LIABILITIY; 7

ABSEN DULUUUU GUYS💜

.

.

.

.

.

.

.

Kepala seorang cowok dengan kacamata hitam menyembul melewati pintu. Berdecak. "Lo ngapain nangis di situ? Kurang kerjaan banget lo, heran gue. Mau narik perhatian siapa, sih?"

Nayla nyaris mengutuk diri sendiri karena selalu lupa mengunci pintu. Suara cowok yang tiba-tiba saja menganggu sesi nangisnya sangat dia kenal, membekas dan tersimpan di ruang tersendiri dalam hati bernamakan benci. Nayla membenci cowok itu, makanya dia berdiri dan berkacak tak lupa meraih kemoceng untuk berjaga-jaga jika sampai cowok tak waras ini kembali melakukan hal yang tidak senonoh.

"Hey, cewek. Habis nangis, yah?" Dia bertanya retoris. Nayla semakin memelototkan matanya hingga urat-urat di lehernya pun ikut menonjol. "Malah melotot, minggir gue mau masuk!" Cowok itu menggeser posisi tubuh Nayla dengan satu kali pergerakan.

"Mau ngapain lagi lo masuk apartemen gue? Mau 'diskidipapap' gue lagi?" tanyanya frontal. Cowok itu menulikan pendengaran dan semakin melangkah masuk hingga sampai di kamar Nayla. "WOY! SETAAAN." Nayla tak mampu lagi menahan mulutnya agar tidak mengumpat. Mulut berpendidikannya yang hanya akan mengucap materi dan hal-hal yang berkelas lainnya kini ternodai karena kelakuan cowok yang sama sekali tidak dikenalnya.

"Di kamar lo ada setan?" Cowok berkaos maroon itu bertanya dungu sambil membalikkan bantal di sisi ranjang dengan brutal. "Lo melihara se ... AW ... AW ... ngapain lo jewer gue 'sih, emang gue ada salah?"

Pake segala ditanya!

Nayla menjewer semakin keras, tidak puas hanya dengan menjewer dia langsung memelintir kuping cowok itu hingga berputar dan benar-benar merah padam. "Pas pembagian otak di janin emak lo kayaknya lo nggak kebagian deh, terbukti banget lo kagak ada otak!" makinya berapi-api.

"Tau banget, lo ngintip, yah? AW ... kuping gue putus Cewek!" Suaranya kian melengking saat Nayla semakin memelintir tak punya perasaan. Cowok berkaos maroon yang dungunya sampai membuat Nayla gemas ini, benar-benar tidak bisa dipercaya jika dia juga yang merenggut kehormatannya sebagai seorang gadis. "Mau lo apa? Kita damai?" Jarinya terangkat membentuk huruf peace.

Nayla memicingkan mata. "Bener?" selidiknya penuh curiga. Cowok itu mengangguk, Nayla mendesis dan melepas pelintirannya. Nayla tertawa kecil saat cowok itu mengaduh dan misuh-misuh seraya mengusap kupingnya. "Lo udah nyentuh gue, kalo gue hamil gimana? Tanggung jawab, yah," ujarnya mulai tenang.

Cowok itu membungkukkan tubuhnya, mengambil sebuah benda yang terdorong masuk ke kolong ranjang. Senyumannya melebar, sebuah benda mahal berwarna hitam di tangannya dibalik-balikkan dan dibersihkan agar debu yang menempel segera enyah. "Dapet nih handphone gue, thanks 'yah, gue pergi dulu."

Nayla berkedip dua kali. Mulutnya terbuka nyaris menganga, cowok itu kembali melangkah pergi hingga tarikan di kerah baju membuatnya berhenti. Mata Nayla melotot garang. "Siapa nama lo?"

"Kepo," sahutnya lempeng. Detik berikutnya dia mengaduh karena Nayla menampar pipinya hingga terlempar ke samping. "Lo nampar gue?" tanyanya kurang paham.

"Menurut lo?"

"Lo nampar gue!”

"Pake segala ditanya, kenapa? Mau lebih?"

Kening cowok itu mengeryit, detik berikutnya terkekeh geli dan mengulum senyum. "Mau lebih? Otak lo mesum juga terya--AWW." Kali ini Nayla menarik rambut cowok itu hingga rontok beberapa helai. Dia meringis, saat Nayla mengepalkan tangan siap menghajarnya. Cowok itu mundur selangkah. "Gue kesini cuma mau ngambil handphone gue, nggak aneh-aneh, kok," ujarnya membela diri.

Nayla semakin melotot, diangkatnya kepalan tangan kanan dan ditiup berulang kali ingin menakut-nakuti. "Tanggung jawab 'yah, baru 'deh, gue lepasin!” Nayla memberi penawaran mutlak. Kaki jenjangnya kian melangkah semakin dekat ingin mempertipis jarak dengan cowok berkaos maroon itu. Anehnya si cowok hanya diam, bibir tipis miliknya bergerak-gerak aneh berbicara tidak jelas --- mengejek.

Namanya Raka Dirgantara, ciri-cirinya; tidak terlalu putih, tinggi, tegap, memiliki iris hitam yang teduh dan kapan saja berubah beringas sebuas hewan. Hidup Raka teralu santai, masa depannya terjamin dan benar-benar cerah, otaknya tidak terlalu pintar juga tidak terlalu bodoh singkatnya, sedang-sedang saja. Seorang Raka Dirgantara, mempunyai satu cewek yang sangat amat dicintainya, dia adalah Agatha Queenera. Dan Raka sudah meng-klaim jika cewek itu ialah calon istrinya, yang kini masih berstatus pacar.

Seorang Nayla kayana bukan apa-apa jika dibandingkan dengan Agatha Queenera. Jika Raka umpakan, Agatha adalah berlian di tengah-tengah bongkahan batu dan Nayla hanyalah batu di tengah-tengah batu yang lainnya. Sudah tentu tak mendapat lirikan sama sekali. Raka mengelak saat tinju kecil cewek itu ingin mengenai wajahnya, sudut bibirnya terangkat mengulas senyum kecil saat pukulan kedua kepalan tangan milik Nayla dapat digenggam.

Nayla melotot semakin garang. "Lepasin tangan gue Cowok gila." Nayla histeris saat Raka hanya diam. Senyuman tipis yang diulasnya pun benar-benar mematikan, Nayla menelan ludah cemas dengan nasibnya sekarang. "Gue cuma minta pertanggungjawaban lo, apa itu salah?" lirihnya berubah lunak.

Raka melepas genggamannya, menyusutkan senyum tipis yang menghias wajahnya tampannya. Raka mulai tertarik dengan topik yang Nayla bahas, tentang dirinya yang melakukan 'hal' tidak wajar, bahkan untuk sekedar mencium Agatha saja tubuhnya sudah bergetar, apalagi pada cewek yang benar-benar tidak dikenal. Tetapi, dari raut wajah Nayla yang kian sendu, membuat Raka cukup tidak enak jika kembali berucap guyon. Kali ini sisi serius Raka terpasang, mendorong sisi tengilnya menjauh.

"Apa yang gue lakuin?" tanya Raka pada akhirnya.

Nayla duduk selonjoran di atas ubin, Raka memilih mundur dan bersandar pada lemari laci yang setinggi dengan pinggangnya. Nayla melirik cowok itu, entah kenapa jika dalam mode serius seperti itu ketampanan cowok berkaos maroon yang namanya masih menjadi misteri benar-benar memikat hati. Nayla menggeleng pelan, berusaha fokus pada topik pembahasan.

"Lo datang ke apartemen gue dalam keadaan mabuk dan nyebut-nyebut nama Agatha berulang kali. Lo nyium gua dua kali trus diskidipapap. Lo ngerti kan?" Nayla menoleh pada cowok itu, memicingkan mata penuh selidik saat tak mendapat respon sama sekali kecuali wajah datar. "Gue bicara sama tembok, bukan sama lo," ketusnya.

Raka mengangguk. "Lanjutin bicara sama temboknya, gue mau pulang." Raka memasukkan ponsel ke saku celana lalu bergegas pergi namun, Nayla menghadang dengan merentangkan tangan lebar-lebar. Kening Raka mengerut. "Cuma itu 'kan, yang mau lo omongin? Sekarang gue mau pulang ada urusan."

Nayla menggeleng. "Tanggung jawab, nikahin gue - nikahin," paksanya memohon. Netra coklat Nayla melebar, saat cowok berkaos maroon terkekeh sinis nampak tidak peduli. Apa dia sama sekali tak punya hati? Nayla bersikukuh tidak bergerak pada pijakannya walau didorong berulang kali.

"Gue punya Agatha, dia segalanya buat gue. Dan gue nggak mungkin nikahin lo yang nama lo aja gue nggak tau, dan satu lagi --- cewek kayak lo benar-benar bukan selera gue," pungkas Raka lalu mendorong sendikit keras hingga pinggang Nayla membentur meja.

.

.

.

.

.

.

SATU KATA BUAT NAYLA!

SATU KATA BUAT RAKA!

ENTAH KENAPA AKU NGERASA NGGAK ENAK SAMA DIRI AKU SENDIRI, NEKAD BENER BUAT CERITA YANG HARUS MAKE KATA-KATA JOROK😔

SALAM DARIKU,

SYUGERR

Terpopuler

Comments

Nacita

Nacita

anjritttt gue yg baca aja sakit hti d tolak kya gtu apa lgi s nayla 😂

2022-01-25

0

zulfa fii

zulfa fii

sabar buat nayla
BERENGSEK buat raka

2021-02-18

0

Nurfi Susiana

Nurfi Susiana

nayla harus kuat
raka ingat karma berlaku

2020-09-30

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!