LIABILITY; 18

"Raka ke club sendirian, kok bisa?"

"Mana gue tau, eh lo tau darimana?"

"Si Randu nge-chat gue trus pap Raka yang udah mabuk berat."

"Mau lo susulin, nggak?"

"Iya-iya lah, gue takut Raka kehilangan kendali." Gino memutuskan panggilan terlebih dahulu.

Cowok berkaos abu itu berjalan cepat keluar dari rumah dan mengendarai motor harley hitamnya, melajukannya membelah jalan raya untuk segera sampai di kelab besar di kota ini. Kelab biasa yang mereka gunakan untuk melampiaskan gairah mereka sebagai cowok dewasa yang normal. Yah, Gino memang bukan cowok baik-baik, dia sudah sering havingseks dengan perempuan mana saja yang bersedia menyerahkan diri. Gino tidak pernah memaksa, dia juga akan memikirkan matang-matang perbuatannya jika sampai kebla-blasan, terakhir kali Gino meniduri perempuan satu Minggu yang lalu.

Morgan pun sama, hanya bedanya dia lebih sering melakukan daripada Gino. Jangan menghujat mereka berdua, para cewek tidak tahu berada di posisi mereka. Gino dan Morgan juga tidak memaksa, mereka berduit, dan hanya ingin melakukan pada cewek yang juga sama ingin. Atas dasar sama-sama sadar. Berbeda dengan Raka, cowok itu takut menyakiti hati mamanya, dan pertemuannya dengan Agatha semakin membuat Raka tidak ingin melangkah lebih dalam menyentuh perempuan. Hanya sebatas pegangan tangan, pelukan jika perlu, dan maksimal cium kening.

Beruntung sekali Agatha.

"Dasar bodoh! Lo ngapain minum sebanyak itu?!" Gino menarik kerah belakang kaos Raka hingga tubuh temannya itu berakhir naas di atas lantai. Raka meringis kesakitan, memegang pinggangnya yang nyeri karena ulah Gino. Gino menarik pergelangan tangan Raka membantunya berdiri. "Ngapain lo datang ke sini seorang diri? Mau dijebak sama orang-orang yang dengki sama lo?" pungkasnya marah.

"Biarin aja, gue nggak peduli!" balas Raka berteriak, kepalanya pening, tatapan matanya berkunang-kunang dan blur untuk sesaat. Senyum culas terbit di bibirnya tatkala melihat Gino yang menunjukkan sisi marah. "Bukannya lo juga dengki sama gue? Lo iri sama gue, kan? Trus kenapa lo masih perhatian sama gue? Ini saatnya lo ngancurin gue, Gi." Raka menepuk-nepuk pundak Gino, dia tersenyum lebar gara-gara pengaruh alkohol.

"Gue emang nggak suka sama lo, tapi gue juga manusia yang punya sisi baik," pungkas Gino. Raka tertawa pelan, merasa lucu dengan ucapan Gino. "Lo juga tau gue nggak suka sama lo tapi kenapa lo mau temenan sama gue?" tanyanya lagi, Raka berhenti tertawa lalu mengangkat bahu tidak tahu.

"Raka, astagaaa! Nggak ngajak-ngajak lo?!! Ngapain--AWW, APAANSIH LO, GIII?!" Morgan memekik sakit saat Gino menjitak keningnya keras. Tenaganya dikerahkan, tidak tanggung-tanggung hingga meninggalkan jejak merah. "Ya udah 'sih, yah. Eh, gue udah lama nggak main-main. Gimana kalau kita main bertiga? Gue yakin Raka udah tertarik."

"Tertarik?"  Raka membeo tidak tahu. Sudah dibawa kendali alkohol, cowok itu menepuk pundak Raka dan Morgan bersamaan dengan kedua tangannya. Dia memilih melenggang pergi. "Gue mau, tapi sama Agatha," tuturnya tersenyum manis. Gino menghela napas berat, Morgan tersenyum dan mengangkat jempol tinggi-tinggi.

"Jangan lupa pake pengaman, jangan kasar-kasar juga," peringat Morgan terkekeh yang dibalas anggukan antusias oleh Raka sebelum melenggang pergi.

"Lo yakin Raka beneran ngelakuin itu?" tanya Gino duduk di tempat yang sempat Raka duduki. Morgan menyusul duduk di depannya, cowok berbaju tanpa lengan itu bergedik tidak tahu dan tertawa pelan. "Kalo gue nggak yakin," sambungnya lagi hingga tawa Morgan mereda.

"Gue yakin, Raka mabuk berat cuy, kita doain aja semoga sampai di apartemen Agatha dengan selamat."

Raka tidak ingat betul malam itu. Akan tetapi, samar-samar terlintas di otaknya hingga berusaha Raka kumpulkan kepingan demi kepingan. Saat ini, dia tengah duduk di pembatas rooftop, membiarkan angin menerbangkan anak rambutnya juga mengeringkan keringat hasil bermain futsal lima belas menit yang lalu.

Raka juga ingat betul saat Agatha datang pagi-pagi ke apartemennya dan menangis meminta maaf, membuat Raka tidak tega untuk marah berlama-lama. Raka sangat mencintai Agatha, si sulung Dirgantara itu tergila-gila pada sosok gadis sederhana seperti Agatha Queenera. Ini benar-benar cinta, bukan nafsu belaka. Raka tidak pernah berniat menghancurkan masa depan Agatha, bahkan untuk sekedar mencicipi bibir cewek itu karena Raka tahu jika ciuman pertama sangat berharga untuk kaum perempuan.

"Udah sadar, hm?"

Raka mendelik sinis, cukup kenal dengan pemilik suara itu. Nayla ikut duduk di samping Raka, menjuntaikan kakinya ke bawah tanpa takut di ketinggian lantai delapan ini. Netra Raka melotot melihat tindakan cewek itu, tidak sadarkah dia jika duduk di atas pembatas rooftop sangat berbahaya?

"Lo bisa jatuh, Nay," peringat Raka saat Nayla memposisikan tubuh untuk gaya duduk yang nyaman. Nayla tidak peduli dan tetap sibuk dengan kegiatannya. "Bisa nggak lo waras dikit jadi cewek? Jangan menyusahkan kaum cowok terus!" gerutunya lagi.

"Kapan gue nyusahin kaum cowok? Kalaupun ada yang gue susahin itu bapak gue yang di kampung, nggak ada lagi. Jadi, jangan ngomong seolah-olah gue pernah nyusahin lo!" pungkas Nayla. Wajahnya menampilkan mimik wajah tak bersahabat. Dia kembali meluruskan pandangan. "Kenapa 'sih, lo susah banget gue suruh tanggung jawab? Apa gue seburuk itu sampai lo nggak mau nikahin gue?"

"Astaga, Nay! Gue udah punya pacar, dan nggak mungkin gue nikah sama cewek yang sama sekali nggak gue suka. Kita juga baru bertemu beberapa hari. Jangan berpikiran gila lagi!!"

"Tapi lo udah kelewat batas sebagai cowok. Tindakan lo nggak bisa gue maklumin, yang korban di sini itu gue! Bukan lo. Yang hancur di sini itu gue, bukan lo! Sadar diri bisa? Jangan bertingkah seolah-olah gue yang salah seutuhnya!" Suara Nayla bergetar, tetapi dia tidak menangis.

"Gino dan Morgan aja sering melakukan itu. Gue nggak pernah, masa iya sekalinya ngelakuin gue sama lo bukan Agatha, nggak seru dong lepas perjaka gue. Intinya nggak mungkinlah!" Raka mengibaskan tangan dan menggeleng pelan. Melirik Nayla yang terdiam kaku, berusaha mati-matian untuk menahan air mata yang ingin merembes keluar.

"Lo nggak boleh sejahat itu, Ka. Gue tau lo nggak mungkin setega itu," lirih Nayla. Cewek itu menolehkan wajah ke arah lain agar Raka tidak dapat melihat wajahnya walau dari samping. "Gue juga punya pacar Raka. Dan dia nggak pernah sekalipun nyentuh gue, lo yang pertama," tuturnya lagi.

"Kalo gitu minta pertanggungjawaban pacar lo aja, gue nggak mau sampai kapanpun! Gue juga nggak ingat pernah melakukan."

.

.

.

.

.

BARU TAU KALO GINO DAN MORGAN TERNYATA SUKA IYA-IYA 😂

CERITA INI LEBIH NAKAL DARI CERITA AKU YANG LAIN.

SALAM DARIKU,

SYUGERR

Terpopuler

Comments

Nacita

Nacita

yg td ngfans gino siapa 😂😂 setelah tau kelakuannya gtu msi maukah 😂😂

2022-01-25

0

Shofiena Elsazi

Shofiena Elsazi

kirain Gino paling bener , ternyata....

2020-09-20

0

🐈ˢᵏ•❦𝕎𝕒𝕥𝕪🌷

🐈ˢᵏ•❦𝕎𝕒𝕥𝕪🌷

bener benerbso raka ngajak gelut

2020-07-17

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!