Kakak-kakak … please, bantu karya ini masuk ke dalam rangking karya baru ya 🙏🥺🤭. Dengan cara komentar, oke, vote dan kasih rating 5.
...----------------...
"Besok kita nikah? Kamu serius?" tanya Laras terbata-bata. Dia tidak bisa menahan keterkejutan nya. Tidak menyangka kalau Al-Ghazali akan mengajaknya menikah secepat ini.
Dia mengira kalau Al mengajaknya menikah Minggu depan atau bulan depan. Bukan besok.
Al-Ghazali menatap Laras dengan wajah polos atau WATADOS (wajah tanpa dosa). Seolah-olah dia tidak bersalah apa-apa.
"Iya, emang kenapa?" tanya Al-Ghazali polos membuat Laras menggigit bibirnya.
Haiss … kalau saja Al-Ghazali pria sembarangan. Sudah pasti sekarang Laras akan mencium bibir merah meraih itu dan mencubit pipi Al. Tetapi, tak bisa. Dia harus menjaga rasa gemasnya, karena Al masih haram untuk di sentuh.
"Cepat sekali? Ku kira kamu akan mengajak ku menikah bulan depan atau paling cepat Minggu depan. Eh tahu-tahunya besok!" jelas Laras dengan nada kesal.
Belum sempat Al menjawab, tiba-tiba Laras tersenyum genit. Dia menatap pria itu dari atas sampai bawah.
"Oh aku tahu, kenapa kamu nggak sabar nikah! Udah kebelet belah duren, 'kan? Ayoo … ngaku, pasti penasaran gimana rasanya awowok!" goda Laras dengan segala pikiran kotornya. Membuat Al langsung menatap horor wajah tengil Laras.
Pria kalem itu pun tak bisa menahan kekesalan nya. Dia berdecak pinggang lalu menatap tajam gadis kecil yang kini tertawa cekikikan di atas ranjang rumah sakit.
"Kamu ini ya! Bener bener nyebelin. Saya Dian dari tadi diam, karena nggak tahu harus jawab apa dan saya kira kamu bakal diam. Nyatanya mulut mu sangat nakal yah! Pengen saya jewer rasanya telinga kamu! Awas … nanti kalau udah jadi istri saya. Bakal saya jewer telinga kamu, kalau berani ngomong m*sum kayak tadi!"
Al-Ghazali mengomeli Laras untuk pertama kalinya. Dia sudah berusaha untuk sabar dan kuat iman, tetapi, Laras terus-terusan menggoda nya. Wajar kalau dia mengambil keputusan untuk menikahi Laras besok. Sebab, berdekatan dengan Laras iman Al serasa naik rollercoaster.
Naik nya lama, turunnya cepat. Apalagi setiap saat Laras menggoda nya.
Laras yang melihat Al-Ghazali mengomel untuk pertama kali pun hanya bisa tertawa cekikikan. Dia merasa senang, karena Al memarahinya.
"Nah, ini yang aku mau! Kamu tuh nggak datar dan sikap kamu nggak monoton. Setiap kamu ngomong tuh adem bawaannya, nggak ada emosi. Nggak pernah marah, wajah kamu pun sangat bersahabat dan sikap kamu sopan. Aku tuh nggak bisa! Lebih tepatnya belum terbiasa sama orang yang sopan santan seperti kamu!" jelas Laras apa adanya membuat Al-Ghazali memutar bola matanya malas.
"Sopan santun, bukan sopan santan!" ralat Al-Ghazali kembali sabar membuat Laras tertawa cekikikan lagi dan lagi.
"Terserah deh, pokoknya, kamu jangan terlalu sopan dan adem. Aku belum terbiasa! Karena lingkungan ku semuanya jahat dan kasar. Kalau ngomong tuh nggak pernah di filter. Pakaian mereka rapi, tapi lisan mereka kotor. Jadi, saat aku denger kamu ngomong. Aneh aja gitu! Tapi, bukan berarti aku suka pria kasar, ya. Hanya saja … aneh gitu, Al!"
Laras menceritakan bagaimana dia tumbuh remaja di dalam lingkungan yang tidak baik. Mereka semua orang jahat. Al Ghazali yang mendengarnya pun paham.
Pria itu kembali tersenyum lembut ke arah Laras.
"Nggak apa-apa. Perlahan-lahan aku akan menuntun kamu agar menjadi pribadi yang sopan santun dan punya rasa kemanusiaan yang tinggi! Nanti kamu juga sebaliknya, kalau ada sikap ku yang tidak baik, kamu bisa tuntun aku menjadi lebih baik lagi!" balas Al Ghazali kembali lemah lembut.
Sejujurnya Laras ingin menangis sekarang, namun, dia tahan sekuat mungkin dan berlagak seperti biasa-biasa saja.
Laras tahu pasti kalau Al-Ghazali punya ilmu agama tinggi. Tetapi, dia tidak menyangka kalau pria ini akan sangat menghargai nya yang punya lisan kotor dan tak sopan.
Di masa lalu Laras pernah berpapasan dengan orang yang ahli agama. Berpakaian tertutup, gamis panjang dan jilbab menutupi hingga perut. Tetapi, melihat cara Laras berpakaian saja mereka menatapnya dengan sinis. Seolah Laras jelas neraka nya.
Bahkan, ada yang tega mengatakan. "Allah pasti tidak akan mau mengampuni orang sepertimu!" Waktu itu Laras hanya berlagak biasa saja, tetapi, diam-diam dia menangis.
Sekarang Laras baru mengerti. Ada dua tipikal orang Sholeh, yang pertama ilmu agamanya tinggi, tetapi merasa paling Sholeh. Yang kedua, ilmu agamanya tinggi, tetapi merasa diri paling salah.
Kembali lagi pada Laras. Dia terdiam beberapa saat, lalu kembali berbicara saat air matanya tak lagi menumpuk di pelupuk matanya.
"Ekhm … jadi, pulang dari sini, kita bakal ketemu sama nenek kamu?" tanya Laras mengalihkan pembicaraan membuat Al Ghazali menganggukkan kepalanya.
Belum sempat menjawab, seseorang mengetuk pintu, membuat Al segera berbalik badan dan membuka pintunya.
Tampak seorang pria paruh baya memakai baju orange mengantarkan paket untuk Al.
"Assalamualaikum, Pak. Ini ada paket COD atas nama Teuku Muhammad Al-Ghazali, kata suster di depan tadi, orang nya ada di ruangan ini!" ujar pria itu membuat Al tersenyum ramah.
"Benar, Pak. Terima kasih banyak yah!" Al memberikan tiga lembar uang merah ke pria paruh baya itu.
"Lebihnya ambil buat bapak aja."
"Wah, Alhamdulillah. Terima kasih, Pak. Semoga berkah rezekinya!"
Kemudian, Al menutup pintu kamar, setelah pria paruh baya itu pergi. Laras mengernyitkan dahinya ketika melihat Al membawa kotak paket untuknya.
"Apa ini, Al?" tanya Laras penasaran.
Al Ghazali tersenyum manis. Dia segera merobek bungkusan paketnya. Dia mengeluarkan sepasang gamis dan jilbab dengan warna senada. Warna pink soft.
Laras menekan ludahnya kasar, saat melihat gamis itu.
"Kamu pakai pakaian ini ya?" pinta Al-Ghazali lembut menatap calon istrinya.
Laras yang mendengarnya pun hanya mampu membuka mulutnya lebar. Dia tidak tahu harus berbuat apa, tubuhnya membatu.
Seumur hidup dia tidak pernah memakai pakaian tertutup. Laras mantan gundik, bajunya terbuka, bukan tertutup seperti ini.
"Al, a-aku–,"
"Kapan lagi kalau bukan sekarang kamu hijrah," potong Al cepat membuat tangan Laras gemetar.
"Aku juga mau hijrah, tapi, bukan sekarang. Minggu depan, tahun depan, pokoknya nanti!" elak Laras tak berani memakai gamis.
"Kalau kamu meninggal nya hari ini gimana?" tanya Al cepat membuat Laras merasa tertampar.
"Setiap muslimah wajib pakai jilbab. Oke kalau kalian nggak mau pakai jilbab di dunia, tapi, ingat! Saat kalian meninggal, mau tidak mau kalian bakal dipakaikan hijab. Bedanya hijab kalian terbuat dari kain kafan. Warnanya putih bersih. Jangan sampai saat di alam kubur nanti, malaikat bingung melihatnya. Di catatan malaikat, kalian tidak berhijab di dunia, terus, kenapa tiba-tiba pake hijab. Nggak lucu kan, kalau sebelum malaikat bertanya siapa Tuhanmu? Malaikat nanya, kamu siapa? Kok sekarang pake jilbab?"
Al berbicara dengan lugas memberikan nasehat untuk Laras. Gadis itu benar-benar merasa tertampar.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem aneuk Nanggroe Aceh ❤️🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
mama fia
ceritamu bagus Thor..lanjut cerita yg lainnya..
2024-02-28
0
Adelia Rahma
semoga kelak anakku mendapatkan jodoh nya seperti Al Aamiin
2023-10-24
0
Hanizar Nana
ada ngak yg kayak mas Al satu LG Thor 😁
2023-07-31
0