini aja yah. Ini ngga ada persyaratan khusus jadi sepertinya aku bisa melamar kerja di sini. Kan lumayan kalau aku kerja di perusahaan ternama seperti ini. Walaupun jadi office girl tapi gajinya pasti lumayan," kata Naira menyunggingkan senyuman manisnya tanpa mengalihkan pandangannya dari koran yang dipegangnya.
"Tapi, kalau penampilan ku kayak gini gimana aku bisa ngelamar kerja yah... Aku ngga mungkin pulang sekarang kan. Ibu sama ayah pasti akan mengembalikan aku pada mucikari itu." Naira menggelengkan kepalanya sendiri.
Kepalanya mencoba berpikir namun tidak semudah yang dibayangkan. Tidak ada tempat untuk Naira mengadu dan mengeluh. Naira tidak bisa melupakan tempat tinggal satu-satunya sehingga Naira pun memutuskan untuk kembali ke rumah dan mengambil pakainya secara diam-diam.
"Aku harus pulang tapi aku ngga boleh sampai ketahuan. Aku harus pulang diam-diam dan ambil semua pakaian ku di sana," kata Naira.
Tanpa basa-basi Naira pun langsung berjalan pergi dari tempat itu. Naira berjalan berlawanan arah dengan keempat pria yang tadi mengejarnya. Naira masih berusaha menghindari kejaran pria bertato itu.
Jalanan yang buntu dan hari yang mulai gelap membatasi pandangan para bodyguard mommy Chan, mereka terhenti sambil mengayunkan nafas yang tersengal lantaran sudah cukup jauh berlari.
"Huh, huh, sepertinya kita kehilangan jejak gadis nekat itu," ucap salah satu dari mereka sembari mengibas jaket tebalnya.
"Benar, kita sudah kehilangan jejak, kalau sampai dia tertangkap mommy pasti tidak akan tinggal diam, paling tidak sebuah tamparan pasti akan mendarat bebas di pipi gadis itu," sahut lainnya yang juga merasa geram.
"Ayo cabut dari sini, gadis itu nggak mungkin kan masuk di perkebunan itu seorang diri, mana berani dia." ajak lainnya lagi yang melihat bahwa di hadapan mereka terdapat pohon-pohon tinggi dan rerumputan yang sangat rapat.
Mereka mengangguk setuju dan akhirnya mereka berjalan beriringan untuk kembali menghadap mommy Chan.
Mommy Chan sedang menghisap sepuntung rokok yang ia selipkan di antara jemarinya, dengan tatapan yang mengarah pada gelas beserta minuman yang ada di atas meja.
Langkah kaki ke empat bodyguard yang mulai mendekati dirinya itu mulai ia sadari, meskipun ia tidak menoleh kepada mereka.
"Mommy, maafkan kami, kami tidak berhasil menangkap gadis itu," ucap salah satu dari mereka yang mencoba memberanikan diri.
Mommy Chan tidak menanggapi, ia bangkit setelah terdiam cukup lama. Dan berjalan perlahan mendekati mereka yang hanya bisa mematung dan menundukkan kepala.
Plak! Plak! Plak! Plak!
Empat tamparan mendarat bebas di pipi masing-masing bodyguard itu, mereka sudah menduga akan mendapatkan hukuman dari mommy Chan karena tidak berhasil menangkap mangsa yang baru saja ia lunasi pembayarannya itu.
"Bodoh! Apa kalian tidak malu dengan tubuh kalian yang kekar dan menyeramkan, sampai menangkap satu gadis saja tidak mampu!" hardik mommy Chan merasa sangat kecewa.
Tak ada yang berani menjawab dan mendongakkan kepala mereka saat mommy Chan terlihat benar-benar murka. Mereka sangat takut jika sampai mereka menjawab maka tamparan kedua pasti akan mendarat pada pipi mereka lagi.
"Apa kalian tidak malu dengan tato dan kebingisan wajah kalian! Bisa-bisanya tidak berhasil menangkap satu gadis saja."
Mommy Chan dengan kasar melempar puntung rokok yang telah hampir habis dan ia injak menggunakan hills tingginya, tatapannya tetap mengarah pada ke empat bodyguard andalannya. Selama ini ia tidak pernah dikecewakan oleh mereka, mereka terpilih karena pekerjaan mereka yang selalu dianggap profesional.
Namun kali ini mommy Chan menganggap mereka benar-benar mengecewakan dirinya lantaran tidak bisa menangkap Naira.
"Mommy, kami mengaku salah, gadis itu benar-benar lolos dari pandangan kami saat kami mengejar ke sebuah perkebunan, kami tidak ada alat untuk membantu penglihatan kami," ucap salah satu dari mereka yang memberanikan diri untuk bersuara.
"Oke, kali ini saya terima alasan kalian karena hari memang sudah malam, tapi bukan berarti tugas kalian sudah selsai, besok pagi-pagi kalian harus kembali mencari gadis itu dan hadapkan pada saya!" titah mommy Chan dengan tatapan buasnya.
"Siap Mom."
Suara lantang dari ke empat bodyguard itu mengakhiri perbincangan mereka pada mommy Chan, mommy Chan berlalu pergi meninggalkan tempat itu menuju kamarnya.
Tidak selesai sampai situ saja, Naira masih tetap harus bertanggung jawab karena mommy Chan sudah mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk orang tuanya yang haus akan harta itu.
Mommy Chan meraih ponsel nya dan langsung menghubungi Burhan, yang saat ini tengah membawa Hanum bersenang-senang.
Tanpa merasa bersalah, mereka asik menikmati hidangan makan malam di sebuah restoran yang cukup terkenal dan terpandang di kelas menengah atas.
"Mas, makanan di sini enak banget Mas, besok kita ke sini lagi ya," ucap Hanum terpukau dengan menu makanan yang ia santap.
"Tenang aja Hanum, uang kita masih banyak." jawab Burhan cengengesan.
Tring... Triing...
Suara ponsel Burhan menghentikan tawa mereka yang begitu terlihat sempurna.
"Bentar-bentar, aku angkat telpon dulu," ucap Burhan menyeka mulutnya dengan tissue.
Hanum mengangguk dan melanjutkan makannya, sembari memasang telinga untuk mendengar obrolan suaminya dengan mommy Chan.
[Halo mom, gimana? Gadis itu sudah memuaskan pelanggan spesial mom, kan?] tanya Burhan dengan penuh percaya diri.
[Gundul mu itu! Gadis yang kamu bawa itu berhasil kabur dan membuat saya sangat malu, Burhan! Saya seperti dilempar kotoran sapi tepat di muka saya karena gadis itu!] bentak mommy Chan sangat marah.
[A-apa! Jadi Naira kabur dari mommy?] tanya Burhan mencoba memastikan.
[Iya, dia kabur dari sini. Saya nggak mau tahu, kamu harus kembalikan uang saya kalau gadis itu tidak kamu temukan dalam waktu dekat] ancam mommy Chan tidak mau rugi.
[Astaga! Saya akan berusaha untuk membawa gadis sialan itu kembali pada mommy, saya janji mom.] jawab Burhan berusaha merayu mommy Chan.
Tuut
Dengan kasar dan tak mau mendengar iming-iming dari Burhan, mommy Chan memilih untuk memastikan ponselnya.
"Mas, kenapa?" tanya Hanum yang sepintas mendengar obrolan Burhan dan mommy Chan.
"Anakmu berulah! Dia kabur," sahut Burhan mengepalkan tangannya.
"Ya ampun, terus gimana, Mas?!" Hanum terlihat cemas.
"Kalau kita tidak menemukan Naira dalam waktu dekat, uang pemberian mommy harus kita kembalikan." jelas Burhan penuh kecewa.
Hanum tak bersuara, makanan nikmat yang ia rasakan terasa hambar di lidahnya. Ia benar-benar kecewa karena ternyata Naira tidak benar-benar menunjukkan tanda baktinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments