Bab 16
Mata Naira terbelalak ketika melihat kotak itu yang sudah dibuka oleh Geffen, sebuah ponsel yang mereknya cukup terkenal sudah ada di tangan Geffen dan di tunjukkan padanya.
"I-ini untuk siapa, Pak?" tanya Naira dengan polosnya.
"Ya untuk kamu lah, nggak mungkin kan untuk orang lain, di ruangan ini hanya ada aku dan kau, jadi ini untuk dirimu," ucap Geffen memberikan kotak tersebut pada Naira.
"Oh ya ampun, jadi ini untukku? Astaga ini seperti ini." Naira dengan cepat menyambar ponsel itu dan memutar-mutarkan tubuhnya seperti orang yang sedang jatuh cinta.
Tidak, lebih dari itu, kebahagiaan Naira saat ini lebih dari hanya sekedar jatuh cinta. Naira tertawa bahagia hingga membuat Geffen keheranan karena melihat tingkah gadis desa yang ada di hadapannya itu.
"Sudah senangnya, sekarang ada tugas yang harus kau lakukan untukku," ucap Geffen memecah rasa bahagia Naira.
Naira terhenti dan menatap Geffen, "tugas apa, Pak?" tanya Naira yang sudah berhenti dari sikapnya yang begitu menggemaskan.
"Nirma sekarang ini ada di sebuah restoran, aku akan memberikan alamatnya padamu dan kau harus ke sana," bisik Geffen pada Naira.
"Bapak sudah tahu kalau Nirma itu ada di sebuah restoran? Bapak hebat sekali," puji Naira menatap Geffen.
"Ssssttt, itu tidak penting. Sekarang kau pergi ke sana dan cari tahu dia pergi dengan siapa." jelas Geffen memberikan sebuah kertas berisi alamat restoran yang harus Naira datangi.
Naira mengangguk dengan semangat, karena ia telah mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Dengan semangat Naira membuka pintu keluar dan pergi menemui Anya, saat itu tidak ada yang memperhatikan antara Naira dan Anya yang hendak pergi, mereka berdua pergi menggunakan angkutan umum, dan di sana lah Naira memberitahukan pada Anggi bahwa ia telah mendapatkan fasilitas ponsel yang mahal dari Pak Bos, begitu lah panggilan Geffen di kantor dan Anya pun memanggilnya dengan cara seperti itu.
"Wah, lo hebat banget Naira, sumpah. Belum ada satu bulan lo kerja di kantor, tapi lo udah dapat fasilitas ponsel ini, keren banget lo, sumpah," puji Anya yang saat itu merasa sangat senang melihat ponsel itu.
"Ssst, jangan kenceng-kenceng, kamu tahu kan kalau di angkot ini isinya tidak hanya kita," bisik Naira yang memperhatikan sekeliling nya.
"Eh, peduli amat si lo, mereka itu nggak ada urusannya sama kita. Lagian mereka nggak kenal kan sama kita, yang gue puji itu elo, lo kok bisa si dapat fasilitas ini padahal lo baru di kantor?" tanya Anya heran.
"Aku kasih tahu kamu ya, please. Aku mohon tolong jangan kasih tau siapapun, ponsel ini adalah alat di mana aku bisa komunikasi sama Pak Geffen. Ini, sebelum aku keluar dari ruangan Pak Geffen, dia memintaku untuk mencari tahu sama siapa kekasihnya pergi, ini alamat yang harus kita datangi," ucap Naira yang membahas tentang tugasnya.
"Ya ampun, kalau ini gue tahu alamatnya, ini restoran mewah di dekat sini," seru Anya yang langsung menyahuti.
"Ya, di sini kita akan pergi, jadi ponsel ini adalah alat di mana aku akan mengabadikan momen dengan siapa dia pergi, sebagai bukti, karena Pak Geffen pernah memergoki bahwa dia itu selingkuh, tapi kedua orang tuanya masih saja kekeh ingin menjodohkan dia dengan wanita itu." jelas Naira panjang lebar.
Anya menatap Naira dengan lekat, bahkan ia menangkap sesuatu dari wajah Naira yang tidak ia dapatkan dari teman-temannya yang lain. Dan hal itu membuat Naira tersadar hingga membalas tatapan Anya dengan tajam.
"Apa si, apa yang kamu lihat dariku?" Tanya Anya memprotes Anya.
"Gue cuma mau bilang sama lo, jadi sekarang ini lo jadi detektif buat Pak bos ya? Astaga Naira, lo keren banget. Itu pasti gaji lo dobel kan dari Pak Bos," ucap Anya menatap Naira dengan tajam.
"Bahkan perlu kau tahu, aku tidak mendapatkan gaji sepeserpun dari tugasku ini," lirih Naira menimpali.
"Ha, apa maksud lo?" Anya menatap Naira penasaran.
"Aku melakukan ini karena gue mau balas budi sama Pak Geffen. Aku sudah dibebaskan dari mommy Chan waktu itu, dan menggantikan kerugian karena ibuku telah menjual ku padanya, sebab itulah aku ada kerja sama ini dengan Pak Geffen." jelas Naira menjelaskan semuanya.
Anya menatap penuh heran, apakah yang dikatakan oleh Naira itu benar? Dan saat itu menyelidikinya secara detail, ternyata apa yang dikatakan oleh Naira itu adalah sebuah kebenaran. Itulah sebabnya Naira terikat kerja pada Geffen, dan pekerjaan itu bukan lah sebagai office girl seperti yang umumnya lihat.
Anya pun akhirnya paham, bahwa saat itu Naira memiliki tugas membalas budi pada pria yang ia sebut Pak bos, dan Naira meminta bantuan padanya karena ia tidak tahu banyak tentang seluk beluk kota. Dan Anya pun akhirnya dengan suka rela membantu Naira karena telah menganggap Naira sebagai teman baiknya.
"Stop Pak," ucap Anya yang menghentikan Pak supir angkot.
"Oke." jawabnya dengan cepat.
Naira merasa heran, kenapa Anya menghentikan mobil itu, apakah Anya berubah pikiran untuk tidak membantunya dalam misi ini, dan saat itu Anya membayar Pak supir tersebut lalu turun. Dengan cepat Naira mengikuti Anya turun dan menatap nya dengan penuh tanya.
"Kenapa kita berhenti di sini Anya, apa kau akan berbuah pikiran untuk membantu ku?" tanya Naira menatap serius.
"Ya enggak dong Naira, udah kepalang tanggung kenapa gue harus berhenti bantuin lo, itu di sebrang sana lokasi restoran yang ada di alamat itu," ucap Anya menunjuk ke arah salah satu tempat yang diikuti oleh kedua mata Naira.
"Ya ampun, jadi itu restoran nya? Aku pikir kamu akan berubah pikiran setelah tahu semuanya. Ya sudah, kalau gitu sekarang kita lanjutkan misi kita." jelas Naira dengan cepat mengajak Anya pergi.
Saat itu mereka berdua masuk seolah seperti pelanggan yang akan memesan makanan, mereka mendapatkan pelayanan yang sama seperti yang lain, hingga mereka harus membagi tugas. Naira mencari tahu keberadaan Nirma saat itu, dan Anya sibuk memesan makanan agar tidak dicurigai.
Saat itu Naira menangkap seseorang yang ada di sudut pandangannya, wajah itu sangat familiar di ingatan Naira. Dan saat itu ia mulai memasang kamera dan menghadap ke arah Nirma.
Beberapa saat kemudian meja tersebut di datangi oleh seorang pria. Nirma dan pria itu melakukan cium kanan dan kiri satu sama lain, lalu di akhiri dengan pelukan, mereka nampak sangat bahagia satu sama lain ketika mereka bertemu.
"Maaf ya sayang, aku terlambat datang," ucap pria itu.
"Santai saja, aku juga belum lama kok sampai di sini," sahut Nirma tersenyum manja.
Saat itu Naira telah mendapatkan satu bukti kemesraan antara Naira dan pria tersebut, dan ia merasa sangat senang karena telah mengantongi bukti tersebut.
"Naira, mana orangnya?" tanya Anya penasaran.
"Itu, di sudut sana," ucap Naira yang memberikan arahan petunjuk pada Anya.
"Wanita cantik itu?" tanya Anya memuji kecantikan Nirma.
"Ya, benar. Tapi sayang sekali, cantiknya luntur ketika dia ketahuan selingkuh. Aku sangat senang sekali, akhirnya mendapatkan bukti perselingkuhannya." jelas Naira yang kala itu tersenyum sangat lebar.
Anya memperhatikan Naira. Rasa senang itu tertangkap oleh Anya yang saat itu tidak lepas dari menatap Naira. Bahkan saking senang dan semangatnya makana yang dipesan oleh Naira sama sekali belum terjamah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 159 Episodes
Comments