UNTUK PERPINDAHAN TEMPAT AKU JARANG NGASIH #### LAGI MAKA DARI ITU KALIAN HARUS TELITI BACA NARASINYA 💜
ABSEN DULU KUY💜
.
.
.
.
.
.
.
Raka Dirgantara cukup disegani dikalangan warga UNIV. TB, selain karena keaktifannya mengikuti setiap kegiatan yang diadakan, dia juga humble pada semua orang kecuali beberapa yang nekad mengganggu dan masuk ke jalur hidupnya. Dia seorang mahasiswa semester enam dengan prodi manajemen bisnis, walau Raka tidak begitu meminati karena setelah lulus harus berhadapan dengan dokumen-dokumen penting, dikarenakan dia adalah anak satu-satunya di keluarga Dirgantara maka-mau-tidak-mau Raka harus mengikuti keinginan sang papa.
Cowok itu tampak santai berjalan seraya bersiul, sesekali tersenyum ramah pada beberapa warga kampus yang menyapanya hangat. Pesona seorang Raka Dirgantara terlalu kuat dan terlalu mustahil untuk ditolak, tetapi sayang beribu sayang hati cowok itu sudah berlabuh pada perempuan bernama Agatha Queenera.
"Ulat bulu, berhenti lo!"
Raka tetap berjalan tidak memedulikan teriakan Morgan yang kian menggelegar di belakangnya. Beberapa warga kampus pun serentak menutup telinga saat teriakan Morgan menusuk indra pendengaran mereka.
"Raka Dirgantara!" Morgan geram. Sebelah tangannya bertumpu pada pundak Raka saat berhasil digapai, Raka yang tengil langsung menepis kasar tangan Morgan hingga nyaris cowok itu jatuh kejengkang.
"Lo dari mana aja kemarin, hah?" Morgan menarik napas dalam lalu menghembuskan. Rambut jambulnya semakin ditata seapik mungkin agar karismanya tidak berkurang.
"Dimana-mana aja," jawab Raka nampak cuek.
"Serah lu pe'a, yang penting lo nggak gila kayak kemarin-kemarin," sungut Morgan. Raka menghentikan langkah, hingga refleks Morgan juga ikut berhenti. "Kenapa?" tanyanya tidak paham, satu alis Morgan terangkat.
"Mor."
"Paling gue 'Gan', bukan 'Mor'!"
"Ya udah. Eh, Gan." Raka diam sejenak, mengumpulkan keping-keping kejadian lima hari yang lalu. "Pas gue mabuk, gue pergi sendiri atau gimana?" tanyanya was-was.
"Sendiri," jawab Morgan. Keningnya mengerut saat Raka memicingkan mata pertanda curiga. Morgan menelan ludah gugup. "Kenapa?" tanyanya.
Raka menghela napas berat. "Kenapa lo atau Gino nggak anterin gue balik ke apartemen!" sentaknya. Sekarang hati Raka mulai bimbang atas ucapan Nayla, memikirkan itu benar saja sudah membuat kepalanya berdenyut. Apalagi saat mengingat tatapan mata Nayla saat mengatakan kalimat terakhirnya. Cewek itu berjanji menghancurkan hubungannya dengan Agatha dengan tangan sendiri.
"HUBUNGAN LO AKAN HANCUR INGAT ITU, GUE NAYLA KAYANA YANG AKAN MENJADI PENYEBAB-NYA!"
Bagaimana jika sebenarnya Raka-lah yang salah masuk kamar? Bukan cewek itu yang datang ke apartemennya dan memindahkannya untuk kelancaran rencana. Kepala Raka mulai sakit, menggeleng pelan dan pergi begitu saja dari hadapan Morgan.
"Nggak guna punya temen!" makinya sarkas.
"Innalilahi, mati lo, Ka! Mati!" Morgan mengelus-elus dada dramatis.
Morgan Kaili. Cowok berwajah tampan namun lebih sering disebut manis, berkulit putih bersih dengan wajah halus nyaris tanpa jerawat. Morgan salah satu mahasiswa yang digandrungi cewek-cewek dikarenakan wajahnya yang mirip dengan aktor-aktor Korea.
"Raka ...! Woy, Sayang, Cinta, berhenti dong." Morgan membuntuti Raka dari belakang, memegang pundak cowok itu tapi langsung ditepis kasar. "Salah gue apa, sih?" tanyanya jengah.
Raka tetap melanjutkan langkah, berbelok masuk ke dalam kelas dan langsung duduk di kursi belakang. Morgan mengikuti, merasa ada yang tidak beres dengan teman laknatnya.
"Ngambekan lo Rak, nggak jelas kayak cewek pms," ujar Morgan sembari duduk di kursinya sendiri. Raka tidak menjawab, dia mengeluarkan ponsel dari saku dan mulai sibuk mengabaikan Morgan yang sedari tadi mengoceh bertanya ada apa. "Gino aja nggak pernah marah pas ditinggal pulang sendiri ke apartemen!"
"Gino tinggal di rumah, bukan apartemen!" Morgan tersenyum merekah atas jawaban Raka. Selalu saja jika menyangkut soal Gino Sigra Pribawa dia selalu tak mau kalah, seorang Gino seperti ancaman untuk Raka namun anehnya mereka berteman dekat. "Tuh si ulat bulu kemana? Terlambat?"
"Palingan ke perpustakaan," jawab Morgan. Detik berikutnya suara langkah kaki terdengar, Gino dengan wajah tanpa riak ekspresi langsung duduk dan membuka kamus-- kembali membaca. Morgan berdecak. "Otak lo kapasitasnya berapa, sih? Heran gue 'kok, nggak penuh-penuh?"
"Di upgrade kali." Raka menyahut asal. Cowok paling malas di kelas itu melipat tangan dan menumpukan wajah di sana. "Lo berdua nggak guna jadi temen, biarin gue pulang sendiri ke apartemen, kalo gue tersesat gimana?"
"Emang lo tersesat?" tanya Gino sok peduli. Tatapannya masih fokus pada kamus, kacamata baca membingkai wajah tegasnya tanpa sedikitpun merosot turun.
"Enggak sih," kayaknya! Jawab Raka.
"Kalo tersesat masuk kamar ciwi 'sih, nggak papa." Morgan tersenyum geli. Raka bergidik tidak peduli dan memejamkan mata lelah, bohong jika ucapan Nayla tidak membekas di hati dan pikirannya. Morgan melirik Gino semangat. "Entar UTS bagi yah?" godanya penuh sesat.
"Nggak!" ketus Gino.
"Dikit."
"Nggak!"
"Dikit aja yang penting ada!"
"Belajar sana!"
"Pelit!"
"Bukan pelit!" Gino menutup kamus dengan keras hingga terdengar debumam yang nyaris membuat Morgan terjengkang dari kursinya. Gino melirik Morgan dengan iris hitam tajamnya. "Hanya saja manusia malas kayak lo dikasih satu minta sepuluh!"
"Gue tersinggung," sahut Raka dengan suara paraunya. Sambil menguap Raka mengangkat wajah menatap teman-temannya satu persatu. "Kalian ribut cuma karena mau UTS?"
Morgan mengangguk-angguk saja. Gino kembali pada kegiatannya tanpa memedulikan pertanyaan Raka. Raka mencibir pelan, selalu saja sosok Gino Sigra Pribawa bersikap sinis padanya walau tidak melakukan apapun. Kadangkala Raka heran, dirinya sudah berusaha baik dan bersikap se-friendly mungkin pada Gino, tetapi tetap saja pada dasarnya mereka selalu saja tidak cocok.
"Gino." Raka menatap Gino serius tak lupa merebut buku cowok itu dan membuangnya ke sembarang arah, Gino melotot tidak terima lalu ikut berdiri menatap Raka marah. "Kalo gue ada salah, gue nggak mau minta maaf." Raka berkaca sebelah pinggang, dagunya terangkat angkuh pada sosok yang sama tinggi dengannya.
"Gue menang tinggi satu senti," Gino terkekeh meremehkan. Tingginya dan Raka memang berbeda satu senti yang mana dia tahu saat Raka iseng-iseng mengukur tinggi di infimary dan dirinya tak sengaja lewat. Gino menyenggol bahu Raka dan memungut kamus bahasa Jepang yang sempat Raka buang.
"Sensi banget." Raka kembali duduk di tempatnya. Morgan geleng-geleng kepala melihat interaksi kedua temannya yang anti mainstream. Dari tatapan Raka untuk Gino biasa-biasa saja, wajah Raka mau didesain bagaimana pun tetap angkuh, tetapi tidak dengan Gino yang benar-benar 'dengki' pada Raka anehnya mereka berteman sejak ospek.
"Kalian aneh," komentar Morgan.
"Aneh kenapa?" tanya Raka.
"Kalian berantem terus, kagak capek?" Morgan merasa dirinyalah yang paling waras kembali berkomentar.
"Lo gila terus, nggak capek?"
"Mati aja lo ulat bulu!" Morgan mengumpat kesal.
Di tempat lain, tepatnya di universitas tetangga TB. Dua cewek sedang berdiri saling berdampingan di ruangan rektor. Saling melirik dan bertanya ada apa hanya lewat tatapan mata masing-masing. Mereka ialah Nayla dan Viola, yang sejak pagi dipanggil dan diminta datang ke ruangan ini sesegera mungkin.
.
.
.
.
.
.
.
LIKE DULU SEBELUM GULIR💜
SALAM DARIKU,
SYUGERR
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Siti Muhlihah
hadirrrrr kak syugerrrr
2020-07-22
1
Dtha
hadirrrrr🍭
2020-07-15
2
♡⃝🕊𝘿𝙃𝙀~aNNa✬͜͡࿐
selalu hadir
2020-07-04
1