Bab 1
Malam harinya Hanum dan juga Burhan berpikir bagaimana caranya untuk mendapatkan banyak uang dari Naira. Keduanya sepakat untuk membuat Naira menghasilkan uang yang banyak untuk mereka.
"Mas... Sepertinya kita harus melakukan sesuatu untuk membuat Naira lebih bermanfaat. Daripada dia sekolah cuma ngabisin uang kita aja mending kita manfaatin dia biar bisa menghasilkan uang untuk kita berdua. Gimana?" Tanya Hanum sembari menaikkan sebelah alisnya.
Cahaya remang-remang di dalam kamar malam itu menemani diskusi Hanum dan juga Burhan yang tampak sangat serius.
"Hmmm kamu benar juga Han, tapi bagaimana cara mendapatkan uang dari si Naira itu. Dia kan ngga punya bakat apa-apa," kata Burhan ragu.
"Dia memang ngga punya bakat yang mumpuni, tapi tubuhnya itu sangat seksi kan dan dia juga sangat cantik. Kalau dilihat-lihat dia itu seperti wanita Korea. Kalau dijual pasti banyak yang mau apalagi dia itu masih virgin kan jadi kita bisa jual dia dengan harga mahal," usul Hanum dengan wajah yang terlihat begitu sumringah.
"Wah... Kamu benar juga. Ide kamu bagus sekali. Oke kalau gitu kita jual saja dia. Kebetulan aku punya kenalan seorang yang bisa membantu kita dalam hal itu." Burhan menyunggingkan senyuman misteriusnya.
***
Tepat pukul 9 malam. Burhan dan Hanum sampai ke tempat yang terasa begitu asing untuk mereka. Suara musik yang begitu sangat keras ditambah lagi dengan lampu-lampu yang berwarna-warni menyorot kesana kemari memenuhi seluruh ruangan menembus indera penglihatan mereka.
Terlihat juga beberapa wanita yang menari sembari meliuk-liukkan tubuhnya begitu lincahnya. Botol-botol minuman keras berderet rapi diatas meja dengan gelas-gelas sebagai pendampingnya.
"Ada apa kamu datang ke sini? Tumben sekali?" Tanya seorang wanita dengan wajah yang begitu jutek. Wanita paru baya itu tampak membenahi sanggul miliknya yang terlihat lumayan besar ditambah dengan pernak-pernik warna-warni yang menghiasi kepalanya.
"Emmmm begini Mommy... Saya mau menawarkan seorang gadis pada Mommy. Apa Mommy mau?" Tanya Burhan dengan suara kerasnya.
Burhan terpaksa menaikkan sedikit nada suaranya agar wanita itu bisa mendengarnya. Suara musik di tempat itu lumayan keras sehingga membuat Burhan harus sedikit usaha untuk mengangkat nada suaranya.
"Gadis??? Heh... Apa dia cantik? Aku tidak menerima gadis jelek di sini. Kamu tahu kan kalau aku hanya menerima gadis cantik di sini untuk menemani para tamu-tamu di sini... Yah setidaknya dia seksi kalau memang dia itu tidak cantik." Wanita itu meneguk minuman di depannya tanpa menawari Burhan dan juga Hanum yang masih terlihat tidak nyaman berada di tempat itu.
Wanita yang akrab di sapa dengan Mommy Chan adalah seorang mucikari yang begitu pandai mencari pria hidung belang yang kaya dan juga dapat memberikan uang yang sangat banyak padanya.
"Mommy ngga usah khawatir... Gadis yang aku bawa ini adalah gadis muda yang cantik, seksi dan yang paling penting dia itu masih perawan jadi aku yakin sekali kalau Mommy pasti akan puas jika menerimanya," kata Burhan.
"Hmmm benarkan begitu... Tapi tetap saja aku tidak bisa langsung menerimanya. Aku tidak mau membeli kucing dalam karung jadi kalau kamu mau bawa dia besok ke sini supaya aku bisa melihatnya. Nanti kalau aku cocok aku akan langsung memberinya seorang pelanggan ku di sini," ucap Mommy Chan.
Seketika Burhan dan juga Hanum pun langsung tersenyum. Keduanya merasa seperti sudah mendapatkan kesempatan meski itu belum menjadi sebuah kepastian Naira akan diterima oleh Mommy Chan.
Setelah menawarkan Naira pada seorang mucikari, Hanum dan Burhan pun kembali ke rumah. Tampak rumahnya yang sudah sangat sepi. Burhan dan Hanum pun langsung masuk ke dalam dan benar saja jika Naira ternyata sudah tidur.
Keduanya hanya mengintip Naira dari balik pintu kamarnya dan melihat Naira yang tengah tidur meringkuk di atas ranjang kamarnya.
"Besok kita akan dapatkan uang dari dia, Mas" ucap Hanum dengan nada berbisik.
"Iya kamu benar, tapi sepertinya tidak mungkin kalau kita bawa dia kepada Mommy Chan dengan pakaian seperti itu. Besok kamu belikan baju yang seksi yah untuk dia supaya lekuk tubuhnya bisa terlihat dan Mommy Chan bisa menerimanya," ucap Burhan.
"Kamu tenang aja Mas... Aku pasti akan mendandani dia secantik mungkin besok supaya dia terlihat cantik. Pokoknya kita ngga boleh lagi kehilangan kesempatan ini. Aku ngga sudi lagi mengeluarkan uang untuk sekolah dia... Pokoknya sekarang sudah saatnya dia yang menghasilkan uang untuk kita," kata Hanum.
Keduanya kemudian menutup pintu dan kembali ke kamar mereka. Raut wajah senang masih begitu terpancar dari wajah mereka.
Keesokan paginya, melawan udara yang begitu terasa sangat dingin, Naira sudah mandi dan siap untuk berangkat ke sekolah. Tas di punggungnya sudah tersandar rapi dan sepatu di kakinya pun sudah ia pakai.
Naira berjalan keluar dari dalam kamarnya dan hendak menghampiri Hanum untuk bersalaman dengannya sebelum dirinya berangkat ke sekolah.
"Bu... Nai berangkat sekolah dulu yah." Naira mengulurkan tangannya pada Hanum namun segera ditepis dengan lembut oleh Hanum.
"Emmm Naira. Hari ini kamu ngga usah pergi ke sekolah yah. Kamu temani Ibu pergi ke undangan teman Ibu. Kamu mau kan?" Tanya Hanum mulai menjalankan rencananya.
"Loh, tapi kan ini masih pagi, Bu. Kalau undangannya setelah Naira pulang sekolah saja gimana? Bisa kan?" Tanya Naira lagi.
"Ngga! Ngga bisa Nai. Ini undangannya pagi jadi ngga bisa kalau harus nunggu kamu pulang sekolah," sergah Hanum.
Naira terdiam, sembari berpikir sejenak mengenai permintaan ibunya.
'Loh kok aneh banget sih... Masa iya pergi ke undangan pagi-pagi gini. Masa iya aku harus bolos sekolah.' batin Naira.
Karena merasa aneh, Naira pun menatap Hanum lekat.
"Tapi, Bu...."
"Udahlah Nai... Ngga ada tapi-tapian! Pokok kamu harus ikut sama ibu ke undangan dan sekarang kamu balik lagi ke kamar terus ganti baju. Kita pergi ke pasar untuk beli baju dulu sebelum pergi ke undangan," kata Hanum yang langsung mendorong tubuh Hanum secara paksa masuk lagi ke dalam kamarnya.
"Tapi, Bu!!!"
"Udah cepet! Cepet! Jangan kebanyakan bantah!" titah Hanum yang kemudian menaikkan nada suaranya kemudian menutup pintu kamar Naira dan membiarkannya di dalam kamar.
Naira pun semakin merasa aneh dan juga tidak enak. Naira merasa ada sesuatu yang Hanum sembunyikan darinya.
Naira meletakkan kembali tas yang sudah menyangkut di punggungnya dan menjatuhkannya ke atas ranjang kamarnya.
"Kayak ada yang ngga beres deh ini. Kok tiba-tiba ibu minta aku temenin ke acara undangan, terus juga masa iya undangan jam segini kan ngga mungkin banget, tapi aku ngga mungkin nolak permintaan Ibu. Dia pasti akan marah kalau aku sampai menolaknya." Naira merasa begitu gundah.
Dirinya bahkan masih belum mengganti bajunya dan hanya diam termenung di pinggiran ranjang kamarnya. Sampai akhirnya suara Hanum memecahkan keheningan saat dirinya tengah bermain di alam khayal.
"Nai... Udah selesai belum? Ayo berangkat. Kita harus cari baju dulu kan!" Teriak Hanum dari luar kamar Naira.
"I-iya Bu. Ini Nai juga udah mau selesai kok," jawab Naira dengan sedikit berteriak.
Tok... Tok... Tok.
"Cepetan Nai!" Hanum yang sudah tidak sabar kembali menggedor pintu kamar Naira.
Dengan cepat Naira yang tadi belum bangkit dari posisinya, seketika itu juga langsung meringsut dari tempatnya menuju ke lemari dan meraih baju kaos santai.
'Duh masa iya aku harus bolos sekolah sih... Aku ngga mau bolos sekolah.' batin Naira masih dalam kebimbangan.
BRAK....
Tiba-tiba saja Hanum membuka paksa pintu kamar Naira karena Naira yang tak kunjung keluar hingga terlihatlah Naira yang tengah merapihkan baju yang baru saja dipakainya.
"Udah belum sih Nai kok lama banget," pungkas Hanum dengan sedikit kesal.
"I-ibu kok main masuk gitu aja sih Bu. Ini aku juga udah mau selesai kok," sahut Naira terbata.
"Kamu sih jadi cewek kok lelet banget! Udah ngga usah dandan cantik-cantik nanti juga kita ke salon kok jadi sekarang ngga perlu dandan dulu." Hanum langsung menarik tangan Naira.
'Heh... Akhirnya aku berhasil juga bawa Naira pergi. Sebentar lagi aku akan dapat uang banyak dari dia.' batin Hanum kegirangan.
Naira yang polos tidak tahu apa yang akan terjadi di depannya setelah mengikuti ajakan seng ibu yang memaksa nya.
Bab 2
"Nai, nih ini cocok buat kamu." Hanum menempelkan sebuah gaun berwarna merah cerah ke tubuh Naira.
Naira yang masih tidak menyadari sikap Hanum hanya bisa tersenyum simpul melihat gaun yang dipilihkan oleh Hanum untuknya.
"Oke kalau gitu kamu pakai yang ini yah," kata Hanum.
"Loh terus ini bagaimana? Apa ibu ngga beli baju juga?" Tanya Naira penasaran.
"Halah udahlah ngga usah pikirin Ibu. Ibu mah pake baju ini aja udah cukup," balas Hanum.
Naira mulai merasa ada yang aneh. Sifat Hanum yang berubah menjadi begitu baik padanya membuat Naira begitu penasaran.
'Loh kok malah aku yang dibelikan baju yah padahal yang diundang kan ibu bukan aku.' batin Naira.
"Udah cepet kamu pake bajunya sana! Kita ngga punya banyak waktu lagi ini." Hanum mendorong tubuh Naira masuk ke ruangan ganti sementara dirinya hanya menunggu Naira di luar.
Tak lama Naira keluar menggunakan gaun merah yang dipilihkan oleh Hanum. Dress seatas lutut dengan model leher sabrina begitu mengekspos pundak putih dan mulusnya.
"Bu... Aku risih pakai baju ini. Gimana kalau kita pilih yang lain aja. Ini kayaknya terlalu seksi deh," kata Naira.
Hanum masih terkesima melihat kemolekan tubuh Naira, rona mata yang berbinar membuatnya yakin akan bayaran yang cukup mahal.
'Wah gila... Si Naira keliatan seksi banget. Kalau gini caranya mah pasti si Mommy Chan bakalan suka nih.' batin Hanum mengembangkan senyumannya.
"Udah ngga apa-apa. Malah bagus kok kalau seksi kayak gini jadi kan kamu keliatan seperti lebih mewah dan juga menggoda. Udah ayok ikut Ibu." Hanum menarik tangan Naira dan membawanya ke sebuah salon untuk didandani.
Tak lama akhirnya Naira selesai didandani. Wajahnya yang terlihat begitu cantik sangat mirip dengan artis Korea Park Min Young.
"Wah kamu cantik sekali." Puji Hanum.
"Bu... Tapi aku ngga nyaman sama bajunya." Naira mencoba menarik bajunya agar menutupi dress yang hanya menutupi setengah pahanya.
"Udah ngga usah. Ini udah cocok banget kok sama kamu." Hanum kemudian membawa Naira keluar dari salon itu.
Setelah itu Hanum menghentikan sebuah taksi yang tengah melintas dan menyuruh Naira masuk ke sana. Tak lupa dirinya pun ikut masuk ke dalam taksi itu.
"Pak... Kita ke alamat ini yah." Hanum menunjukkan alamat yang ada di dalam ponselnya pada sopir taksi itu.
"Baik Bu," jawabnya.
"Bu... Apa ibu beneran ngga ganti baju? Ibu mau ke undangan pakai baju seperti ini?" Tanya Naira memandang baju Hanum yang hanya menggunakan kaos polos dipadukan dengan rok payung berwarna hitam selutut.
"Udah ngga usah cerewet. Sekarang kamu pakai ini." Hanum memakaikan sebuah penutup mata kepada Naira.
"Bu... Kok pake ini segala sih Bu. Aku ngga bisa liat." Naira mencoba memberontak.
"Berisik!!! Diem deh! Kamu tuh jadi anak ngga nurut banget sih sama orang tua!" Bentak Hanum.
"T-tapi aku ngga bisa liat Bu."
Perasaan Naira semakin tidak enak. Jantungnya berdegup begitu kencang. Naira benar-benar merasa takut saat itu.
"Udah kamu diem aja. Kamu percaya deh sama Ibu. Pokoknya kamu ngga bakal kenapa-kenapa," ujar Hanum.
"Loh Bu... Kok tangan aku diikat? Ini ada apa Bu?" Tanya Naira semakin panik.
Hanum tak menjawab. Kini Naira benar-benar terlihat seperti wanita yang diculik dan akan dijual secara paksa. Naira memberontak namun apa daya. Tangan dan juga matanya diikat dengan begitu kuat sehingga dirinya hanya bisa pasrah saat itu.
Tak lama mobil terasa berhenti. Degup jantung Naira semakin kencang bergetar. Samar-samar Naira mendengar suara Burhan yang ternyata menyambut kedatangan mereka berdua.
"Yaudah Han... Bawa si Naira masuk sekarang. Mommy Chan sudah menunggu dari tadi," ujar Burhan menarik tangan Naira yang terikat. "Wah kamu cantik dan seksi juga yah kalau dandan seperti ini," kata Burhan. Terdengar suara tawa yang menggelegar di telinga Naira.
"Bu... Ini ada apa sebenarnya. Kenapa kalian memperlakukan aku seperti ini." Naira masih mencoba memberontak. "Tolong lepaskan aku... Tolong Bu, Yah," pinta Naira sekali lagi. Kali ini perasaannya yang sudah merasakan panik tak bisa lagi tertahan. Naira mencoba berteriak. "Tolong!!!" Teriak Naira.
"Diam!!!! Jangan berani-berani berteriak atau kamu akan aku bunuh," ancam Burhan.
"Sudahlah Mas. Langsung saja kita bawa dia masuk," kata Hanum.
Tanpa berlama-lama Naira pun langsung ditarik paksa oleh Burhan dengan begitu kasar hingga pergelangan tangannya yang terikat dengan kuat terlihat memerah.
"Kalian sudah datang rupanya," kata Mommy Chan menatap Naira yang masih ditutup matanya.
'Ya Tuhan... Itu suara siapa? Dimana sebenarnya aku. Mereka mau apakan aku.' batin Naira panik.
"Ini dia gadis yang aku bilang tadi malam Mom, dia gadis yang akan aku jual padamu," ucap Burhan.
Deg.
Jantung Naira terasa seperti akan berhenti saat mendengar perkataan dari Burhan. Naira tidak menyangka jika orang tuanya tega menjualnya seperti itu.
"Coba buka tutup matanya biar aku liat dulu dengan jelas wajahnya itu," pinta Mommy Chan.
Burhan langsung membuka tutup mata Naira. Tampak mata Naira yang memerah dan berkaca-kaca menatap wajah Mommy Chan yang saat itu berada tepat di hadapannya.
"Yah... Dia siapa Yah. Kenapa Ayah tega menjual ku seperti ini Yah?" Tanya Naira mulai meneteskan air matanya.
"Heh... Kamu diem aja deh jangan banyak bicara. Kamu itu sudah dibesarkan aja udah untung jadi sekarang saatnya kamu mengembalikan semua jasa yang sudah aku berikan padamu," kata Burhan berbisik di telinga Naira membuat Naira bergidik ngeri.
"Ngga!! Aku ngga mau dijual. Aku ngga mau dijual Yah. Tolong!!! Tolong!!!" Naira berusaha berteriak sekuat tenaganya.
"Hahahah... Silahkan saja kamu berteriak sekuat mu. Di sini ngga akan ada yang denger suara teriakan mu itu. Mungkin kalau ada pun itu adalah suara pelanggan yang sudah memesan mu," kata Mommy Chan tertawa lebar. Senyum lebar pun terpancar dari bibir Burhan.
"Sekarang untuk memastikan kamu masih perawan atau tidak. Aku akan memeriksanya sendiri. Aku ngga mau ditipu dan membuat pelanggan setiaku kecewa. Pegangi dia," perintah Mommy Chan pada Burhan.
Dengan cepat Burhan pun memegangi tangan dan tubuh Naira saat Mommy Chan tengah memeriksa seluruh tubuhnya dari kecacatan.
"Tolong!!! Tolong!" Naira masih berusaha berteriak dengan nada suara seraknya. Air matanya terus jatuh. Degup jantungnya begitu tidak teratur. Naira benar-benar tidak tahu lagi bagaimana hidupnya jika tubuhnya benar-benar sampai dinikmati oleh pria hidung belang di tempat itu.
"Yah... Aku mohon jangan jual aku Yah. Aku janji akan bekerja lebih keras lagi dan menghasilkan uang yang banyak untuk mu, tapi aku mohon jangan jual aku," rintih Naira. Namun, Burhan sama sekali tidak menanggapi permintaan Naira. Di tengah gerak tubuhnya yang semakin melemah, Naira akhirnya pasrah jika takdir hidupnya akan seperti itu.
Dirinya sudah cukup dilecehkan saat Mommy Chan dengan paksa memeriksa seluruh tubuhnya dari kecacatan. Wanita paruh baya itu benar-benar begitu teliti. Dia tidak menerima wanita yang memiliki goresan luka meski sekecil apapun.
"Oke... Sepertinya gadis ini tidak punya luka yang menjijikan. Aku bisa menerimanya dan aku akan membelinya dengan harga yang lumayan," kata Mommy Chan.
"Kalau begitu aku minta 50 juta untuk harga keperawanan gadis ini," kata Burhan tanpa basa basi.
Hati Naira semakin hancur saat mendengar penawaran dari mulut Burhan atas harga dirinya yang akan segera dijual pada wanita berwajah jutek itu.
"Yah... Aku mohon jangan lakukan itu padaku Yah. Aku mohon lepaskan aku Yah," kata Naira masih mencoba memohon saat Burhan tengah bernegosiasi dengan mommy Chan hingga membuat dirinya diacuhkan begitu saja.
"Hmmmm baiklah kalau begitu. Aku akan memberimu uang sebanyak yang kamu minta barusan, tapi dengan satu syarat. Gadis ini harus menjadi wanita tetap di tempat ini," kata Mommy Chan.
"Tidak masalah. Itu terserah Mommy saja. Aku menyerahkan gadis ini sepenuhnya pada Mommy asal uang itu sudah berada di tanganku." jelas Burhan.
Hati Naira benar-benar hancur mendengar apa yang dikatakan oleh Burhan apalagi saat Mommy Chan terdengar mengiyakan apa yang dikatakan oleh Burhan.
"Baik... Aku akan berikan uang itu untuk mu sekarang juga," kata Mommy Chan tanpa ragu.
Burhan pun tersenyum senang setelah seorang pria muda berwajah sangar datang dan memberikan amplop coklat berisikan uang 50 juta pada dirinya.
"Kalau nanti kamu punya gadis untuk dijual lagi. Datang saja padaku," kata Mommy Chan sembari menarik tangan Naira yang masih terikat.
Bab 3
Dengan kuat Mommy Chan menarik tangan Naira hingga membuat tubuh mungilnya langsung saja dapat diterkam dengan sempurna.
"Bawa dia ke kamar 05," titah Mommy Chan pada seorang pria.
Tanpa basa-basi Naira langsung di seret ke kamar 05 tanpa melepaskan ikatan di tangannya. Tubuh Naira pun langsung dihempaskan ke atas ranjang.
"Tolong lepaskan aku dari sini," pinta Naira pada pria bertato itu.
"Jangan harap!" Balasnya dengan tatapan nanar.
Pita suara Naira seakan sakit karena terus bergerak. Namun, Naira melihat di ruangan itu tidak ada siapapun hingga Naira bisa menebak jika pria yang membelinya belum datang.
"Jangan berani-berani kabur," ancam pria itu sembari pergi meninggalkan Naira setelah melepaskan ikatan di tangannya.
Dengan cepat Naira bangkit dan berusaha berlari untuk ikut melarikan diri saat pintu kamar masih terbuka, tapi sayangnya pria itu tampak menyadarinya hingga akhirnya tubuh mungil Naira kembali di hempas dengan kuat ke lantai yang keras.
Seperti telah disiapkan dengan begitu sempurna. Ruangan dengan cahaya lampu remang-remang menghiasi kamar itu dengan taburan bunga di atas ranjangnya membuat Naira merasa semakin jijik dan bergidik ngeri.
"Ngga!!! Aku ngga boleh membiarkan mahkota ku diambil begitu saja oleh pria itu. Aku harus menjaganya sekuat tenaga. Aku harus bisa kabur dari sini," kata Naira sembari mengusap air matanya yang telah jatuh.
Meski air matanya sudah jatuh sedari tadi, tapi kecantikan Naira yang begitu natural membuatnya tampak tak kehilangan rona cantiknya.
"Apa yang harus aku lakukan ini. Aku harus cari cara,tapi bagaimana caranya yah." Naira mondar-mandir mencari cara. Jari-jari lentiknya tampak bergerak merasakan kerisauan yang teramat sangat. Naira tahu jika pria hidung belang yang akan membelinya pasti sebentar lagi akan datang memasuki kamar itu.
Naira berlari ke arah laci dan membukanya. Naira menemukan sebuah spidol berwarna hitam. Tanpa ragu Naira langsung mencoret seluruh tubuhnya dengan spidol itu. Naira memperbanyak coretan itu di bagian wajahnya sehingga membuat wajahnya tampak hitam dan hanya menyisakan lingkaran mata yang masih berwarna putih.
Naira terpaksa melakukan itu dengan harapan pria yang telah membelinya merasa tidak selera pada dirinya dan dapat melepaskan dirinya dari tempat itu.
Benar saja tak lama terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekati pintu kamar itu. Dengan tubuh yang masih gemetaran dan keringat dingin yang mengucur, Naira duduk di pinggiran ranjang menanti pria itu.
"Kamu tunggu saja di sini."
Suara itu terdengar dari balik pintu. Suara berat dan serak itu terdengar semakin hilang hingga akhirnya pintu pun terbuka.
KREK....
"Hello baby... Maaf yah membuatmu menunggu lama," ucap pria itu mencari memegang pundak Naira.
Naira yang masih duduk memunggungi pria itu tak bisa menahan rasa takutnya. Naira hanya berharap pria itu benar-benar tidak selera padanya setelah melihat penampilannya kini.
Perlahan Naira membalikkan wajahnya dan menoleh ke arah pria yang masih berdiri memegang pundak sebelah kanannya.
"Astaga!!!! Siapa kamu!" Pria itu begitu terkejut melihat wajah Naira yang kini sudah berwarna hitam pekat dan beraroma khas spidol.
"Halo Tuan... Aku yang akan menemani tuan malam ini. Aku akan menghangatkan tubuh tuan malam ini," kata Naira bangkit dan mencoba membuat pria itu semakin merasa jijik padanya.
"A-apa-apaan ini!!! Kenapa Mommy Chan bisa memberiku wanita seperti ini!" Pria itu mengrenyitkan keningnya.
"Kenapa Tuan... Aku cantik kan!!! Ayo Tuan... Kita mulai sekarang," ajak Naira.
"Cuih... Jangan harap aku akan menyentuh tubuhmu!! Aku jijik melihat wajahmu seperti ini." Pria itu mulai mundur menjauhi Naira.
Melihat hal itu Naira merasa sedikit senang, tapi Naira masih berusaha bersikap tenang agar bisa kabur tanpa membuat keributan supaya tidak diketahui oleh Mommy Chan.
"Astaga... Bagaimana bisa seperti ini." Pria itu bergidik sekilas lalu pergi meninggalkan Naira.
"Tuan... Tunggu Tuan! Apa kita tidak akan melakukannya?" Tanya Naira berteriak.
"Jangan gila!!!" Teriaknya sembari pergi meninggalkan Naira.
"Alhamdulillah ya Allah akhirnya aku bisa lepas juga dari pria itu," kata Naira menghembuskan lega napasnya yang terasa tertahan sejak tadi.
Akhirnya Naira tidak merasa sia-sia setelah mengotori wajah dan seluruh tubuhnya dengan spidol hingga berwarna hitam pekat.
"Aku harus segera pergi dari sini sebelum Mommy Chan datang. Aku yakin dia pasti akan ke sini setelah pria tadi komplain dan Mommy Chan pasti akan memarahiku." Dengan terburu-buru Naira pun menuju ke luar kamar. Namun, langkah kakinya terhenti saat melihat seorang penjaga yang masih belum pergi meski pria hidung belang tadi telah berlalu.
"Waduh gimana ini. Kok dia masih aja di situ." Naira mulai memiliki cara untuk kabur dari penjaga itu.
Naira Kembali masuk dan mengambil sesuatu dari kamar. Rupanya Naira mengambil sebuah vas bunga yang terbuat dari tanah liat.
Dengan sedikit keras Naira memukul pundak pria itu hingga terjatuh dan pingsan begitu saja. Tak ingin berlama-lama Naira pun langsung berlari menjauhi tempat itu. Terkadang Naira harus menghentikan langkah kakinya demi menghindari penjaga di tempat itu yang berlaku lalang.
Hampir satu jam Naira berada di tempat itu dan akhirnya Naira berhasil kabur. Dengan napas yang terengah-engah Naira berlari keluar dari gedung yang dijadikan tempat prostitusi dengan dalih tempat karoke seperti yang terlihat di banner gedung itu.
'Aku harus lari. Aku ngga mau ketangkap dan dijual lagi sama laki-laki lain.' batin Naira. Dengan napas yang semakin tak teratur Naira mencoba berlari tertatih.
"Hei tunggu!!!!" Suara seorang wanita terdengar jelas berteriak pada Naira. Naira pun menoleh dan melihat Mommy Chan tengah berdiri di depan pintu gedung itu bersama dengan 4 orang pria bertubuh kekar dan juga bertato di bagian lengan tangan.
'Ya Tuhan, aku harus bagaimana ini sekarang.' batin Naira membulatkan matanya dengan sempurna.
"Kejar dia!!!" Titah Mommy Chan pada keempat anak buahnya.
Seketika itu juga keempat pria itu berlari mengejar Naira. Naira yang tadinya tak bergeming pun menjadi panik tak menentu.
Naira berlari dengan terengah-engah. Tubuh hitamnya sempat menjadi pusat perhatian orang-orang yang dilaluinya di pinggir jalan. Namun, tanpa memedulikan rasa malunya, Naira terus berlari menjauhi keempat pria bertubuh kekar itu. Untungnya jarak mereka lumayan jauh sehingga Naira masih punya kesempatan untuk berlari menjauhi mereka dan bersembunyi.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Naira langsung masuk ke dalam bak sampah demi menghindari kejaran pria bertubuh kekar itu.
Dengan erat Naira mencubit ujung hidungnya sendiri agar aroma busuk di tempat sampah itu tak menyeruak masuk ke dalam indera penciumannya.
"Gila!!! Kemana perginya cewek tadi yah... Cepet banget perasaan larinya," kata salah seorang pria saat mereka kehilangan jejak Naira dan tanpa sengaja berdiri di dekat tempat sampah itu.
"Iya bener... Apa dia lari ke sana yah." Tunjuk seorang pria.
Naira hanya bisa menutup hidungnya dan mengintip keempat pria yang perlahan berlari menjauhi tempat itu. Mereka berlari ke taman yang terlihat lumayan sepi.
Beberapa saat berada di dalam tempat sampah membuat Naira mual mencium bau busuk yang begitu menyengat.
Hoek... Hoek... Hoek.
Naira memuntahkan isi perutnya saat empat pria tadi sudah pergi. Tak ragu lagi Naira memuntahkan semua isi perutnya hingga peluh bercucuran di tengkuk jenjangnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!