LIABILITY; 4

"Lo udah punya pacar?"

Pacar? Jika Nayla mengatakan bahwa telah memiliki pacar bahkan, dia sangat mencintai pacarnya sudah tentu cowok itu tidak akan bertanggungjawab. Nayla tidak mungkin membebankan hal ini pada pacarnya.

"Gue nggak punya."

Cowok itu memicingkan mata, menatap Nayla curiga. Satu alis tebalnya terangkat. "Ada apa?" tanya Nayla tidak mengerti dengan tingkahnya.

"Kemungkinan kecil 'sih, kalo lo punya pacar secara 'kan, lo kucel, trus pendek dan nggak cantik juga. Tapi, andai aja lo punya, lo bisa minta dia aja yang nikahin lo!"

Bangs4t!

Dia menjawab tenang lalu bergegas pergi namun, sebelum tangan kanannya meraih handle pintu Nayla lebih dulu mencekal. "Nama gue Nayla Kayana, gue emang miskin tapi nggak pantas dipermainin. Ingat baik-baik, sampai ke lubang semut pun gue bakal tetap ngejar lo buat minta pertanggungjawaban!" Nayla melepas cekalan tangannya.

Dia terkekeh remeh, sepertinya dia memang senang sekali meremehkan orang. "Terserah lo aja, gue pusing mau pulang!"

Cowok itu memutar handle pintu lalu menarik pintu agar terbuka sempurna tetapi, baru setengah tarikan dia kembali menatap Nayla. "Tulis berapun yang lo mau dan tutup mulut lo, gue nggak mau ada gosip. Dan oh 'yah, satu lagi gue masih perjaka, nggak sudi gue nyentuh-nyentuh lo!"

"Enyah!"

"Oke!"

Cowok itu benar-benar pergi. Nayla membuang napas lelah dan mulai melangkah ke kamar mandi, jam sepuluh ini dia ada kelas selama dua jam dan nyaris terlupakan karena mengurus cowok gila itu.

"Gue bersumpah nggak akan ngebiarin dia hidup tenang, gue bakal ngehantuin dia setiap langkah, membayanginya dan menggentayanginya!" tukas Nayla kesal di bawah guyuran shower.

Kini, Nayla sedang duduk di kelas, dosen yang mengajar pun tak dia perhatikan. Pikirannya terlalu berkelana, memikirkan cara untuk bertemu kembali dengan cowok itu. Nayla tidak tahu namanya, dan juga sepertinya dia tidak kuliah di sini.

"Nayla!"

Nayla tersentak saat Mrs. Grecia membentak. Nayla melirik seisi kelas yang juga menatapnya. M4mpus! Selamat, gara-gara memikirkan cowok gila itu Nayla mendapat masalah baru.

"Walaupun kamu mahasiswi pintar dan pacar dari Pak Aldi bukan berarti kamu bisa bertingkah seenaknya!"

Tahu kenapa dosen wanita ini marah pada Nayla? Karena seorang Grecia menyukai Aldiano Destura sosok dosen tampan dan perfeksionis. Makanya, dari sekian banyak dosen di fakultas ini hanya wanita namun, sayangnya masih gadis bernama 'Grecia'-lah yang membenci dan menaruh dendam pada Nayla Kayana.

"Maaf, Bu," jawab Nayla berusaha setenang mungkin. Dia juga salah 'sih, karena sempat melamun dan mengabaikan materi yang diterangkan.

Mrs. Grecia mengangguk, tapi tak lama setelah itu tersenyum menyesatkan. "Apa yang kamu tau tentang likuidasi?" tanyanya.

Likuidasi? Bukan sombong, tapi pertanyaan seperti itu bagaikan bacaan untukku sebelum tidur.

Nayla melempar senyuman tipis. "Pembubaran perusahaan sebagai badan hukum yang meliputi pembayaran kewajiban kepada para kreditor dan pembagian harta yang tersisa kepada para pemegang saham atau persero." Dia menghirup napas rakus setelahnya. 

Kelas management empat telah selesai. Teman-temannya sudah keluar dengan tas yang mereka gendong masing-masing. Nayla masih duduk termenung.

"Kemarin ada tetangga gue yang juga ngelamun seperti lo dan keesokannya dia mati!" Viola duduk di samping kanan Nayla. Nayla melirik sekilas dan mendengus. Viola ini sahabat rasa musuh, dia siangan Nayla di segala bidang. "Bagaimana kabar makalah? Sempurna, kan?

Makalah? Tas di atas meja langsung Nayla rogoh guna mencari makalah yang Viola inginkan. Pikirannya sudah tidak beres, dan lebih baik Viola saja yang melanjutkan. Nayla mengeluarkan beberapa kertas AVS dan satu flashdisk lalu menyodorkannya.

"Kerjain aja sana, nama filenya sesuai dengan judul."

"Tumben." Viola mengambil beberapa kertas dan flashdisk di tangan Nayla. Nayla mengangguk mengiyakan lalu kembali bertumpu meja. "Lari dari tanggung jawab, otak lo yang pintar itu sedang berlibur kemana sampai lo nggak bisa nyelesain ini aja? Oh, gue tahu, lo pasti bingung, kan? Dan merasa gue lebih pintar dari lo, lebih bisa diandalin. Iya, kan?"

Percaya diri sekaleee!

Nayla tidak membalas ucapan Viola, lebih memilih memasukkan dua buku ke dalam tas dan bergegas pergi. Viola terlihat kesal, Nayla tidak peduli. Dulu, Nayla sempat menawari Viola untuk bersahabat tanpa ada kata 'saing' namun, dia menolak alhasil Nayla tidak peduli lagi.

Ting! Ponsel Nayla berbunyi, dia melirik dan mengusung senyum pedih saat nama 'Pak Aldi' tertera jelas di sana. Setelah semua ini, pantaskah Nayla mempertahankan hubungannya dengan Aldi? Dia terlalu sempurna dan tidak pantas disandingkan dengan Nayla--- baik itu dulu, apalagi sekarang.

"Halo, Pak?" Nayla menggigit bibir bawah berusaha untuk menetralisir sesuatu 'aneh' di benaknya. Rasa bersalah menghantui, ingin rasanya Nayla loncat dari gedung dua puluh tingkat saja.

Kalau saja dia khilaf.

"Halo, Nay. Aku minta maaf tidak bisa menjemputmu, sekarang aku sedang berada di kafe depan kampus, kalau kamu mau, kamu bisa kesini."

Nayla menarik napas dalam-dalam dan menjauhkan ponsel itu dari wajah saat menghembuskan. Kembali mendekatkan ponsel ke telinga. "Maaf, Pak. Aku sedang tidak enak badan, mau langsung pulang aja," tolaknya tidak enak.

"Tidak enak badan? Dimana kamu sekarang kasih tau aku, aku akan menjemputmu."

"Tapi, sebentar lagi ada rapat dosen dan kamu juga sedang sibuk 'kan, sekarang? Tidak apa-apa aku bisa sendiri."

"Nay, aku akan mengantarmu, aku tidak ingin kamu kenapa-napa dan pekerjaanku sudah hampir selesai tinggal beberapa file laporan lagi yang belum aku periksa."

Hampir 'kan, berarti sama saja belum selesai.

Belum sempat Nayla kembali mengucapkan kalimat penolakan, Aldi lebih dulu mematikan sambungan. Beberapa detik kemudian ponsel Nayla kembali berdenting, dia mengecek dan mengusung senyum pedih saat membaca isi pesan itu.

Pak Aldi

Jangan kemana-mana, Sayang. Tetap di situ aku tidak ingin kamu kenapa-napa.

Nayla juga sedang malas berjalan. Bagian bawah tubuhnya terasa sangat sakit tetapi, dia tahan sebisa mungkin demi mengikuti dua jam kelas hari ini.

Duduk di pinggir koridor, tak lama Aldi datang dengan sedikit berlari ke arah Nayla. Dari raut wajahnya, Nayla bisa menangkap kekhawatiran dan kegelisahan.

"Kamu nggak apa-apa, kan?"

Nayla menggeleng lemah.

"Benarkah?" Dia menempelkan punggung tangan hangatnya pada kening Nayla --- mengecek suhu tubuh."

Rasanya ..., Nayla ingin menangis keras sekarang. "Aku ingin pulang," hatiku bisa lebur dilanda rasa bersalah jika terlalu lama bersama kamu! lanjutnya membatin.

Aldi mengangguk dan menggenggam tangan Nayla dengan hati-hati, tak lupa dengan senyum menawan di wajah tampannya. Nayla berjalan seraya menunduk, netranya sudah memerah karena perasaan nyeri yang sedari tadi dia tahan.

"Nay, kamu kenapa menunduk terus?" tanya Aldi seraya membukakan pintu mobil untuk Nayla.

Nayla menggeleng lalu masuk ke dalam mobil. Setelah itu, Aldi berlari-lari kecil memutari mobil dan duduk di jok kemudi.

"Ada masalah?"

Nayla menggeleng dan membuang muka ke arah jendela.

"Yang sakit apa tadi?"

"Kepala." Nayla menjawab singkat akibatnya, Aldi menghentikan mobil ditepi jalan padahal, belum mencapai gedung apartemen yang dituju. Nayla bingung, lantas menoleh menatap Aldi. "Kenapa berhenti? Aku mau pulang sekarang."

Aldi menghela napas berat. "Nay, kita udah pacaran selama satu tahun dan kamu masih tertutup seperti ini sama aku. Aku ada salah sama kamu? Coba cerita." Suaranya terdengar lembut, iris coklatnya yang hangat begitu teduh.

Nayla menangis mengingat kejadian semalam. Dia bingung dan bimbang, dia tidak ingin menyakiti Aldi terlalu lama, dia mencintainya, dia begitu egois sampai sempat menginginkan untuk merahasiakannya saja agar hubungannya dengan Aldi baik-baik saja.

"Pak, aku ... hiks." Aldi terkejut karena Nayla tiba-tiba menangis. Nayla menutup wajah dengan kedua telapak tangan, Aldi menarik kepala Nayla ke pelukan dan mengusap lembut rambut panjangnya yang terurai.

"Maaf aku memelukmu, tapi kenapa kamu menangis? Ada yang menyakitimu? Kasih tau aku, biar aku yang kasih dia pelajaran!"

Nayla menggeleng. "Kepalaku pusing, mau pulang."

.

.

.

.

.

.

.

SALAM DARIKU,

SYUGERR

Terpopuler

Comments

Maria Jechika

Maria Jechika

kasihan kamu nayla...

2021-09-29

0

🦋 Jihan Kim 🐝

🦋 Jihan Kim 🐝

ngomong aja kalee

2021-02-10

0

Dtha

Dtha

hadirrrrr🎡

2020-07-15

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!