FOR YOU INFORMATION; AKU UBAH DIALOG BAKU JADI NON-BAKU. LO KOK DI UBAH? AKU KAGAK NGERTI DIALOG BAKU, TERLALU KAKU DAN FEEL-NYA MENURUTKU KURANG DAPET. ADA YANG NGGAK SETUJU? YA UDAH DARI KALIAN.
KEMARIN SEMPAT MIKIR PAKE POV-3 KARENA SEMUA CERITA AKU MEMANG POV 3, TAPI KARENA PENGEN SESUATU YANG BEDA AKHIRNYA GUE BERTAHAN DI POV 1. JUJUR, PAKE POV 1 LEBIH SULIT DARI POV 3 MENURUT AKU.
DAN SATU LAGI, JUDULNYA YANG 'THEATRICAL' AKU UBAH JADI 'LIABILITY'. CERITA INI AKU BUAT KARENA ISENG, JADI KONSEP MASIH AMBURADUL.
ABSEN DULU YANG BACA SIAPA AJA?
UDAH ABSEN?
SELAMAT MEMBACA, JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK!
.
.
.
.
.
.
.
Nayla tidak pernah menyangka hal 'semengerikan' itu akan terjadi di dalam hidupnya. Hidupnya yang damai dan tentram, hidupnya yang penuh keseriusan dan hitam putih, kini bertambah semakin kelam saat 'sesuatu' yang telah dijaganya selama ini direnggut secara paksa. Apa yang harus dia lakukan setelah peristiwa mengerikan itu terjadi? Selain duduk dengan tubuh dibaluti selimut dan menangis terisak-isak.
Di sampingnya cowok gila yang sudah merenggut secara paksa kehormatannya tertidur dengan pulas. Dia seperti iblis yang memporak-porandakan hidup Nayla, dan mengirimkannya ke jurang api. Dia menghancurkan hidup Nayla. Dia Cowok gila dan Nayla sangat membencinya.
Setelah ini, apa yang harus Nayla lakukan? Mengurung diri dan melupakan kejadian semalam? Atau bersikap biasa-biasa saja menganggap hal 'mengerikan' itu tidak terjadi?
Nayla tidak bisa.
Dia mencengkeram erat rambutnya, menariknya dengan emosi yang menggelegak di dada. Karena kejadian semalam akan banyak hati yang terluka, hati orang tuanya yang memberi kepercayaan besar dengan mengijinkannya menempuh pendidikan di kota ini, dan juga hati pacarnya yang menemaninya selama satu tahun, sabar, dan selalu mengerti di setiap keadaannya
Kini ..., semua hati itu akan hancur karena ulah cowok gila itu! Dia melenguh, Nayla meliriknya sekilas dengan kilatan benci yang teramat. Tubuh bagian atasnya terlihat, atletis dan kotak-kotak, tetapi, sama sekali tak mampu menarik perhatian seorang Nayla Kayana. Karena di hatinya, dia tetaplah cowok gila.
"Gue dimana?"
Pengen gue getok palanya!
Nayla mendengar suaranya. Sepertinya, dia sudah bangun dari tidur panjangnya setelah semalam .... Nayla bahkan, tak sanggup untuk mengingatnya kembali.
"Di apartemen gue!" Nayla menjawab datar.
Cowok itu beringsut duduk dan terkejut mendapati tubuhnya yang polos. Nayla memalingkan wajah ke arah lain saat iris hitam cowok itu seakan ingin menusuknya dengan belati. Dia ..., terlihat sangat marah.
"Kenapa lo ngelakuin ini sama gue? Gue punya salah?" Suara Nayla terdengar bergetar, tidak dibuat-buat.
"Memangnya apa yang gue lakuin? Gue nyakitin lo, enggakan! dan kenapa gue bisa ada di sini?"
Mungkin, cowok itu sudah lengkap dengan pakaiannya, maka dari itu Nayla kembali menatapnya. "Lo merenggut 'hak' gue sebagai seorang cewek secara paksa, dan manggil-manggil dengan nama Agatha padahal, gue udah teriak-teriak ngasih tau lo, kalo nama gue sebenernya Nayla Kayana."
Cowok itu menggeleng frustasi. Dia tidak terima atas ucapan Nayla padahal, itu sebuah kebenaran. Nayla meliriknya marah. "Gue punya orang tua yang pasti akan sangat kecewa sama gue. Kalo tau anak gadis yang selama ini mereka bangga-banggain udah nggak suci lagi tanpa ikatan pernikahan."
"Gue nggak tahu yang lo ucapin benar atau nggak, yang jelas gue nggak ingat sama sekali." Suaranya menegas, dia menghirup udara kasar dan kembali duduk di pinggiran kasur. "Lo mau berapa? Gue akan bayar lo!" ujarnya tanpa beban.
B3rengsek!
Netra Nayla terbuka sempurna, harga dirinya hancur sehancurnya saat kata 'bayar' meluncur tanpa beban dari mulut cowok itu. Apa dia pikir Nayla seorang wanita murahan yang dapat diperlakukan seenaknya hanya karena segepok uang?
"Ingat 'yah, Cowok gila! Yang gue butuhin itu tanggung jawab lo bukan uang lo!"
"Dengan ngasih lo uang sama aja gue udah tanggung jawab!"
Ya Tuhan! Kenapa di dunia ini ada makhluk tak punya hati yang sama sekali tak berperikemanusiaan. Semua ucapan tenangnya menggores perasaan Nayla sebagai seorang perempuan. Nayla semakin menggulung selimut yang melilit tubuhnya agar tidak terlepas. Dia melirik Nayla sekilas --- hanya sekilas --- setelah itu kembali membuang muka.
"Semalam lo datang ke apartemen gue, manggil-manggil dengan nama Agatha. Apa lo sama sekali nggak ingat?" Nayla meninggikan suaranya, memaksa cowok itu mengerti bahwa yang korban adalah Nayla dan dia harus bertanggungjawab.
"Sama sekali enggak!" Dari suaranya dia terdengar sangat serius. Dari belakang, Nayla dapat melihat jika dia mengeluarkan dompet dari saku celana levis yang dikenakannya. Entah apa yang dia lakukan hingga selang beberapa detik dia menyimpan secarik kertas kecil di atas nakas. Nayla menatapnya murka, kertas kecil itu sebuah cek. "Lo bisa nulis berapapun yang lo mau namun, lupakan yang tlah terjadi, anggap aja kita nggak pernah ketemu dan selamanya akan begitu!"
"LO NGGAK TAU APA YANG GUE RASAIN SEBAGAI SEORANG PEREMPUAN?!!" Nayla berteriak, netranya kembali berkaca-kaca namun, tidak ada air di sana. Dia membalikkan badan, melirik Nayla rendah. "Hentikan tatapan rendah lo itu! Sebelum gue colok mata lo!"
Dia berkedip dua kali. "Bisa saja 'kan, semalam lo yang jebak gue, lo sebenarnya bukan gadis lagi hanya saja lo ngaku-ngaku. Cewek yang gue tidurin bukan cuman lo juga selama ini, dan nggak ada yang 'selebay' lo!"
Lebay? Dia mengatakan bahwa Nayla lebay sedangkan, Nayla hanya menagih dan meminta pertanggungjawabannya sebagai perempuan yang telah dia rusak. Nayla berdiri, tentu saja dengan tubuh yang dililit selimut. Tatapan murka masih setia dilayangkan. "Dengar gue baik-baik! Hidup lo nggak akan tenang sebelum lo bertanggungjawab atas kelakuan yang telah lo lakuin. Lo harus nikahin gue dan persetan dengan caranya!" tegasnya murka.
Mereka beradu pandang, menyalurkan emosi masing-masing. Dari raut wajahnya Nayla bisa menebak, jika ucapkan kembali memancing emosi cowok itu. Semalam Nayla sempat berpikir dia cowok baik, tapi sekarang tidak lagi --- karena yang sebenarnya dia tidak lebih dari cowok br3ngsek yang gila.
"Siapa yang nyuruh lo?"
Nayla mengerutkan kening. "Apa maksud lo?"
"Pasti ada yang nyuruh lo 'kan, buat jebak gue, dibayar berapa lo sama dia? Kasih tau gue biar gue lipat gandain!"
Nayla maju selangkah, menatap menulusuk iris hitam cowok itu, telunjuknya teracung tepat di depan wajah, cowok itu melirik telunjuk Nayla sekilas sebelum membalas tatapannya. "Gue emang berasal dari kampung, dari keluarga yang nggak punya, seandainya aja gue nggak dapat beasiswa mungkin sampai kapanpun gue nggak akan pernah bisa ke kota ini!" Nayla sengaja menekan setiap kata dalam kalimatnya.
Menurunkan jari telunjuk, Nayla membuang muka ke arah lain. "Karena gue berasal dari kalangan bawah, bukan berarti lo boleh memperlakukan dan menghina gue seperti itu!" Tanpa Nayla sadari air matanya kembali jatuh, dia menyekanya dengan kasar sebab, tidak ingin terlihat lemah. Menangis akan semakin merendahkan harga dirinya.
Cowok itu bertepuk tangan dengan meriah dan berjalan ke hadapan Nayla, senyum miring terbit di bibir tipisnya namun, menyimpan banyak 'bisa' yang mematikan. Ucapannya sama seperti ular menurut Nayla.
"Akting lo bagus, tadi gue sempat percaya."
Akting?
Akting dia bilang?
"Itu bukan akting atau semacamnya, gue serius Brengs3k! Dan lo harus bertanggungjawab."
"Lo udah punya pacar?"
.
.
.
.
.
.
.
GIMANA? GIMANA? NGESELIN BANGET KAN SI COWOKNYA?😂 SABAR YAH, NAY.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Nacita
wahhhh gue emosi sm s cowo gila 😂
2022-01-25
0
Zabarra
mank gak berdarah pa udh diperawanin,tinggal tunjukin sepreinya lach.oon amat
2020-11-12
2
Nurfi Susiana
pen aq gampar mulut tu cowok sampai jontor
2020-09-30
5