Devan & Nuri
Visual Nuri Dwiyanti - Zara Adishty pemain film Mariposa.
Visual Devan Steven - Angga Aldi Yunanda pemain film Mariposa.
Namaku adalah Nuri Dwiyanti dan ini adalah kisahku.
Mari ikuti perjalanan hidup dan kisah cintaku!
Ini adalah awal kehidupan baruku setelah aku menikah dengan sahabatku sendiri. Pernikahan tanpa cinta mungkin merupakan mimpi buruk bagi sebagian orang, begitupun untukku.
Aku bersama sahabatku yang kini sudah menjadi suamiku mulai memasuki rumah baru kami. Rumah ini dibeli oleh mertuaku, meski mereka tidak ingin mengakui kami sebagai anak lagi tapi mereka masih berbaik hati kepada kami demi cucu mereka yang tidak berdosa ini, yang sekarang sedang aku kandung. Aku terima kami memang pantas dibuang dari keluarga karna kami sudah membuat mereka kecewa dan ikut menanggung malu. Seharusnya remaja seusia kami meneruskan pendidikkan sampai kejenjang kualiah minimal tamat SLTA tapi kami malah bermain api yang pada akhirnya kami harus terluka dan menderita kehilangan segalanya.
Aku menatap dari samping wajah penuh amarah itu dan mata sendu suamiku yang hanya lurus ke depan. Dulu aku mengenalnya sebagai orang yang peduli padaku karna dia beberapa kali menolongku dari orang-orang yang suka menggangguku, tapi hari ini dia tidak pernah lagi tersenyum padaku. Aku tau hatinya sangat terluka, begitupun dengan yang aku rasakan bahkan aku lebih hancur darinya, tapi aku tidak bisa mengatakan apa yang tengah aku rasakan kepadanya, karna dia selalu acuh tak acuh kepadaku.
Aku mulai melangkah mencari kamar kami sendirian setelah sampai di kamar aku mulai berkemas-kemas memasukkan pakaian ke dalam almari yang sudah tersedia di dalam kamar kami, sementara suamiku hanya bersantai di sofa ruang tamu sambil bermain game di ponselnya. Semenjak menikah sikap suamiku jauh berubah, dia sangat dingin dan pendiam bahkan dia bisa saja berlaku kasar padaku.
Aku ingin menangis saat suamiku yang dulunya adalah temanku, kini tidak mau lagi bicara padaku tapi aku tidak bisa menangis, aku sadar siapa aku. Pernikahan kami memang tidak seharusnya terjadi namun apa boleh buat, semua khilafan menjijikkan yang sudah kami lakukan beberapa bulan lalu kini harus kami tanggung. Kami hanyalah anak bodoh yang sempat terlelap dan terbuai dalam dinginnya malam kala itu. Aku bisa menerima situasi pahit ini, tapi aku rasa berat bagi suamiku untuk menerima kenyataan.
Selesai berkemas aku ingin mendekati suamiku yang duduk sendirian tapi ponselnya tiba-tiba saja berbunyi membuat pandangannya teralihkan. Suamiku mendapat telepon dari teman SMA yang membuatnya merasa bahagia. Telepon itu dari Albi teman satu kelasnya yang ingin mengajaknya kumpul-kumpul di cafe.
Suamiku ingin pergi begitu saja dari rumah tanpa meminta izin dariku terlebih dahulu, dia memang tidak peduli apakah aku mengizinkan atau melarangnya, yang dia inginkan hanyalah aku-aku dan kamu-kamu. Kami harus bersikap masa bodoh, anggap saja pernikahan ini hanya cara untuk menutupi aib bukan atas dasar kemauan kami, dia selalu berkata seperti itu padaku.
"Devan..." teriakku memanggilnya. Dia hanya menoleh sedikit ke arahku lalu segera mengeluarkan motornya dari dalam garasi dan dia pun melaju pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.
Ya Allah apa begini rasanya menikah diusia muda?
Pernikahan ini terasa berat kami jalani karna kami menikah berlandaskan rasa terpaksa akibat ulah kami sendiri, mungkin jika kami saling mencintai pernikahan ini akan terasa mudah dijalani namun kami terlanjur berbuat tanpa ada rasa cinta.
Aku baru menyadari jika ego diusia yang masih sama-sama muda itu sangat besar. Tetapi, walau aku masih muda aku bisa menerima Devan sebagai suamiku karna aku mengandung anaknya. Aku hanya memikirkan anakku tanpa peduli perasaanku sendiri, aku hanya ingin Devan mengakui anaknya.
Aku berusaha untuk membuat Devan menerima pernikahan kami dan mengakui anak di kandunganku sebagai anaknya karna aku yakin kelak ada masanya usahaku tidak akan membuatku kecewa.
Hingga malam hari aku masih menunggu suamiku di ruang makan. Aku baru saja pulang ke rumah setelah membeli makan malam untukku dan Devan. Maklum saja aku tidak pandai memasak karna memang seharusnya aku masih belajar di sekolah bukan mengurus suami, tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur inilah akibat dari kebodohan kami. Tidak ada gunanya menyesal karna begitulah yang namanya penyesalan selalu ada diakhir, sekarang tidak ada pilihan lain selain menghadapinya.
Dari tadi sore Devan masih belum pulang sementara jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, aku masih terduduk sendirian di atas kusir dengan makanan di atas meja. Aku ingin meneleponnya tapi ponselku tidak ada kartu sim karna Devan sudah membuangnya agar aku tidak bisa menghubunginya.
Walaupun tidak saling cinta tapi aku tetap gelisah sampai tidak bisa tidur sebelum dia pulang, aku takut dia akan meninggalkan dan mencampakanku bersama anaknya begitu saja. Mengingat kami hanya menikah siri karna kami memang belum cukup umur untuk menikah secara hukum dan agama.
Perih dan sakit sekali disaat sedang hamil muda aku harus berjuang sendirian, mempertahankan rumah tangga kami yang baru kami bangun ini. Padahal aku sendiri tidak tau banyak tentang dunia pernikahan itu seperti apa, aku hanya berusaha semampuku untuk menjadi istri yang baik dan aku tidak mau membuat Devan kecewa.
Hampir jam setengah sebelas akhirnya Devan pulang ke rumah. Dia membuka pintu sendiri karna aku sengaja tidak mengunci pintu. Aku mendengar suara langkah kakinya, dia berjalan ke arah dapur dimana aku masih berada di sana. Devan melihatku sekilas lalu kembali memasang ekspresi masam di wajahnya. Aku bangkit dari kursi dia pun langsung berbalik sepertinya dia sengaja ingin menghindariku.
"Devan mari kita makan, aku belum makan karna menunggumu." panggilku seketika Devan pun berhenti kembali menoleh ke arahku.
Dia menggelengkan kepalanya pertanda menolak ajakkanku lalu dia berlalu ke kamar. Sambil menangis aku makan sendirian untuk menelan sesuap nasi rasanya itu sangat sulit betapa sakitnya perasaanku sekarang tapi tidak ada tempat untuk berbagi. Aku ingin menyerah dengan pernikahan ini tapi jika aku menyerah bagaimana nasib anakku, haruskah dia terlahir tanpa seorang ayah? lalu dimana aku akan tinggal sementara keluargaku juga malu untuk menerimaku kembali, terpaksa aku harus menguatkan diriku sendiri dan tetap sadar beginilah risikonya hamil di luar nikah.
Setelah makan aku berlalu ke dalam kamar dengan maksud untuk ikut tidur bersama suamiku. Tapi apa yang ku dapat, aku melihat suamiku masih berdiri di depan tempat tidur dengan memegang satu bantal di tangannya segeralah aku mendekatinya.
"Kenapa belum tidur?"
Saat aku bertanya, Devan malah berbalik melihatku dan menatapku.
"Aku akan tidur di kamar tamu dan aku sudah mengemas pakaianku, kamu tidur saja di sini." ujarnya sambil menunjuk koper, benar dugaanku dia perlahan-lahan ingin menjauh dariku.
"Ini kamar kita, kamu berhak tidur di sini bersama denganku, bukankah saat di rumah papa kita tidur bersama lalu kenapa kamu ingin pindah?"
"Aku tidak bisa tidur denganmu sekarang, saat di rumah papa aku hanya menghargai perasaan orang tuaku." jawabnya.
"Lalu bagaimana dengan perasaanku, sekarang aku resmi menjadi istrimu meski kita menikah siri tapi itu resmi secara agama tidak ada larangan untuk tidur bersama."
"Kamu tau apa tentang pernikahan, ingat pernikahan kita hanya permainan yang tidak ku sengaja, setelah anak ini lahir aku akan menalakmu, aku ingin melanjutkan sekolahku menikah denganmu hanya menambah rumit masa depanku."
"Bukan hanya kamu yang kehilangan masa depan, tapi aku juga kehilangan masa depanku, aku ingin menjadi dokter namun impianku pupus di tengah jalan, aku tidak pernah menyalahkan siapa-siapa karna ini memang kesalahan kita berdua, sadarlah Dev tidak ada yang perlu disesali."
"Sudahlah aku tidak peduli padamu, aku menikahimu demi diriku sendiri agar aku diterima kembali sebagai anak mereka."
Suamiku pergi dari kamar kami, dia lebih memilih tidur di kamar yang berbeda. Begitu bencikah dia kepadaku? Jika bukan karna status istri mungkin aku sudah mengatakan aku menyesal pernah mengenalnya. Benar kata orang, hati-hati dalam bergaul sekalipun itu teman dekatmu sendiri karna terkadang teman yang paling dekatlah yang bisa membuatmu celaka.
Jika suka ceritanya tolong biasakan like dan favoritkan😊 sebagai tanda kalian menghargai karya author, asal kalian tau 1 like itu sangat berharga untuk kami para author, kami sangat berterima kasih untuk itu. Jadi tolong jangan pelit-pelit jempol🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
W.Willyandarin
Keren thor cerita nya 👍👍👍
Jangan lupa mampir di cerita saya yang berjudul cinta abdinegara di tunggu feedback nya 🤗🤗🤗
Terimakasih 🙏🙏🙏
2020-08-11
0
Novi Eka
bikin nyesek critamu thor
2020-07-09
1
Shafirah Shafirah
Hay....aku mampir Thor
2020-07-07
0