Nuri mengemas barang-barangnya ke dalam tas, dokter sudah membolehkannya pulang ke rumah setelah 2 hari dirawat di rumah sakit. Meski keluar sendirian tanpa ada yang mendampingi, Nuri tetap berusaha tegar dan tidak ingin memikirkan siapa pun selain dirinya dan calon buah hatinya.
Nuri tidak tahu jika kelak anaknya akan terlahir prematur dan cacat mental, Devan masih merahasiakannya dari Nuri karna itulah Devan hanya berani menjenguk Nuri dari kejauhan saat di rumah sakit.
"Suster, berapa biaya perawatan saya?" tanya Nuri.
"Biaya administrasi sudah lunas, kau jangan khawatir Nuri." ucap suster.
"Siapa yang melunasinya suster, apa Devan datang kemari?"
"Berkemaslah setelah itu sarapan sebelum kau pulang." ujar suster mengalihkan pembicaraan. Nuri manggut-manggut heran sambil berpikir.
"Nuri, ada yang kirim paket makanan untukmu." tiba-tiba dokter datang sambil memberikan paket tersebut pada Nuri. Lagi-lagi Nuri mendapat kiriman paket yang sama selama 2 hari berturut.
Nasi uduk dan rujak buah lagi, tapi siapa yang mengirimnya?
"Boleh saya tahu siapa yang mengirimnya dok?" tanyanya bingung karna tidak ada keterangan si pengirim.
"Kami juga tidak tahu, sebaiknya kau sarapanlah dulu." saran dokter, Nuri pun menurutinya memakan makanan tersebut dengan lahap, setelah sarapan Nuri bergegas untuk pulang.
Devan berdiri di luar rumah sakit di sela-sela mobil yang terpakir untuk melihat Nuri yang baru saja keluar. Devan memutar kedua bola matanya lalu memejamkannya, seolah dia hanya bisa pasrah akan dibenci oleh Nuri. Devan tidak berani menghampiri Nuri dari dekat. Devan takut Nuri akan celaka jika dia mendekatinya karna setiap mereka saling berdekatan selalu ada saja yang terjadi.
Sebuah taksi berhenti di depan Nuri, Nuri kebingungan sementara dia sama sekali belum memberhentikan taksi yang lewat.
"Naiklah Nona, seseorang telah memesan taksi ini untuk Nona." ujar supir taksi.
Nuri mengkerut bingung, dengan ragu-ragu dia pun naik taksi tersebut sambil memikirkan siapa orang yang telah memesan taksi untuknya.
"Bapak kenal siapa orangnya?" tanya Nuri.
"Tidak Nona, saya hanya ditugaskan untuk menjemput Nona di sini." jawab pak supir, Nuri bertambah penasaran dibuatnya.
Devan buru-buru pulang ke rumah sebelum Nuri sampai dia harus lebih dulu sampai di rumah agar Nuri tidak mencurigainya kalau dia pergi ke rumah sakit juga.
Setengah jam menaiki taksi Nuri tiba di rumah dengan selamat. Nuri senang akhirnya bisa menginjakkan kaki dan menghirup udara segar di rumahnya, saat di rumah sakit Nuri merasa pusing dan mual karna bau rumah sakit yang beranekaragam.
"Akhirnya kamu pulang juga." seru suara parau Devan yang membuat Nuri terkejut ketika baru selangkah masuk.
Nuri menoleh ke arah sumber suara, Devan sudah berbaring di atas sofa dengan kaki menjuntai ke atas langit-langit. Nuri mengusap dadanya sambil menghembuskan nafas pelan-pelan melihat kelakuan Devan.
Tanpa menghiraukan Devan, Nuri menuju kamarnya dengan berjalan santai.
"Bisa-bisanya kau mengabaikanku, Putri Tidur." seru Devan lagi sambil bangkit dari rebahannya.
Devan mendekat ke arah Nuri sambil menatap lekat kedua bola mata istrinya, Nuri sudah sampai di depan kamarnya mengalihkan pandangan dari mata Devan.
"Bangunlah putri tidur jangan terlalu lama bermimpi, lihatlah kenyataannya kau sudah dua hari tidak membereskan rumah cepat sana masak, cuci baju, cuci piring, nyapu dan pel lantai juga." ujar Devan.
"Apa kau sama sekali tidak punya perasaan? aku baru saja keluar dari rumah sakit, aku benar-benar sakit tapi kau sudah menyuruh bekerja keras, aku mohon padamu beri aku sedikit waktu untuk istirahat setidaknya untuk hari ini saja." sahut Nuri dengan membentak Devan.
Nuri sangat kesal dan tidak habis pikir Devan selalu mencari masalah, seolah dia merasa Devan sengaja membuat hidupnya sengsara.
"Kau berani membentakku?" tegas Devan.
"Sudahlah aku tidak ingin berdebat denganmu, aku mau istirahat." Nuri langsung masuk ke kamar tetapi beberapa detik kemudian Nuri kelaur kamar lagi ternyata Devan masih berdiri di depan kamarnya.
"Kenapa kau keluar?" ketus Devan bertanya.
"Kau sendiri kenapa masih di sini?" tanya Nuri balik.
"Bukan urusanmu." jawab Devan ketus. Nuri tidak ambil hati karna niatnya tidak mau bertengkar lagi.
"Terima kasih sudah mengantarku ke rumah sakit." ucap Nuri.
"Hanya itu?" Devan memandang Nuri.
"Memangnya apa lagi, kau juga tidak menemaniku di sana jadi jangan berharap lebih dariku." jawab Nuri ketus dan kesal.
Kriettt... Nuri buru-buru menutup pintu dan menguncinya bahkan Devan belum sempat bicara.
"Apa kau akan membiarkanku mati kelaparan? aku sudah dua hari belum makan." teriak Devan dari luar sambil menggedor kamar Nuri.
"Masa bodoh, masak saja sendiri." sahut Nuri sambil terkekeh menahan geli perutnya. Nuri ingin tahu seperti apa suaminya ketika dia tidak ambil peduli.
"Aku tahu kau marah padaku, tapi jangan biarkan aku mati kelaparan Nuri, kasihanilah aku sekarang." Devan merintih belas kasihan Nuri.
Devan melihat jam dinding sudah pukul 11 siang, sementara dia harus masuk kerja pukul 12.
Nuri keluar dari kamar mendengar Devan terus merengek tanpa mau beranjak dari depan kamarnya membuat Nuri tidak bisa beristirahat sebelum keinginan Devan terpenuhi.
"Ayo kita makan siang." ajak Nuri tanpa memandang Devan, Devan tersenyum senang meski Nuri tidak menatapnya.
"Aku sudah tahu kau pasti tidak tahan mendengar rengekkanku." kata Devan.
Kadang kau menjengkelkan, kadang kau baik dan polos seperti anak kecil, tapi kadang-kadang kau juga tidak segan kasar padaku, aku tidak tahu kenapa kau seperti itu Dev?
Nuri termenung dengan pandangan kosong, Devan melambaikan tangan ke wajah Nuri menyadarkannya dari lamunan.
"Mengapa melamun?" tanya Devan.
"Tidak apa-apa, kau duluan saja ke dapur sebentar lagi aku menyusul." ucap Nuri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Suhartini Tini
lanjutt
2020-06-20
2
Valenmaris
seru kak ceritanya, semangat terus aku mampir terus kok 😁 saling dukung ya 😄
2020-06-20
1
Gisella Pratama
klo ank Devan sama Nuri lahir jangan cacat dong Thor kasian Mereka jangan d terlalu berat cobaan yg mereka hadapi
2020-06-20
3