FYI; AKU MENGUBAH POV 1 JADI POV 3. JANGAN TANYA KENAPA, JAWABANNYA NYAMAN AJA DAN LEBIH BEBAS PAKE POV 3.
EPISODE 1-4 PUN AKU REMAKE KE POV 3.
ABSEN DULU SIAPA YANG BACA?
.
.
.
.
.
.
.
Nayla menatap langit-langit kamar bernuansa putih dengan posisi telentang bahkan, kakinya masih terlapisi sepatu yang malas untuk dilepas. Padahal, Aldi sudah sering mewanti-wanti agar Nayla menjaga kebersihan seperti; Sebelum rebahan jangan lupa cuci muka dulu biar debu-debu di wajah kamu bisa ilang, ganti baju, dan yang paling penting buka sepatu kalo mau tidur--- katanya nyaris setiap hari.
Tadi Aldi mau mampir untuk memastikan keadaan Nayla namun, Nayla menolak terlalu keras sampai membanting pintu di depan Aldi. Pikirannya senewen, sepertinya tak lama lagi dia akan gila memikirkan cowok gila itu. Entah bagaimana caranya dia bisa bertemu dengan cowok itu lagi dan meminta pertanggungjawaban.
"Tapi ..., kalo gue maksa dia buat nikahin gue, itu artinya gue harus rela kehilangan pak Aldi." Nayla mengubah posisinya menjadi tengkurap. "Gue harus gimana? Gue nggak mau putus sama pak Aldi, gue benci liat mereka senang di atas penderitaan gue."
Yah, jika Nayla putus dari dosen tampan yang disukai cewek-cewek se-fakultas entah ada berapa ratus orang yang tersenyum dan tertawa di belakangnya
Seorang Nayla Kayana tidak mendapatkan jalan keluar. Dia benci itu. Dia benci saat tak mampu menemukan jalan keluar dari masalahnya, dimana dia terjebak dan hancur jika salah langkah. Dengan grasak-grusuk Nayla mengubah posisinya menjadi duduk dan meraih laptop di atas nakas sedikit malas.
Nayla menyalakan laptop putih miliknya lalu membuka file dengan judul; Mydocuments, tempatnya mencurahkan isi hati dan termasuk hobi--- menulis --- hanya dengan itu dia bisa membuat orang lain tahu bagaimana perasaannya saat ini.
Nayla bisa mengirim semua rasa sakit dan putus asa ini untuk karakter yang dia ciptakan. Nayla punya aplikasi menulis yang selalu digunakan untuk meng-update karya agar semua orang di luar sana tahu jika hidup di dunia novel bisa lebih kejam dari dunia nyata. Yah, Nayla-lah yang akan menjadi penulisnya.
"Kira-kira judul buat cerita baru gue apa, yah?" Nayla bertanya pada dirinya sendiri, sikut ditumpukan di atas paha agar bisa menopang wajah. Beberapa judul yang terlintas dan diketik asal dan dihapus dengan kesal sampai menimbulkan bunyi perpaduan antara jari dan keyboard.
"Theatrical, oke nggak, yah?" Nayla tiba-tiba saja ingin membuat sebuah cerita dengan judul arti 'sandiwara'. Namun, sepertinya potongan alur yang terlintas di otaknya terlalu nista makanya, dia memutuskan untuk menghapus lagi walau sudah sangat nyaman dengan judul itu.
Novelnya yang ketiga sedang di masa seru-serunya sebab, si pemeran utama masih belum menemukan jalan keluar dari konflik yang menyesatkan. Para pembaca pun sudah mulai gedek dan terang-terangan meminta happyending di setiap episode yang Nayla update. Itu hak mereka dan wajar-wajar saja, bagi Nayla mereka teman jauh yang menyenangkan. Oke fix, Nayla akan membuat cerita baru dengan judul 'Liability'.
"Liability, di cerita gue kali ini, gue mau nyeritain cowok sableng yang tiba-tiba aja masuk apartemen orang tanpa ijin dan ngelakuin hal-hal yang nggak wajar. Konfliknya si cowok mati ke tabrak kereta dan si cewek sukuran satu minggu ngajak warga sekompleks!"
Jari-jari Nayla mengetik dengan lincah, untuk tahap kedua barulah dia membaca ulang untuk meminimalisir tanda baca dan typo yang bertebaran. Di halaman ketiga tiba-tiba saja teleponnya berdering namun, dia enggan untuk mengecek karena sedang asyik menulis. Terus saja berdering, Nayla berdecih dan meraih benda pipih itu di atas bantal.
"Lama banget 'sih, angkatnya! Mati lo di sana?" Suara Viola bagai petir yang menyambar.
"Gue lagi nulis, Vio. Tumbenan lo nelpon gue." Nayla menutup laptopnya setelah men-save naskah baru itu. "Vio, lo nggak jelas tau nggak!"
"Tunggu bentar, adik gue manggil dari tadi .... Jangan nyulik uang jajan gue lo!"
Nayla mendelik mendengar kalimat 'jangan nyulik uang jajan gue', dia sangat yakin jika adik Viola yang bernama Rama sedang berulah di seberang sana dengan keji. Cowok yang sebentar lagi masuk ke bangku kuliah itu seringkali mencari masalah dengan Viola namun, dengan cara itu hubungan mereka sangat dekat hingga seringkali membuat Nayla iri.
"Kasih aja uang jajan lo buat Rama, lo 'kan, orang kaya."
"Gue udah kasih setengah, dia itu punya duit lebih banyak dari gue. Dia juga udah kerja di bengkel yang dia bangun sama teman-temannya, tapi tetap aja kesenengan malak gue!" Viola menggerutu kesal, aku tertawa kecil dan mengangguk walau Viola tak dapat melihatnya.
"Lo nelfon gue ada apa?"
"Gue mau beli kamus bahasa Jerman untuk Rama. Soalnya kamus yang dulu gue kasiin dia bakar!"
Bakar? Nayla tidak menyangka jika tahap keberanian seorang Rama setinggi itu sampai tak gentar membakar kamus bahasa Jerman yang dijadikan kado ulang tahun oleh Viola di umurnya yang menginjak 18 tahun.
"Pergi sendiri sana. Lo 'kan, musuh gue."
Terdengar decakan dari Viola "Ternyata gini cara lo memperlakuin musuh, nggak mau bantuin. Jahat lo!"
Ya, jelas lah.
"Di anterin Rama aja atau minta temen-temennya Rama sana!" Setelah mengatakan itu Nayla langsung mematikan sambungan secara sepihak. Nayla sangat yakin, jika Viola mencak-mencak di seberang sana dan kesal atas ucapannya. Viola itu sudah menganggap Nayla sebagai musuh tetapi, masih tak segan untuk mengajaknya bersama.
Lengket sekali.
Nayla melirik jam kecil di atas nakas yang sudah menunjukkan pukul tiga sore. Dia memutuskan untuk mandi setelah itu melaksanakan sholat ashar. Nayla meminta pada Tuhan untuk dipertemukan kembali dengan cowok itu agar bisa meminta pertanggungjawaban, dan juga diberi ketabahan hati untuk meminta putus dari Aldi yang entah kapan dapat dilakukannya.
Ting! Nayla melepas mukenah biru yang dikenakannya lalu mengecek ponsel di atas ranjang. Di lockscreen terlihat jelas nama Aldi yang terletak paling atas di antara nama yang lainnya. Tiba-tiba saja jemari Nayla gugup untuk men-klik chat dari Aldi, cowok yang enam tahun lebih tua darinya itu pasti sangat khawatir hingga semakin membuatnya tak rela untuk melepaskan.
Pak Aldi
Kamu keluar sekarang, Nay. Aku ada di depan apartemen kamu.
Nayla tidak menjawab. Dia langsung melempar ponsel ke atas ranjang dan duduk memeluk lutut di sisi nakas.
Di tempat lain, Aldi yang sepuluh menit berdiri di depan pintu apartemen tertutup mulai risau saat chat yang dikirim sudah dibaca namun, tak kunjung mendapat balasan. Di tangan kanannya ada kantong kresek putih berlogo salah satu nama toko, berisi eskrim dan beberapa kotak coklat untuk mengembalikan mood sang pacar yang katanya sedang sakit.
Me
Nay, kamu kenapa?
Aku khawatir.
Buka pintu apartemen kamu.
Atau aku buka secara paksa?
.
.
.
.
.
.
.
ADA SEDIKIT CURHAT, HIHI.
TERNYATA VIOLA KAKAK RAMA, SALAH SATU ANGGOTA DEMONIC INTI. NGGAK NYANGKA JUGA😂
DAN AKU UP 1 EPISODE!
KENAPA?
NGGAK SEIMBANG BANGET LIKE-NYA:( KALO LANGSUNG 2 EPS
SALAM DARIKU,
SYUGERR, NGGAK NGERTI DUNIA PERKULIAHAN CUMA MODAL NEKAD MOGA AJA NGGAK SALAH-SALAH 😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Dtha
hadirrrrrrr🍭
2020-07-15
2
@Alfira_Rahmah
hadir sampe sini
2020-06-24
2
Ghina Anjhani
setelah sekian purnama aku baru nonggol disini
2020-06-22
1