Bab 3
Dengan kuat Mommy Chan menarik tangan Naira hingga membuat tubuh mungilnya langsung saja dapat diterkam dengan sempurna.
"Bawa dia ke kamar 05," titah Mommy Chan pada seorang pria.
Tanpa basa-basi Naira langsung di seret ke kamar 05 tanpa melepaskan ikatan di tangannya. Tubuh Naira pun langsung dihempaskan ke atas ranjang.
"Tolong lepaskan aku dari sini," pinta Naira pada pria bertato itu.
"Jangan harap!" Balasnya dengan tatapan nanar.
Pita suara Naira seakan sakit karena terus bergerak. Namun, Naira melihat di ruangan itu tidak ada siapapun hingga Naira bisa menebak jika pria yang membelinya belum datang.
"Jangan berani-berani kabur," ancam pria itu sembari pergi meninggalkan Naira setelah melepaskan ikatan di tangannya.
Dengan cepat Naira bangkit dan berusaha berlari untuk ikut melarikan diri saat pintu kamar masih terbuka, tapi sayangnya pria itu tampak menyadarinya hingga akhirnya tubuh mungil Naira kembali di hempas dengan kuat ke lantai yang keras.
Seperti telah disiapkan dengan begitu sempurna. Ruangan dengan cahaya lampu remang-remang menghiasi kamar itu dengan taburan bunga di atas ranjangnya membuat Naira merasa semakin jijik dan bergidik ngeri.
"Ngga!!! Aku ngga boleh membiarkan mahkota ku diambil begitu saja oleh pria itu. Aku harus menjaganya sekuat tenaga. Aku harus bisa kabur dari sini," kata Naira sembari mengusap air matanya yang telah jatuh.
Meski air matanya sudah jatuh sedari tadi, tapi kecantikan Naira yang begitu natural membuatnya tampak tak kehilangan rona cantiknya.
"Apa yang harus aku lakukan ini. Aku harus cari cara,tapi bagaimana caranya yah." Naira mondar-mandir mencari cara. Jari-jari lentiknya tampak bergerak merasakan kerisauan yang teramat sangat. Naira tahu jika pria hidung belang yang akan membelinya pasti sebentar lagi akan datang memasuki kamar itu.
Naira berlari ke arah laci dan membukanya. Naira menemukan sebuah spidol berwarna hitam. Tanpa ragu Naira langsung mencoret seluruh tubuhnya dengan spidol itu. Naira memperbanyak coretan itu di bagian wajahnya sehingga membuat wajahnya tampak hitam dan hanya menyisakan lingkaran mata yang masih berwarna putih.
Naira terpaksa melakukan itu dengan harapan pria yang telah membelinya merasa tidak selera pada dirinya dan dapat melepaskan dirinya dari tempat itu.
Benar saja tak lama terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekati pintu kamar itu. Dengan tubuh yang masih gemetaran dan keringat dingin yang mengucur, Naira duduk di pinggiran ranjang menanti pria itu.
"Kamu tunggu saja di sini."
Suara itu terdengar dari balik pintu. Suara berat dan serak itu terdengar semakin hilang hingga akhirnya pintu pun terbuka.
KREK....
"Hello baby... Maaf yah membuatmu menunggu lama," ucap pria itu mencari memegang pundak Naira.
Naira yang masih duduk memunggungi pria itu tak bisa menahan rasa takutnya. Naira hanya berharap pria itu benar-benar tidak selera padanya setelah melihat penampilannya kini.
Perlahan Naira membalikkan wajahnya dan menoleh ke arah pria yang masih berdiri memegang pundak sebelah kanannya.
"Astaga!!!! Siapa kamu!" Pria itu begitu terkejut melihat wajah Naira yang kini sudah berwarna hitam pekat dan beraroma khas spidol.
"Halo Tuan... Aku yang akan menemani tuan malam ini. Aku akan menghangatkan tubuh tuan malam ini," kata Naira bangkit dan mencoba membuat pria itu semakin merasa jijik padanya.
"A-apa-apaan ini!!! Kenapa Mommy Chan bisa memberiku wanita seperti ini!" Pria itu mengrenyitkan keningnya.
"Kenapa Tuan... Aku cantik kan!!! Ayo Tuan... Kita mulai sekarang," ajak Naira.
"Cuih... Jangan harap aku akan menyentuh tubuhmu!! Aku jijik melihat wajahmu seperti ini." Pria itu mulai mundur menjauhi Naira.
Melihat hal itu Naira merasa sedikit senang, tapi Naira masih berusaha bersikap tenang agar bisa kabur tanpa membuat keributan supaya tidak diketahui oleh Mommy Chan.
"Astaga... Bagaimana bisa seperti ini." Pria itu bergidik sekilas lalu pergi meninggalkan Naira.
"Tuan... Tunggu Tuan! Apa kita tidak akan melakukannya?" Tanya Naira berteriak.
"Jangan gila!!!" Teriaknya sembari pergi meninggalkan Naira.
"Alhamdulillah ya Allah akhirnya aku bisa lepas juga dari pria itu," kata Naira menghembuskan lega napasnya yang terasa tertahan sejak tadi.
Akhirnya Naira tidak merasa sia-sia setelah mengotori wajah dan seluruh tubuhnya dengan spidol hingga berwarna hitam pekat.
"Aku harus segera pergi dari sini sebelum Mommy Chan datang. Aku yakin dia pasti akan ke sini setelah pria tadi komplain dan Mommy Chan pasti akan memarahiku." Dengan terburu-buru Naira pun menuju ke luar kamar. Namun, langkah kakinya terhenti saat melihat seorang penjaga yang masih belum pergi meski pria hidung belang tadi telah berlalu.
"Waduh gimana ini. Kok dia masih aja di situ." Naira mulai memiliki cara untuk kabur dari penjaga itu.
Naira Kembali masuk dan mengambil sesuatu dari kamar. Rupanya Naira mengambil sebuah vas bunga yang terbuat dari tanah liat.
Dengan sedikit keras Naira memukul pundak pria itu hingga terjatuh dan pingsan begitu saja. Tak ingin berlama-lama Naira pun langsung berlari menjauhi tempat itu. Terkadang Naira harus menghentikan langkah kakinya demi menghindari penjaga di tempat itu yang berlaku lalang.
Hampir satu jam Naira berada di tempat itu dan akhirnya Naira berhasil kabur. Dengan napas yang terengah-engah Naira berlari keluar dari gedung yang dijadikan tempat prostitusi dengan dalih tempat karoke seperti yang terlihat di banner gedung itu.
'Aku harus lari. Aku ngga mau ketangkap dan dijual lagi sama laki-laki lain.' batin Naira. Dengan napas yang semakin tak teratur Naira mencoba berlari tertatih.
"Hei tunggu!!!!" Suara seorang wanita terdengar jelas berteriak pada Naira. Naira pun menoleh dan melihat Mommy Chan tengah berdiri di depan pintu gedung itu bersama dengan 4 orang pria bertubuh kekar dan juga bertato di bagian lengan tangan.
'Ya Tuhan, aku harus bagaimana ini sekarang.' batin Naira membulatkan matanya dengan sempurna.
"Kejar dia!!!" Titah Mommy Chan pada keempat anak buahnya.
Seketika itu juga keempat pria itu berlari mengejar Naira. Naira yang tadinya tak bergeming pun menjadi panik tak menentu.
Naira berlari dengan terengah-engah. Tubuh hitamnya sempat menjadi pusat perhatian orang-orang yang dilaluinya di pinggir jalan. Namun, tanpa memedulikan rasa malunya, Naira terus berlari menjauhi keempat pria bertubuh kekar itu. Untungnya jarak mereka lumayan jauh sehingga Naira masih punya kesempatan untuk berlari menjauhi mereka dan bersembunyi.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Naira langsung masuk ke dalam bak sampah demi menghindari kejaran pria bertubuh kekar itu.
Dengan erat Naira mencubit ujung hidungnya sendiri agar aroma busuk di tempat sampah itu tak menyeruak masuk ke dalam indera penciumannya.
"Gila!!! Kemana perginya cewek tadi yah... Cepet banget perasaan larinya," kata salah seorang pria saat mereka kehilangan jejak Naira dan tanpa sengaja berdiri di dekat tempat sampah itu.
"Iya bener... Apa dia lari ke sana yah." Tunjuk seorang pria.
Naira hanya bisa menutup hidungnya dan mengintip keempat pria yang perlahan berlari menjauhi tempat itu. Mereka berlari ke taman yang terlihat lumayan sepi.
Beberapa saat berada di dalam tempat sampah membuat Naira mual mencium bau busuk yang begitu menyengat.
Hoek... Hoek... Hoek.
Naira memuntahkan isi perutnya saat empat pria tadi sudah pergi. Tak ragu lagi Naira memuntahkan semua isi perutnya hingga peluh bercucuran di tengkuk jenjangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments