Devan membawa mie yang di seduh dengan air panas ke dalam kamar Nuri. Didapatinya sang istri tertidur di pagi hari dengan wajah terlihat kelelahan. Tampak jelas banyak penderitaan yang ditanggungnya sendiri. Devan masih tidak memahami kondisi Nuri, tapi dia juga berusaha untuk menyadari setiap kesalahannya dan ingin menerima pernikahan mereka.
Devan masih berdiri di sisi ranjang saling berhadapan dengan Nuri yang terlelap dalam tidurnya. Setelah cukup lama diam sambil menatap Nuri, Devan meletakkan mie yang dibawanya ke atas nakas agar kelak setelah bangun Nuri bisa langsung memakannya.
Setelah menaruh mie di atas nakas, Devan membungkukkan separuh tubuhnya sambil menarik selimut pelan-pelan menutupi tubuh Nuri dan menyalakan kipas angin agar Nuri tidak ke panasan.
Ibumu selalu bilang agar kau jangan pernah membenci diriku, tetapi hatiku begitu keras telah membuatku buta sehingga tidak bisa merasakan betapa kau dan ibumu sangat peduli kepadaku.
Apakah orang yang berwatak sepertiku pantas disebut seorang suami ataupun seorang ayah?
Beberapa saat Devan terhenyak menatap perut Nuri dan sesekali juga menatap wajahnya. Devan mulai gundah dengan tujuan hidupnya. Di satu sisi kenyataan sudah di depan mata bahwa dia telah menikah dan akan segera memiliki keluarga baru. Tetapi, di sisi lain Devan tetap tidak bisa memungkiri kalau dia belum siap menjadi seorang suami.
Devan pun buru-buru keluar dari kamar Nuri, lalu dia mengambil jaket serta kunci motornya dan tak lupa juga mengambil box bening terbuat dari kaca berukuran kecil. Matahari mulai terik, panasnya semakin menyengat membuat Devan dengan tergesa-gesa melajukan kendaraannya dan tiba-tiba berhenti di depan sebuah toko perhiasan.
Devan bergegas masuk ke dalam dan langsung mengunjukkan box yang di bawanya ke karyawan toko perhiasan.
"Kalungnya sama sekali belum terpakai saya mohon jangan potong harganya, saya sangat memerlukan uang istri saya sedang hamil dan kami memelurkan uang untuk bersalin, Nona." ucap Devan.
Maaf Nuri, aku harus menjual namamu untuk menjual perhiasan ini.
"Baiklah dek, kami tidak akan mengambil untung banyak, hanya 5% bagaimana apa adek setuju?"
"Iya baiklah Nona tidak apa-apa." pasrah Devan dengan sedikit lega.
Devan mendapatkan uang dari hasil menjual perhiasan yang sebenarnya kemarin akan dia hadiahkan untuk Keysa. Devan mulai merasa hidupnya sendiri lebih penting dibanding dengan Keysa, untuk apa dia membelikan kalung mahal sementara Keysa anak orang kaya yang bisa membeli segalanya.
Saat bangun dari tidurnya, Nuri baru sadar ternyata hari sudah sore dan dia belum menyiapkan apa-apa untuk makan malam, pekerjaan rumah juga belum ada yang beres. Nuri merasa sangat kelelahan melewati hari-harinya selama menikah dengan Devan, tidur tak nyenyak, selera makan berkurang, dari pagi sampai sore hanya bekerja sendirian sementara suaminya tidak pernah menghargai kerja kerasnya.
Nuri mendengus kesal mendapati dapur berantakkan dan harus mengemaskannya sendirian, sementara dia tidak tahu kemana Devan pergi sekarang. Dengan rasa kesal dan geram Nuri menjalankan aktivitasnya membersihkan rumah dan halaman depan.
"Assalamualaikum, Neng Nuri." sapa seorang ibu paruh payah yang melewati pekarangan rumahnya.
"Wa'alaikum salam." Nuri tersenyum ke arah ibu itu. Ibu itu melambaikan tangannya, Nuri segera menghampirinya.
"Neng, saya ada sedikit rezeki anak saya baru pulang dari umroh jadi kami membuat syukuran di rumah, saya tidak tahu kalau di komplek sini ada orang baru jadi saya tidak mengundang kalian maaf ya neng, tapi untungnya tetangga memberitahu saya jadi setelah acara selesai saya buru-buru kemari untuk mengantar ini ke rumah neng." jelas ibu itu panjang lebar.
"Terima kasih bu, saya senang sekali masih banyak orang yang baik sama kami meski pun kami orang baru di sini." ucap Nuri sambil tersenyum menerima pemberian ibu itu.
"Semoga kalian betah ya neng tinggal di sini, kapan-kapan main ke rumah neng kebetulan anak saya cuma 1 anak tunggal, saya merasa kesepian semenjak dia mulai bekerja, neng maukan temani saya di rumah?"
"Boleh saja bibi asalkan saya mendapat izin dari suami dulu." kata Nuri.
"Jadi neng sudah punya suami?" tanya ibu itu kaget melihat Nuri yang masih sangat muda ternyata sudah menikah.
"Begitulah bi, kami menikah di usia muda dan sekarang orang tua kami menghukum kami karna kecewa." ungkap Nuri mulai larut dalam kesedihan.
"Tidak masalah neng orang tua kecewa itu wajar, sudah neng jangan sedih lagi. Masih ada suami eneng yang mendapingimu neng, saat seorang wanita menikah mereka akan meninggalkan orang tuanya dan suami mereka akan menjaga serta menopang mereka, jika neng sedih neng datang saja ke rumah saya neng datang siang saja agar tidak bertemu anak lelaki saya."
Sesaat Nuri diam mengingat perlakuan Devan yang selalu kasar. Semua istri pasti ingin suami yang mau peduli dan menjadi penopangnya tetapi tidak dengan sauminya, Devan sangat egois dan kasar membuat Nuri semakin sakit jika mendengar orang lain memuji suaminya.
"Tapi saya malu bi, saya bukan orang yang suci sementara saya merasa keluarga bibi dari keluarga yang kuat agamanya." ucap Nuri setelah lama bungkam.
"Semua derajat kita sama di mata Allah, neng tidak boleh merasa minder lagipula manusia memang tempatnya dosa sekecil apapun kita melakukan kesalahan kita tetap berdosa, agar dosa kita berkurang maka cepat-cepatlah meminta ampunan kepada Allah Yang Maha Esa." ujar ibu berhati baik itu.
Nuri mengangguk menyetujui dan ibu itu tersenyum setelah itu mereka kembali ke kediaman masing-masing. Nuri masuk ke dalam rumahnya untuk memanaskan makanan di oven.
Di sisi lain
"Alhamdulillah hari pertama kerja semuanya lancar sama sekali tidak melelahkan." Devan baru saja keluar dari toko potocopy, dia sudah mulai bekerja di toko tersebut.
"Sebaiknya aku membeli sesuatu agar Nuri senang, pasti sekarang dia mencemaskanku." ucap Devan sambil menuju tempat parkir.
Devan mulai membuka jalan pikirnya untuk menjadi laki-laki yang bertanggungjawab, bagaimana dia telah menodai kesucian Nuri kini dia berusaha untuk bertanggungjawab sepenuhnya.
Devan mampir ke cafe tempat biasa dia dan teman-temannya untuk membeli makanan karna Devan tahu Nuri tidak bisa masak dengan tabung gas kosong.
Sambil menunggu pesanan, Keysa juga datang ke cafe tersebut dan dengan posesifnya Keysa melingkarkan tangannya ke perut Devan. Devan sedikit terkejut sambil berusaha melihat ke belakang saat merasakan ada yang memeluknya dari belakang.
"Keysa?" Devan terkejut refleks melepaskan tangab Keysa yang melingkar di tubuhnya membuat gadis itu mendengus kesal sambil menghentakkan sebelah kakinya saat Devan menolak pelukkannya.
"Apa yang kau lakukan padaku? banyak orang yang melihat di sini." tegur Devan dengan nada pelan yang hanya terdengar oleh Keysa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
si amie geulis📴🆓
ttep semangat ya tor💪💪,lanjut..aku suka karya mu👍👍
2020-06-20
2
Suhartini Tini
lanjuutt
2020-06-19
1
Nanda Silvya Nur Annisa
jngn smpe nnti di foto atau istri nya liat trus salah paham.. alur nya jngn keliatan klw novel kak hehhehe.. bikin mereka baikan berjuang bareng bareng untuk pernikahan
2020-06-19
5