Kanker Stadium Akhir

Setelah melakukan kegiatan panas bersama-sama. Pengantin baru itu tidur terlelap, tidak ada yang lebih nikmat selain berhubung badan dalam ikatan yang Halal. Didoakan oleh para malaikat, mendapatkan ridho Allah dan berlimpah pahala yang didapatkan.

Percayalah, berhubungan di luar nikah tidak terasa nikmat, hanya nikmat sebentar, lalu tumbuk penyesalan seumur hidup. Berbeda setelah menikah, nikmatnya terasa dan pahala yang didapatkan sangatlah banyak.

Al-Ghazali terlalu kaku, karena ini adalah malam pertamanya. Tetapi, Laras mengajari Al-Ghazali dengan baik, sehingga malam itu menjadi malam paling bersejarah bagi keduanya.

Laras tak dapat menutupi rasa bahagia nya. Karena setiap sentuhan yang diberikan oleh Al-Ghazali, diiringi kata pujian oleh bibir pria itu. Padahal, Laras sudah tidak perawan, tetapi, Al-Ghazali tak jijik sama sekali. Dia menjadikan Laras sebagai ratu di hatinya.

Saat tengah malam tiba, Al-Ghazali terjaga. Pria Sholeh itu membuka matanya, saat rasa sakit itu kembali datang.

"Astaghfirullah ya, Allah," lirih Al-Ghazali pelan. Dia segera beranjak dari ranjangnya berlari masuk ke dalam kamar mandi. Dia memuntahkan seteguk darah. Wajahnya sangatlah pucat, keringat dingin membasahi tubuhnya. Pria itu menatap wajahnya di depan cermin.

Tes.

Cairan kental berwarna merah keluar dari hidung Al-Ghazali. Pria itu segera mengelap darah yang keluar dari hidungnya.

"Ya Rabb … sakit sekali," lirih Al-Ghazali tanpa sadar meneteskan air matanya. Dia berusaha tegar di hadapan semua orang. Tidak ada yang tahu kalau Al-Ghazali mengidap penyakit mematikan yaitu kanker otak stadium akhir.

Dokter mengatakan Al takkan lama lagi bisa hidup. Waktunya terbatas, hanya sembilan puluh sembilan hari lagi. Setelah itu Al-Ghazali akan meninggal.

Pemuda Sholeh itu sudah berjuang selama lima tahun terakhir untuk sembuh. Nyatanya obat-obatan yang diminum oleh Al-Ghazali, tak mampu membuat penyakitnya sembuh.

"Ya Rabb … kalau memang ini adalah takdir yang telah Engkau tetapkan untuk hamba. Maka hamba ridho … Engkau telah mengambil orang tua dan adik hamba. Bila Engkau ingin memanggil hamba juga. Hamba ridho … asalkan jangan ambil keimanan hamba ya, Rabb!"

Al-Ghazali bergumam pelan. Dia berusaha untuk kuat. Dia mencuci wajahnya asal, setelah dipastikan wajah Al-Ghazali kembali putih bersih, barulah pria itu keluar dari kamar mandi.

Dia berjalan mendekati kopernya, lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna biru. Al-Ghazali mengambil obat-obatan, lalu segera memasukkan ke dalam mulut dan meneguk air putih hingga tandas.

"Euggg … Mas," rengek Laras dengan mata terpejam seraya meraba-raba tempat tidur di sebelahnya.

Al-Ghazali tersenyum, dia merasa terhibur mendengar rengekan Laras. Segera saja pria itu naik ke atas ranjang dan masuk ke dalam selimut.

Dia menarik Laras masuk ke dalam pelukannya. Gadis itu menenggelamkan wajahnya ke dalam dada bidang Al-Ghazali. Dia merasa sangat nyaman berada dalam pelukan Al-Ghazali.

"Sutt … tidurlah! Ada aku di sini," bisik Al-Ghazali pelan. Dia kembali menepuk punggung Laras dengan pelan dan lembut. Pria itu tidak bisa melanjutkan tidurnya. Pikirannya tertuju pada masa depan.

Menghela nafas berat, Al-Ghazali tak mau terlalu memikirkan sesuatu yang tidak pasti bisa dia rasakan.

"Untuk apa memikirkan masa depan? Untuk hidup besok saja, mungkin aku tidak bisa, karena keburu di panggil sama Allah," gumam Al-Ghazali pelan.

Pria itu memejamkan matanya, mencoba untuk tidur. Hingga pada akhirnya mereka berdua terlelap bersama.

*

*

Suara alarm ponsel Al-Ghazali berbunyi. Pria itu langsung terjaga, sudah saatnya dia sholat subuh. Al-Ghazali segera membangunkan sang istri dengan lemah lembut. Ditepuknya pipi Laras dengan pelan.

"Laras, bangun! Ras … kita sholat yuk! Biar aku yang jadi imamnya," ajak sang suami berusaha membangunkan sang istri.

Seruan pertama tidak dihiraukan oleh Laras. Dia hanya bergumam pelan. Wanita itu tidak sanggup membuka matanya, terlalu awal untuk bangun tidur. Biasanya Laras selalu bangun jam sembilan pagi.

"Laras, ayo bangun, Sayang! Kita sholat berjamaah. Biar bisa masuk surga berjamaah juga," ujar Al-Ghazali sekali lagi memakai kata sayang.

Langsung mata Laras terbuka lebar. Mendengar panggilan sayang dari Al-Ghazali, seolah sebagai alarm dalam kepalanya. Dia tidak tau harus merespon apa, yang jelas saat ini bibirnya melengkung ke atas. Dia tersenyum lalu mengedipkan matanya berkali-kali, mendongak menatap Al-Ghazali.

"Ta-tadi kamu panggil aku apa? Sa-sayang?" tanya Laras dengan suara terbata-bata. Sontak saja pipi Al-Ghazali memerah. Pria tampan itu menganggukkan kepalanya. Dia tersenyum malu, sebab untuk pertama kali dia memanggil wanita lain dengan panggilan sayang. Dulu panggilan itu hanya ia gunakan untuk memanggil asik perempuan nya saat masih kecil.

"Ekhm … ayo bangun! Kita sholat berjamaah, nanti takut telat dan pahalanya berkurang," ujar Al-Ghazali berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia segera bangkit duduk, namun Laras langsung menarik lengan Al-Ghazali kembali. Membuat pria itu tidur terlentang dan Laras langsung naik ke atas tubuh Al-Ghazali.

"La-laras, apa yang kamu lakukan? Jangan aneh-aneh, nanti kita bisa terlambat untuk sholat!" pekik Al-Ghazali panik, takut kalau sampai Laras menggodanya dan dia terlambat sholat subuh.

Laras tersenyum sinis, dia menatap Al-Ghazali dengan mata genitnya.

"Jawab dulu, tadi kamu panggil aku sayang, 'kan?" tanya Laras dengan cepat memakai nada sensual, membuat pipi Al-Ghazali merona. Pria tampan itu tidak tahu harus berkata apalagi. Dia hanya bisa menelan ludahnya kasar.

Tadi dia tidak bisa mengarah lisannya untuk memanggil Laras dengan panggilan Sayang. Alhasil, begini jadinya.

"I-iya … sudah, 'kan? Bisa kamu turun dari atas tubuhku?"

Al-Ghazali memilih untuk mengakui perbuatannya. Agar Laras tidak memperpanjang dan membuat sholat subuh mereka terlambat.

Laras yang mendengarnya pun tersenyum cerah. Dia segera bangkit dari tubuh Al-Ghazali dan turun dari ranjang. Rambut keduanya masih basah. Mereka lebih dulu mandi besar setelah melakukan hubungan intim. Awalnya Laras ingin nanti saja, tetapi, Al-Ghazali mengajaknya mandi bersama dan mereka juga melakukan satu ronde dalam kamar mandi.

"Ayo kita sholat, Mas. Biar nggak telat!" ajak Laras cepat membuat Al-Ghazali mendengus kesal.

"Dari tadi yang aku bilang juga apa?" sungut Al-Ghazali dengan nada kesal.

Gadis itu hanya tertawa cengengesan. Mereka berdua segera mengambil air wudhu dan sholat berjamaah. Setelah sholat, bawaannya Laras ingin tidur. Tetapi, Al-Ghazali tidak mengizinkan nya.

"Tapi, aku ngantuk, Mas!" rengek Laras manja membuat Al-Ghazali langsung menatapnya intens.

"Tidak boleh, Laras. Tidur setelah sholat subuh hanya akan menambah kemiskinan. Kalau ngantuk, nanti tidur sebelum sholat Dzuhur sejam. Sekarang kita lebih baik langsung pulang ke rumah ku, terus olahraga dan mandi lagi, kemudian tidur!" tegas Al-Ghazali membuat Laras mengerucutkan bibirnya.

"Terus sarapannya kapan?" tanya Laras kesal, karena Al-Ghazali tak menyebutkan mereka akan sarapan.

"Tahun depan," balas Al-Ghazali bercanda membuat Laras jengkel.

"Mas!" pekik Laras kesal dengan nada manja membuat Al-Ghazali tertawa.

"Iya, nanti di jalan pulang kita sarapan di restoran atau warteg. Kalau enggak, aku yang masak. Kebetulan di rumah masih banyak bahan makanan yang bisa diolah!" balas Al-Ghazali membuat Laras mengangguk kepalanya semangat.

*

*

Bersambung

jangan lupa like coment vote dan beri rating 5yah kakak 🥰🥰

salem aneui Nanggroe Aceh

Terpopuler

Comments

revinurinsani

revinurinsani

kalo dapet donor otak gimana...soalnya aku pernah baca novel juga yang sama tapi Raditya kanker hati stadium akhir dia dapet donor hati langsung sembuh..apakah otak bisa di donor tor?

2023-11-25

0

Adelia Rahma

Adelia Rahma

semoga penyakit Al bisa sembuh dan bahagia dgn anak istrinya kelak

2023-10-24

0

Musniwati Elikibasmahulette

Musniwati Elikibasmahulette

dokter bukan ALLAH ,Kematian hanya milikNYA ,
dan tidak ada yang mustahil

2023-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!