Bab 17
"Naira, ayo makan dulu, sekalian makan siang, lo jangan terlalu fokus sama mereka," ucap Anya yang memprotes sikap Naira.
"Tunggu sebentar, aku hanya tidak ingin kehilangan momen penting ini, Pak Geffen memberikan aku tugas yang harus aku penuhi," seru Naira dengan semangat.
"Ya sudah kalau begitu, semoga saja semangat lo itu tidak berarti lain." jawab Anya mengangkat salah satu alisnya.
Naira tersadar akan ucapan Anya, ia menurunkan ponsel nya dan menatap wajah Anya dengan serius.
"Apa maksud mu, Anya?" tanya Naira penasaran.
"Nggak Naira, nggak papa, lanjutkan foto-foto nya. Gue tahu kalau ini misi penting kan." jawab Anya mengalihkan pembicaraan.
Naira tersenyum, apa yang dikatakan oleh Anya adalah benar. Itu adalah misinya yang sangat penting, dan ia tidak boleh melewatinya. Sementara Anya sendiri berpikir bahwa Naira nampak sekali bersemangat hingga ia mencurigai bahwa Naira saat ini sedang memiliki perasaan lain.
Setelah beberapa saat kemudian, misi itu telah selesai, Naira dan Anya pergi dari restoran tersebut, tibanya di kantor Naira berpisah dengan Anya, Anya melanjutkan pekerjaannya sementara Naira sendiri pergi ke ruangan Geffen.
Ketukan pintu terdengar, Geffen mempersilahkan masuk dengan segera karena berharap orang yang mengetuk pintu itu adalah Naira, dan harapannya pun terkabulkan, yang datang adalah Naira setelah beberapa kali ada karyawan yang mengusik ketenangannya.
Geffen bangkit dengan segera saat itu, dan menghampiri Naira yang sedang memegang ponsel di tangannya.
"Bagaimana Naira, apa kau memiliki kabar gembira, yaitu keberhasilan mu terhadap tugas pertama mu?" tanya Geffen menatap penasaran.
"Ya, tentu saja Pak, aku mendapatkan informasi sekaligus momen yang terbaik, untuk kau jadikan sebagai barang bukti," ucap Naira dengan bangga.
"Apa itu, beritahukan padaku!" sergah Geffen yang tidak sabar dengan berita tersebut.
Naira pun membuka layar ponselnya, dan memberitahukan beberapa foto yang memposisikan Nirma sedang mencium pria lain, dan saat itu Naira juga memberitahukan bahwa Nirma terlihat sedang duduk bermesraan bersama pria yang ada di foto tersebut.
Geffen menatap Naira, ia tersenyum saat mendapatkan foto di ponselnya. Karena ia akan segera terbebas dari perjodohan yang terikat pada kedua orang tua mereka.
"Kau pemotret terbaik Naira, ini akan menjadi bukti besar untuk kedua orang tuaku dan orang tua Nirma," ucap Geffen dengan bangga.
"Terima kasih Pak, aku sangat senang bisa bekerja dengan baik untuk Bapak, kalau begitu aku harus kembali bekerja," seru Naira yang tidak enak hati pada para teman-temannya.
"Kau sudah bekerja sejak tadi Naira, kau bekerja untukku dan untuk masa depanku. Apa kau kehilangan uang untuk misi ini?" tanya Geffen menatap tajam.
"I-iya Pak, sebenarnya bukan uang ku, tapi uang Anya, salah satu karyawan juga di sini, aku pergi bersamanya tadi, karena aku tidak tahu di mana alamat restoran itu. Tidak masalah Pak, akan ku ganti ketika aku sudah mendapatkan gaji nanti," sahut Naira yang tidak ingin mempermasalahkan itu.
"Tidak, tidak, ini salah ku, karena aku tidak memperhatikan uang saku mu, sekarang juga kau berikan uang ganti rugi untuk teman mu, dan jangan sungkan untuk memberi tahu ku kalau kau harus mengeluarkan uang untuk misi ku. Atau kalau kau merasa sungkan, aku sendiri yang akan memberikan mu uang untuk pegangan." jelas Geffen yang mengeluarkan beberapa lembar uang di dalam dompetnya dan setelah itu memberikan nya pada Naira.
Naira tidak bisa menolak, bahkan uang yang diberikan oleh Geffen nilainya lebih besar dari pengeluaran Anya untuk biaya makan. Saat itu Naira hanya mengucapkan kalimat terima kasih, dan setelah itu ia pergi meninggalkan ruangan tersebut, namun saat hendak pergi, Geffen memanggil Naira hingga membuat dirinya terhenti.
"Ada tugas lagi, Pak?" tanya Naira.
"Ada, kau kirimkan bukti-bukti itu ke ponselku. Nomor ku sudah aku simpan di ponselmu, jadi kau hanya perlu mencarinya saja dan mengirimkan padaku," ucap Geffen.
"Oh, baik Pak, beres." jawab Naira singkat, lalu ia menghilang dari pandangan Geffen.
Klunting
Klunting
Beberapa kali ponsel Geffen berbunyi, pesan masuk dari Naira sudah ia terima dan ia sudah menyimpan nya rapat-rapat. Saat itu Geffen merasa lega, sangat lega sekali karena telah mendapatkan bukti akurat bahwa Nirma memang telah berselingkuh.
Sementara Naira sendiri saat itu menghampiri Anya yang sedang membersihkan ruangan kerja karyawan di lantai bawah, dan saat itu Naira berpura-pura membawa kain pel agar kedatangannya tidak mencurigai.
"Ada apa Naira, bukannya ini adalah tugas gue, udah sana lo ke ruangan Pak bos aja," ucap Anya mengusir Naira.
"Aku mau bilang sesuatu sama kamu, penting," bisik Naira pada Anya.
"Apaan, nggak bisa nanti aja? Apa dapat tugas lagi dari Pak Bos?" tanya Anya berhenti dari gerakannya membersihkan lantai.
"Bukan, makanya aku akan membantumu menyelesaikan tugas ini, setelah itu kita akan bicara." jelas Naira melempar senyum.
Ia nampak tidak keberatan ketika memberikan bantuan pada Anya, dan saat itu Anya pun terlihat senang karena telah dibantu oleh Naira. Karena hal itu akan membuat dirinya segera istirahat dan bisa berbicara pada Naira.
***
"Naira, ayo bicara, lo mau ngomong apa sama gue?" tanya Anya saat sedang istirahat bersama Naira.
Naira tidak menjawab dengan kata-kata, melainkan ia saat itu memutuskan untuk mengeluarkan lembaran uang di kantong celananya dan saat itu Naira menatap wajah Anya dengan serius.
"Berapa tadi jumlah uangmu untuk membayar makan kita?" tanya Naira menatap wajah Anya.
"Memangnya kenapa? Dari mana lo dapat uang sebanyak itu, apa lo udah gajian, belum kan," seru Anya menatap curiga.
"Ayolah, jawab saja, berapa jumlah uang yang kau keluarkan tadi. Maka ini adalah gantinya, ini adalah uang pengganti yang diberikan secara cuma-cuma oleh pak Geffen, dan dia memberikan uang lebih karena akan ada misi lagi yang harus kita jalani." jelas Naira melempar senyum.
Lalu kemudian Naira membagi adil yang pemberian dari Geffen pada Anya, ia tidak merasa berat membagikan bonus tersebut pada Anya yang saat itu sedang menatap heran. Pak bos yang dikenal kegalakannya itu rupanya memiliki hati yang sangat baik, bahkan ia baru bisa mengetahui sifat baik pak bosnya dari gadis yang baru saja bergabung di kantor tersebut.
Saat Naira dengan bangga membagi dua hasil pekerjaan itu pada Anya, ia tidak sadar bahwa saat itu ada Geffen yang memperhatikan mereka berdua. Saat itu Geffen sengaja mencari tahu tentang Naira, yang sudah ia percayai akan pekerjaan berat yang mungkin ia sendiri tidak akan memberikan pekerjaan itu pada wanita lainnya.
Geffen tersenyum tipis, lalu setelah itu ia pergi meninggalkan mereka berdua. Naira dan Anya masih tidak sadar bahwa mereka sedang diperhatikan, tentu saja Geffen akan mencari tahu siapa partner Naira, dan ia juga ingin memastikan bahwa partner Naira itu bukan lah tipe orang yang memanfaatkan kepolosan Naira semata. Dan Anya saat itu Geffen memiliki dua pekerjaan, yaitu mencari tahu tentang Nirma dan mencari tahu tentang Anya.
Anya menggenggam tangan Naira, dan menatap nya dengan sungguh-sungguh, tatapan itu membuat Naira kikuk karena merasa bahwa ia sedang ingin mengatakan sesuatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments