Tidak Pantas Untuk Ditangisi

Dengan menaiki ojek aku pulang sendirian ke rumah. Kudapati rumah sepi aku tau Devan pasti langsung pergi setelah mengantarku ke klinik dokter kandungan. Tapi aku lega aku buru-buru masuk ke kamar dan merebahkan tubuhku di sana karna setelah pulang dari dokter kandungan, dokter bilang bahwa kandunganku cukup kuat meski aku masih dibawah umur tapi dokter tetap menyarankanku untuk tidak memikirkan masalah-masalah yang berat dan aku menyanggupi itu.

Sayang, mama akan selalu menjagamu sampai kamu terlahir ke dunia ini. Mama ingin kamu bisa melihat dunia ini tapi mama tidak mau kamu bernasib sama seperti mama, mama tidak akan membiarkan itu terjadi, cukup mama yang menderita jangan kamu. Kamu tau sayang, papamu sebenarnya dia orang yang baik dia hanya merasa lelah menghadapi masalahnya, dia tidak bermaksud marah kepada kita jadi anakku buah hatiku jangan pernah kamu berpikir papa itu jahat. Tidak ada seorang ayah yang jahat pada anaknya mereka senantiasa menyayangi anak mereka, saat papamu mulai mengerti nanti maka dia juga akan menyayangi kita.

Dan meskipun saat ini papamu tidak bisa melindungi kita, tapi di sini masih ada mama yang akan selalu melindungi dan menjagamu sayang, kamu jangan takut saat tidak ada yang melindungi mama, kamu ada bersama mama, kamulah pelindung mama kita akan hadapi dunia yang fana ini bersama-sama, percayalah kita pasti bisa sayang.

Perlahan air mataku mengalir dengan sendirinya saat aku mengelus perutku pelan-pelan, perut ini nanti akan semakin membesar aku semakin tidak sabar menantikan kehadiran buah hatiku sementara suamiku masih mementingkan urusan pribadinya. Saat mengingat suamiku tidak menginginkan anak ini, rasanya hatiku benar-benar hancur apa dosa anak ini sampai dia tidak mau mengakui anaknya sendiri padahal kamilah yang berdosa bukan anak ini. Jika anak ini tau ayahnya tidak menginginkan kelahirannya, mungkin dia sudah membenci ayahnya sejak dari dalam kandungan.

Devan selalu beralasan tidak siap menjadi orang tua, dia hanya peduli pada dirinya sendiri serta teman-temannya. Dia pergi keluyuran bersama teman-temannya, mereka bersenang-senang di atas penderitaan seorang istri yang tengah mengandung yang seharusnya 24 jam bersama suaminya paling tidak mendapat sedikit perhatian aku rasa itu sudah cukup.

Kuambil ponsel di dalam tasku, kucari kontak telepon milik kak Riki, aku sudah tidak tau harus menceritakan masalahku kepada siapa lagi. Aku ingin bercerita kepada ibu tapi ibu masih marah padaku, ingin bercerita pada kakakku tapi aku sendiri malu meski kakak tidak pernah mengungkitnya tapi aku yang sadar diri kakak sudah bekerja keras untuk menyekolahkanku sedangkan aku hanya bisa mengecewakannya, saat itu aku hanya ingin menghubungi kak Riki. Tapi mendadak aku berpikir apa pantas seorang istri membagi dukanya dengan laki-laki lain? aku tidak tau jika aku terus memendam dukaku sendiri mungkin aku bisa stress, tapi apakah aku harus membaginya dengan kak Riki juga?

Tidak, aku tidak boleh berhubungan dengannya lagi, sadarlah Nuri kau hanya akan membuatnya kecewa, sekarang lupakan saja masalalumu, jalani masa depanmu bersama pria arogan itu.

Terpaksa aku menutup ponselku dan meletakkannya di atas nakas, aku ingin mengubur perasaanku terhadap kak Riki, aku berjanji pada diriku sendiri aku tidak akan menghubunginya lagi. Sekarang, aku hanya harus berusaha mempertahankan rumah tanggaku, tidak boleh ada orang lain yang mengganggu pikiranku. Biarlah suamiku bermain gila bersama teman wanitanya, tapi aku bukan wanita yang mau mengkhianati pernikahan makanya aku tetap bertahan sampai aku menyerah dengan sendirinya.

Di Tempat Lain

Devan bersama teman-temannya seperti biasa mereka bersenang-senang kali ini mereka mampir di sebuah hotel ilegal kawasan Jakarta Pusat.

Devan terlihat duduk dengan tangannya yang digandeng oleh Keysa, sementara teman-temannya duduk di dekat mereka. Mereka semua masing-masing membawa pasangan, gaya mereka sudah seperti orang dewasa minum-minum seperti orang tidak waras, namun mereka sama sekali masih seperti anak kecil. Mereka hanya tau bersenang-senang tanpa memikirkan perasaan orang lain yang mengkhawatirkan mereka.

"Sudah hentikan minumnya." Albi mengambil gelas yang berisi minum alkohol berkadar rendah dari tangan Devan.

"Keysa, kau ini bagaimana seharusnya kau peringatkan Devan supaya dia tidak minum berlebihan." kata Albi menasehati Keysa.

Devan bangkit berjalan kearah Albi lalu berhenti di depannya.

"Eh, berani kau bicara pada Keysa lagi awas saja kau." ancam Devan menarik baju Albi membawa Albi sangat dekat dengannya.

"Aku hanya mengingatkanmu." jawab Albi.

"Kau pulang saja sana! aku tidak perlu nasehat siapa-siapa." Devan juga mengusir Albi lalu mendorongnya hingga tubunya terhuyung ke atas kursi. Albi hanya diam menatap Devan karna dia tidak mau memukul temannya sendiri.

"Guy! sudah jam 9, setengah jam lagi pertandingan bola liga inggris akan dimulai, kau tidak lupakan Dev dengan janjimu untuk mengajak kami menonton pertandingan di rumahmu?" Saat melihat Devan akan bertengkar dengan Albi, Denis menjadi penengah segera mengarahkan pembicaraan lainnya.

"Kau jangan melupakan itu Dev, kami sudah tidak sabar untuk melihat rumah barumu juga." disusul oleh Leo sehingga Devan menurunkan tangannya tidak jadi memukul Albi.

"Iya aku ingat semuanya." jawab Devan lemah.

"Baby, aku dan Leo akan mengantar kalian pulang, setelah itu kami akan mempir ke rumah Devan." ucap Denis bicara pada pacarnya.

"Tidak perlu baby, kami bisa pulang sendiri kalian langsung pergi saja tidak masalah. jawab pacar Denis yang akan pulang dengan pacar Leo.

"Kau antar Keysa pulang dulu Dev, kami akan menunggu di parkiran hotel." ucap Leo.

"Aku tidak mau pulang, Dev aku mau ikut ke rumahmu, bolehkan sayanh?" sangkal Keysa. Devan padahal ingin mengantarnya pulang tapi Keysa ngotot ingin ikut terpaksa Devan mengajaknya, sementara Denis, Leo dan Albi hanya bisa diam saling lempar pandangannya dan saling senggol pelan. Mereka tidak habis pikir dengan kelakuan Devan, tapi jika mereka mengingatkan Devan lagi bisa-bisa Devan akan memarahi mereka.

Mereka semua pergi dari hotel tersebut dan segera menuju rumah Devan. Di dalam perjalanan di atas motor Keysa terus memeluk pinggang Devan dengan posisi yang sangat menempel ke tubuh Devan. Sementara teman-teman Devan terus merasa tidak habis pikir melihat mereka. Devan juga sangat senang dipeluk oleh Keysa.

"Dev, kau sudah memberitahu istrimu akan membawa kami ke rumah kalian?" tanya Denis.

"Dia tidak perlu tau, itu rumahku bukan rumahnya tidak ada hak baginya untuk melarang teman-temanku datang ke rumah." sahut Devan.

"Baiknya kau kabari dulu Dev, siapa tau dia sudah tidur kami yang tidak enak jika mengganggunya." ucap Leo sementara Albi hanya fokus menyetir motor membonceng Leo.

"Sudahlah kalian tidak perlu khawatir, anggap saja rumah sendiri." jawab Devan.

Kau keterlaluan Dev, bagaimana mungkin sahabatku bisa bersikap sekejam itu, kau dulu tidak seperti itu Dev aku bahkan merasa sudah tidak mengenalmu sekarang.

Albi merasa kecewa pada Devan, sikap Devan sangat jauh berubah yang membuat persahabatan mereka selalu dihadapkan dengan pertengkaran, sehingga Albi tidak bisa menasehati Devan lagi. Albi juga merasa kasihan kepada Nuri yang tengah mengandung anaknya temannya, sementara di sini Devan malah bermesraan dengan wanita lain.

Di sisi lain

Aku tidak bisa tidur sepertinya kehamilanku membuatku susah tidur udara dingin pun menjadi terasa panas. Jadi aku memutuskan pergi ke dapur kuambil bahan-bahan yang akh perlukan, aku belajar membuat martabak mini setelah selesai aku mengisi kulit lumpianya dengan bahan-bahan yang sudah aku beri bumbu tadi, martabaknya pun siap untuk digoreng. Aku tidak tau seperti apa rasanya nanti, tapi aku sudah berusaha semampu yang aku bisa karna aku membuatnya dengan rasa tulus. Ketulusan hati seorang istri yang mau berusaha membuat suaminya bahagia.

Kulihat jam dinding sudah jam setengah 10 malam tapi suamiku masih belum pulang ke rumah. Tidak ingin memikirkannya secara berlebihan, aku bersiap-siap untuk menggoreng martabaknya agar nanti begitu Devan datang dia bisa langsung menyantapnya.

Saat aku akan menggoreng tiba-tiba ada suara orang mengetuk pintu, aku segera mematikan kompor lalu buru-buru ke depan untuk membuka pintu.

Betapa aku terkejut melihat teman-teman Devan datang ke rumah. Aku terkejut tapi aku senang karna ada tamu yang mau datang ke rumah kami di saat aku tengah belajar memasak jadi aku bisa menyuruh mereka untuk mencicipinya.

"Selamat malam Nuri." sapa mereka bertiga secara serentak, aku hanya membalasnya dengan senyuman tipis seketika saat itu mataku langsung tertuju pada seorang pria dan wanita yang baru saja turun dari motor lalu bergandengan tangan melangkah ke depan pintu.

Apa yang kau lakukan Dev, dimana letak hatimu saat kau memutuskan untuk membawanya, manusia berhati batu kau tidak pantas untuk kutangisi.

Sungguh begitu tega suamiku membawa wanita lain ke dalam rumah kami tepat di hadapanku, aku mencoba tegar sekuat hatiku dengan mempersilahkan mereka masuk tanpa bicara dengan suamiku bahkan aku mencoba untuk tidak memperhatikan Devan dan Keysa.

"Dev, tunjukkan dimana kamarmu?" tanya Leo.

Belum sempat Devan menjawabnya, aku lebih dulu menjawab.

"Bukan kamar Devan, tapi kamar kami berdua di sebelah sana." Aku menunjukkan kamarku.

Sepertinya dia ingin teman-temanku berpikir bahwa aku sudi tidur bersama dengan dirinya, awas kau, Nuri.

Devan memberiku isyarat dengan matanya, dia tidak suka karna aku berbohong.

"Bolehkan kami masuk?" tanya Albi.

"Sebelumnya ini ada apa, kenapa kalian ramai-ramai datang kemari?" tanyaku.

"Kami akan menonton pertandingan bola bersama Devan, Nur." jawab Albi.

"Silakan kalian semua boleh masuk, tapi maaf kamar kami sangat berantakkan, maklum aku sendiri yang mengurus rumah suamiku sangat sibuk." Aku sengaja menyindir Devan yang membuat dia geram melihatku, tapi aku tidak peduli aku bersikap tidak mau melihatnya karna aku lebih geram saat melihat dia bersama wanita lain yang di bawanya ke rumah.

"Aku akan menyiapkan cemilan dan minuman untuk kalian."

"Terima kasih banyak Nuri, ayo semuanya kita masuk geledah isi kamar teman kita dan istrinya." kata Denis.

Teman-teman Devan dengan girang berlari masuk ke dalam kamarku di susul oleh Devan, sementara aku masih berdiri di depan pintu menghentikan Keysa untuk masuk. Keysa segera menepis tanganku yang kusengaja memegang bahu kanannya. Kami saling bertatapan, Keysa menatapku sinis seperti ada rasa benci saat melihatku.

Terpopuler

Comments

emil zheyuan

emil zheyuan

geram banget q sama si devan😠pengen tak rendam devan pakai rinso biyar hati dan fikirannya bersih dan bisa menerima nuri dan calon anknya

2020-06-12

2

Zieya🖤

Zieya🖤

Aku tertanya² berapa usia Nuri dan Devan.
bawah umur.. 16 apa 15?

2020-06-08

3

Sutriani

Sutriani

nyesek ag bacanya....😥😥😥

2020-06-08

3

lihat semua
Episodes
1 Awal Hidup Baru
2 Dianggap Tidak Ada
3 Lupa Diri, Lupa Waktu
4 Dianggap Hina
5 Seperti Robot Berwujud Manusia
6 Tidak Pantas Untuk Ditangisi
7 Dapat Dukungan
8 Dalam Pertengkaran
9 Akan Aku Dapatkan
10 Mungkinkah Dia Peduli
11 Mustahil Baginya
12 Mendadak Humble
13 Krisis Ekonomi
14 Pantaskah Aku?
15 Panik
16 Merasa Bersalah
17 Kadang Menjengkelkan
18 Kecupan
19 Demam
20 Tidur Bersama
21 Bimbing Aku
22 Canggung
23 Rencana Menikah
24 Pergi Ke Taman
25 Pergi Ke Taman 2
26 Menolong Si Kecil
27 Hikmah Dari Masalah
28 Belajar Masak
29 Tiada Hentinya
30 Godaan
31 Visual
32 Terjadi Padaku
33 Aku Ingin Bersamamu
34 Pingsan
35 Membawa Kenangan
36 Seperti Ayahnya
37 Menjaga Batasan
38 Tidak Memaksa
39 Aku Kembali
40 Dipertemukan Kembali
41 Masih Menyebalkan
42 Saling Memaafkan
43 Anjing Galak
44 Ngebet Pengin Kawin
45 Mau Tapi Malu
46 Apa Ada Orang Lain Di Hatimu?
47 Itu Ayah
48 Sama Persis
49 Menginap Semalam
50 Cemburunya
51 Karna Kecewa
52 Salah Paham
53 Maafkan Aku
54 Pembalasan Untuk Keysa
55 Permintaan Kecil Nayla
56 Ada Perubahan
57 Selagi Ada Kesempatan
58 Rahasia Nazmi Terbongkar
59 Pendapat Nayla
60 Mencelakai
61 Dia Ingin Pergi
62 Diam Tetapi Sangat Peduli
63 Menunda Keberangkatan
64 Menyelamatkan Nayla
65 Melewati Masa Kritis
66 Hanya Promosi
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Awal Hidup Baru
2
Dianggap Tidak Ada
3
Lupa Diri, Lupa Waktu
4
Dianggap Hina
5
Seperti Robot Berwujud Manusia
6
Tidak Pantas Untuk Ditangisi
7
Dapat Dukungan
8
Dalam Pertengkaran
9
Akan Aku Dapatkan
10
Mungkinkah Dia Peduli
11
Mustahil Baginya
12
Mendadak Humble
13
Krisis Ekonomi
14
Pantaskah Aku?
15
Panik
16
Merasa Bersalah
17
Kadang Menjengkelkan
18
Kecupan
19
Demam
20
Tidur Bersama
21
Bimbing Aku
22
Canggung
23
Rencana Menikah
24
Pergi Ke Taman
25
Pergi Ke Taman 2
26
Menolong Si Kecil
27
Hikmah Dari Masalah
28
Belajar Masak
29
Tiada Hentinya
30
Godaan
31
Visual
32
Terjadi Padaku
33
Aku Ingin Bersamamu
34
Pingsan
35
Membawa Kenangan
36
Seperti Ayahnya
37
Menjaga Batasan
38
Tidak Memaksa
39
Aku Kembali
40
Dipertemukan Kembali
41
Masih Menyebalkan
42
Saling Memaafkan
43
Anjing Galak
44
Ngebet Pengin Kawin
45
Mau Tapi Malu
46
Apa Ada Orang Lain Di Hatimu?
47
Itu Ayah
48
Sama Persis
49
Menginap Semalam
50
Cemburunya
51
Karna Kecewa
52
Salah Paham
53
Maafkan Aku
54
Pembalasan Untuk Keysa
55
Permintaan Kecil Nayla
56
Ada Perubahan
57
Selagi Ada Kesempatan
58
Rahasia Nazmi Terbongkar
59
Pendapat Nayla
60
Mencelakai
61
Dia Ingin Pergi
62
Diam Tetapi Sangat Peduli
63
Menunda Keberangkatan
64
Menyelamatkan Nayla
65
Melewati Masa Kritis
66
Hanya Promosi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!