Matahari mulai terbit dari arah timur. Sinar mentari pagi itu sangat bersahabat dengan awan biru setelah semalam hujan lebat, udara pun menjadi lebih segar.
Devan mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menetralkan penglihatannya sambil meregangkan otot-otot lemasnya.
Setelah disadari Devan menoleh ke sisi kanan Nuri meringkuk tidur di sampingnya dengan satu selimut yang mereka gunakan bersama.
Devan mengingat kejadian semalam Nuri terjaga menjaganya sampai akhirnya Nuri yang ketiduran dengan sengajanya Devan menahan kantuk lalu dia memindahkan Nuri ke atas ranjang sehingga mereka bisa tidur bersama.
Devan memandang wajah indah Nuri yang tertutup oleh rambutnya, lalu dia menyingkirkan rambut itu dan membelai lembut pipi Nuri.
Kau pasti akan sedih jika aku memberitahu tentang bayi prematurmu, aku minta maaf tidak bisa jujur padamu.
Aku akan berusaha membahagiakanmu walau pun kebahagiaan itu tidak sebanding dengan luka yang ku berikan, tapi aku akan melakukannya sebelum kau berubah membenciku saat nanti kau tahu aku telah berbohong.
Dering ponsel Nuri tiba-tiba mengagetkan Devan yang membuatnya sadar dari lamunan dan berusaha mencari ponsel yang berdering. Ternyata ponsel itu tertimpa oleh tangan Nuri, sehingga Devan harus berhati-hati mengambilnya tanpa membuat Nuri terganggu.
Di sana tertulis nama RIKI dengan huruf kapital, Devan tertegun dan ragu untuk menjawab teleponnya sambil sesekali melihat Nuri.
Jadi dia benar-benar masih berhubungan dengan Riki. Ah, biarkan saja! Mengapa aku peduli itu urusannya biarkan saja Riki terus menghubunginya, aku tidak peduli.
Devan kesal langsung mematikan telepon Nuri dengan kasar menjatuhkannya ke tempat tidur. Saat Devan hendak beranjak dari tempat tidur karna kesal tiba-tiba Nuri menggeliat dan matanya mulai terbuka melihat sosok pria bertelanjang dada tepat berada di depan matanya.
Saat itu pikiran Nuri langsung kalang kabut tidak bisa berpikir jernih, maklum baru saja bangun tidur sudah melihat pria di kamarnya sehingga dia berteriak dengan lantang membuat pekik seisi ruangan sampai Devan menutup kupingnya dengan bantal agar suara Nuri tidak membuat gendang telinganya pecah.
Nuri melihat ke sisi bawah tubuhnya yang hanya memakai dalaman pikirannya bertambah buruk menilai Devan yang sedari tadi menutup telinga sambil menatap dirinya.
Nuri merasa malu sontak menarik selimut menutupi tubuhnya yang berpakaian terbuka itu.
"Apa yang kau lakukan padaku?" pekik Nuri menghantam Devan dengan memukul tubuhnya.
Devan masih diam tidak melakukan perlawanan, karna tidak mengerti mengapa Nuri marah-marah saat bangun tidur.
"Apa-apaan sih!" cengir Devan.
"Pasti semalam kau meniduriku, ayo ngaku!"
hiks... hiks...
Nuri pun menangis tersedu-sedu membuat Devan bertampah bingung.
"Kenapa kau lakukan lagi padaku, apa salahku? kau selalu mencari kesempatan saat aku sedang tidur, apa kau belum puas merusak harga diriku? aku bukan wanita murahan yang bisa kau ajak tidur sesuka hatimu." Nuri benar-benar marah serta sedih setelah tahu Devan menjamahnya lagi.
"Apa? apa yang kulakukan kau sendiri yang membuka bajumu kau ingat saja apa yang kau lakukan semalam, aku bahkan tidak menyentuhmu sama sekali." ujar Devan membela dirinya.
"Bagaimana aku bisa berada di kamarmu dengan penampilan seperti ini, oh jangan-jangan kau memindahkanku ke sini lalu kau diam-diam membuka semuanya sama seperti yang dulu kau lakukan." lagi-lagi Nuri berprasangka buruk.
"Wah keterlaluan kau menuduhku lagi, kau ingat saja sendiri kesalahanmu nanti kau yang akan malu." sahut Devan.
Nuri pun diam sembari berusaha tenang hingga dia bisa mengingat apa-apa saja yang dia kerjakan semalam. Dia semalam menjaga Devan yang sedang demam dan betapa malunya sebelum ketiduran dia malah melepas pakaiannya sendiri dan sekarang justru menuduh Devan sebagai pelakunya.
Nuri jadi termangu dibuatnya sambil pelan-pelan kembali berbaring menutup wajahnya dengan selimut agar tidak melihat Devan.
"Kau belum puas selalu memikirkan hal kotor tentang diriku?" sindir Devan. Nuri tetap diam tidak berani keluar.
"Apa kau masih berpikir aku akan melakukannya? Asal kau tahu jika bukan karna khilaf aku juga tidak mau menyentuhmu, jijik." ujar Devan.
Apa dia bilang jijik? setelah melihat semua yang ku miliki, kurangajar.
"Keluar kau dari sini." pinta Nuri mengusir Devan.
"Aku tidak salah dengarkan, kau mengusir pemilik kamar dari kamarnya?"
"Keluar sana." bentak Nuri menunjuk pintu mengarahkan Devan supaya segera keluar.
"Aku tidak mau, ini kamarku harusnya kau yang keluar." tentu saja Devan menolak.
"Tidak sebelum kau keluar." bantah Nuri.
"Dengar! sekalipun kau tidak memakai busana aku tidak tertarik sama sekali denganmu jadi ganti saja pakaianmu di sini aku tidak mau keluar." sementara Devan tetap saja keras kepala.
"Keluar kau dari dalam sana." Devan mendekati Nuri yang membenamkan diri di balik selimut. Nuri tetap kekeh memperkuat pertahanannya saat Devan menarik selimutnya sambil berteriak meminta Devan keluar tetapi Devan tidak menghiraukan teriakkannya.
"Nak Devan, nak Nuri, kalian baik-baik sajakan?" teriak tetangga di luar rumah mereka. Tetangga berdatangan setelah mendengar teriakkan Nuri.
Nuri dan Devan serentak menutup mulut mereka rapat-rapat sampai para tetangga pergi dengan sendirinya dari rumah mereka.
"Sekarang aku mengerti jadi kebiasaanmu sebelum tidur itu selalu mencopot semua pakaianmu, jika pria lain yang datang ke kamarmu mungkin detik itu juga kau sudah disetubuhi." kata Devan. Akhirnya Nuri menjulurkan kepalanya keluar layaknya seperti kura-kura yang bersembunyi di balik cangkangnya.
"Toh itu kamarku, terserah aku donk kenapa bawa-bawa orang lain." sahut Nuri jengkel.
"Ya tentu saja tapi sekarang kau malukan, kau menuduhku tapi kenyataannya kau yang melakukannya sendiri kebiasaanmu itu kau bawa-bawa ke kamar orang lain, makanya berpikir yang jernih lain kali sebelum menuduhku." ledek Devan.
Siapa yang tidak panik coba? bangun tidur tau-tau sudah berada di kamarnya melihatnya tanpa baju. Siapa pun pasti tidak bisa positif pikirannya.
"Apa lihat-lihat!" ketus Devan kesal saat Nuri meliriknya.
"Aish! Ogah siapa juga yang melihatmu, itu di belakangmu ada sesuatu."
Devan pun sontak menoleh ke belakang tapi dia tidak melihat apa-apa.
"Aku tidak melihatnya." kata Devan.
"Ada sesuatu yang berbulu, kau harus lebih teliti lagi untuk melihatnya." sementara Nuri dengan cepat mempererat selimut di tubuhnya lalu di dorongnya Devan yang masih menghadap ke belakang sampai keluar pintu. Karna kaget Devan tidak sempat melawan sehingga dia berhasil tersingkirkan dari kamarnya sendiri oleh sang istri.
"Nuri, buka pintunya! Kau curang." Devan menggedor-gedor pintu kamarnya.
"Tunggu sebentar aku tidak akan lama." jawab Nuri dari dalam sambil memakai pakaiannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Dahminar Minar
sungguh pasangan yang unik dan lucu
2021-10-13
0
Ig & fb : Karlina_Sulaiman
Semangat.. lanjut up nya..
Jaga kesehatan dan semoga sukses..
Salam :~ KEMBALI
~ MENCINTAIMU DALAM DIAM
2020-06-27
0
Asni J Kasim
Aku mampir lagi 😆😆
Next Up kak 😊
Yuk mampir di karya aku kak, ada Ep yang baru di up 😊
Terima kasih 😍
2020-06-24
0