LIABILITY; 16

Netra abu yang sedikit sipit, mimik wajah sulit ditebak dan agak dingin persis cowok-cowok yang disukai kaum hawa di dunia pernovelan. Sedangkan Raka, tengik, jelek, bloon, pokoknya yang buruk-buruk ada semua pada Raka. Menurut Nayla. Tetapi, anehnya dia menjadi salah satu cowok terpopuler di kampus ini, lebih-lebih sikap posesifnya pada sang do'i. Katanya.

"Raka!" Seruan dari arah selatan sedikit mengambil fokus Nayla. Cewek berpakaian serba 'mahal' berjalan ke arah Raka dengan lagaknya yang anggun dan elegan. Nayla refleks melakukan gerakan muntah, tidak peduli pada mahasiswa yang melihat aneh padanya. "Mau ke kantin bareng? Atau kemanapun yang kamu mau? Aku bisa menemani," ujarnya lagi.

Satu kali lagi cewek itu berbicara, bisa-bisa Nayla muntah beneran. Mendelik kesal karena kecentilan si cewek yang mempermalukan kaum perempuan saja, Nayla memfokuskan tatapannya pada mimik wajah Raka yang santai, tidak terusik sama sekali.

"Ajak Morgan sana, dia di kelas lagi godain cewek bobrok." Raka tertawa kecil setelahnya. Nayla diam untuk mencerna baik-baik ucapan Raka, siapa yang cowok itu maksud? Lagipula wajah Nayla juga tidak buruk rupa, tidak terlalu cantik memang, tetapi manis alhamdulillah sudah menjadi poin penting. Raka mengibas-ngibaskan tangan mengusir si cewek. "Pergi sana, sama Morgan aja gue udah sold out."

"Kayak barang keep-pan lo, Rak," timpal Gino, memperbaiki kacamata baca walau sama sekali tidak melorot. Salah lirikan dia melihat Nayla yang berdiam kikuk, melambaikan tangan pada cewek itu membuat Nayla menunjuk diri sendiri. "Iya, elo Nay," ujar Gino dengan suara yang lumayan keras.

Nayla menelan ludah. Tetapi, masih sempat melempar tatapan sengit pada Raka. Nayla berhenti di depan Gino, tidak menunduk walau cukup terkejut, Nayla tidak sebodoh itu untuk takut apalagi bertingkah bodoh dengan menunduk seperti mahasiswa lain yang tidak sengaja berpapasan dengan kedua cowok itu. 

"Punten, lo ngapain ngikutin kita?" Bukan Gino yang berbicara melainkan Raka. "Oh iya, Rose. Lo jalan sama cewek ini kayaknya cocok deh." Raka menggeser posisi berdiri Rose lebih dekat dengan Nayla.

"Kenapa 'sih, Raka? Aku ada salah, lagian 'nih, cewek siapa 'sih, aku nggak kenal."

"Emang nggak kenal," sahut Nayla malas. Malas mendengar celotehan cewek serba mewah di sampingnya, Nayla memilih menatap Gino yang telah memanggilnya kesini. "Untuk apa lo manggil gue?" tanyanya sedikit nyolot.

"Temenin gue ke perpustakaan bisa? Ada yang mau gue bahas mengenai materi tadi, katanya lo punya otak yang cukup cerdas," tutur Gino. Wajahnya tenang, suaranya serak enak didengar oleh kaum hawa. Dunia halu Nayla meronta-ronta karena suara Gino. Mana tadi Nayla tidak sengaja menatap ke arah leher cowok itu lagi, melihat jakunnya bergerak-gerak saat berbicara tadi. Nayla menelan ludah.

"Nggak bisa, gue sibuk," jawab Nayla, sedikit salah tingkah. Melirik Raka yang sedang debat dengan Rose, sepertinya kedua kaum manusia itu sudah cukup saling kenal. "Raka, lo punya mulut di saring dulu bisa? Enteng banget lo kalo ngomong." Menunjuk wajah tengil Raka yang bergidik tidak peduli. Kali ini Nayla menatap Rose. "Gue saranin sama lo, selama masih 'bersih' jauh-jauh dari Raka sebelum di 'kotorin'!" tekannya di setiap kata.

"Siapa lo larang-larang gue, and bahasa lo ketinggian untuk modelan kayak lo." Rose meringis jijik, mengibaskan rambut membuat Raka ingin menebas cewek itu. "Jangan banyak ikut campur urusan orang, kayak lo udah bener aja," lanjutnya terkekeh sinis.

"Bahasanya nggak ketinggian, tapi otak lo yang limit," sembur Viola, tiba-tiba datang bersama Morgan. Dia berdiri di samping Nayla, namun matanya terfokus pada Rose. "Nggak ikut campur aja lo udah nggak bener, apalagi enggak!" sembur Viola lagi.

"Lo berdua berani banget sama gue." Rose maju selangkah, tingginya yang berlebihan ditambah heels berujung lancip semakin membuat Nayla minder jika berhadapan dengannya. Nayla tidak ingin dipandang rendah, namun dari segi tinggi saja dia sudah kelihatan rendah. Rose menunduk. "Pasti lo mahasiswa barang itu, kan? Hari ini baru masuk udah belagu, gimana nanti? Univ lo dungu bener salah milih barang buat dikirim, malu-maluin aja," tukasnya terkekeh sinis.

"Elo!" Viola mengepalkan tangan ingin maju, namun Nayla menahan Viola dengan menarik kedua bahu cewek itu ke belakang. "Mendidih gue di sini, cabut yuk!" Viola ingin beranjak pergi. Melirik Morgan yang berdiri diam di sampingnya, cewek itu berbisik gemas. "Gan, ajak si Gino cabut 'yah, kita ke kantin, laper nih gue."

"Siap!" seru Morgan, Viola terkikik geli dibuatnya sebelum beranjak. Morgan mendekati Gino dan merangkul temannya itu dengan sangat akrab dan dipaksa ikut ke kantin walau berulangkali Gino menolak untuk ke perpustakaan saja.

"Gue mihak Rose dulu kalo gini," ujar Raka. Nayla mendelik kesal. Rose tersenyum bangga, senang karena Raka memihaknya. "Gue mihak siapa yang menang," lanjutnya lagi.

"RAKA ....!!"

Teriakan dari jarak dua puluh meter jauhnya menarik perhatian mereka. Netra Raka berbinar, Nayla bisa melihat dengan jelas pancaran iris hitam itu. Rose sendiri mendengus, Agatha berjalan ke arah mereka dengan anggun yang benar-benar natural.

"Nggak jadi mihak gue, udah ada Agatha my love." Raka terkikik geli, tersenyum manis pada Agatha yang berjalan semakin dekat.

"Alay, bucin, menuh-menuhin bumi aja," cibir Nayla. Kali ini Nayla menatap Rose. "Pergi sana," usirnya.

"Emang lo siapa ngusir-ngusir gue?" Rose kembali nyolot. Melotot galak namun tak dihiraukan. Dia berdehem pelan saat Agatha berjalan di belakangnya. "Eh, udah ada cewek bau menyan," sinisnya lalu melenggang pergi.

Nayla bergidik tidak peduli. Rose ini sangat cantik, ditambah pakaikan mahal, dan berbagai aksesoris mahal yang menempel di tubuhnya, membuat auranya menguar sampai ke sudut-sudut. Nayla saja yang sering tidak peduli dengan penampilan sedikit insecure dekat dengan Rose. Jikalau dibandingkan dengan Viola ... ya, jelas Viola yang juara, apalagi di plus-in dengan otak cerdas, kurang apalagi?

"Kapan lo minggat?"

"Kapan-kapan aja," balas Nayla malas. Iris coklat layunya meneliti penampilan Agatha, cantik, berkulit putih pucat jelmaan porselen berjalan, berambut ombre biru, dan terakhir netra amber cewek itu yang menyorot polos. "Lo yang namanya Agatha?"

Agatha mengangguk. Melihat netra coklat Nayla yang sedikit memicing pertanda bahwa bahaya akan tiba, Raka mengeluarkan coklat dari dalam tasnya.

"Asal lo tau cowok lo ini ud--mptth."

"Ayo Agatha, nggak usah didengerin omongin cewek ini. Dia nggak waras." Raka menggenggam tangan Agatha dan menarik pacarnya itu untuk pergi secepat mungkin. Sebelum Nayla menelan bulat-bulat coklat yang Raka gunakan untuk menyumpel mulutnya.

"Tapi ... dia mau ngomong gitu." Agatha menoleh ke belakang, Raka menarik kepala cewek itu untuk mendekat padanya. Tidak diberi kesempatan untuk menoleh lagi.

.

.

.

.

ADA YANG SUKA GINO?

ADA YANG SUKA MORGAN?

SALAM DARIKU,

SYUGERR

Terpopuler

Comments

Nida Asfia

Nida Asfia

smangat nayla..

2021-01-27

0

Hartati Thea

Hartati Thea

aku sukanya sm pak dosen thor 😀

2020-12-02

0

Arni Yuniarni

Arni Yuniarni

morgan dong ka syuger...

2020-11-22

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!