Sekedar informasi, novel author banyak religi, dan kalau bahas soal agama sangatlah sensitif. Kalau memang ada yang salah, bisa dikoreksi dengan cara yang halus dan sopan. Author hanya manusia biasa yang punya banyak salah dan sebelum menulis, pasti meriset nya terlebih dahulu.
Segala yang baik berasal dari Allah dan segala yang buruk berasal dari author sendiri 🙏🙏🥰
Kalau ada typo bisa bantu koreksi di paragraf nya ya, Bun. Biar author perbaiki hehe. Soalnya kadang nulis buru-buru, karena real life juga ada kerjaan. 😁
...****************...
Al-Ghazali membawa Laras ke hotel. Mereka akan bermalam di sana, selama perjalanan Laras merasa sangat gugup. Baru kali ini dia berhubungan dengan pria dalam ikatan yang halal. Biasanya Laras hanya memasang wajah datar dan sesekali tersenyum nakal agar pelanggan nya senang.
Berbeda dengan sekarang, dia menjadi salah tingkah dan malu-malu kucing. Setelah membuka pintu kamar hotel, barulah Laras melepaskan hijabnya. Dia langsung melempar hijabnya ke atas ranjang.
"Kamu gerah?" tanya Al-Ghazali seraya menaikkan alisnya.
Laras mengipasi wajahnya, sebenarnya bukan gerah tetapi, dia gugup dan salah tingkah.
"He'um." Laras menganggukkan kepalanya. Dia tidak berani menatap Al-Ghazali. Pria itu tersenyum kecil.
"Kok bisa gerah? Padahal cuaca tadi siang mendung!" balas Al-Ghazali mampu membuat Laras bungkam. Gadis itu merasa sangat malu, Al-Ghazali yang melihatnya pun tersenyum geli.
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tadi, mereka menghabiskan waktu untuk jalan-jalan ke pantai setelah akad. Laras merasa sangat senang, dia bermain ombak di pantai. Hari ini juga merupakan hari pertama untuk Laras menunaikan sholat setelah sekian lama.
"Eum … aku gerah saja karena belum terbiasa pakai jilbab!" balas Laras salah tingkah.
Al-Ghazali hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakukan istrinya. Pria itu pun membuka kancing bajunya dengan santai membuat Laras melirik ke arah Al-Ghazali.
Pria itu tersenyum kecil. Dia menghentikan aksinya, lalu mendekati Laras. Sedangkan gadis itu pura-pura bersiul dan melihat cicak di dinding.
"Apa kamu nggak mau membantuku membuka baju? Biar dapat pahala banyak?"
Al-Ghazali bertanya sekaligus menawarkan pekerjaan untuk Laras agar wanita itu punya banyak pahala. Mendengar pertanyaan Al-Ghazali membuat Laras sekuat tenaga menahan senyumnya.
"Ekhm … mau! Tentu saja aku mau banyak pahala."
Laras segera membuka kancing baju Al-Ghazali. Mata gadis itu serius melihat kulit badan Al yang bersembunyi di balik pakaian Koko nya. Mulut Laras menganga saat melihat otot perut tubuh suaminya.
"Waw … ada udang di balik bakwan," gumam Laras perlahan ingin membelai perut Al-Ghazali.
"Aku halal bagimu!" ujar Al membuat Laras menatap wajah suaminya. Tatapan mereka bertemu. Tentu saja Laras lahan apa yang dikatakan oleh Al-Ghazali. Dia pun tersenyum manis.
"Tapi, sebelum itu kita berdua mandi dulu, setelahnya sholat Sunnah dua rakaat lanjut menunaikan ibadah lainnya!" tambah Al-Ghazali membuat Laras mengerutkan keningnya. Dia tidak paham mengapa harus sholat dua rakaat.
"Bukannya tadi sudah sholat di masjid ya? Kenapa sekarang sholat lagi?" tanya Laras penasaran membuat Al-Ghazali tersenyum manis.
"Tadi itu sholat isya, sekarang sholat Sunnah malam pengantin agar aktivitas kita berkat dan dijauhi oleh campur tangan setan!" balas Al-Ghazali membuat Laras manggut-manggut. Sang gadis tidak banyak lagi bertanya dia patuh pada sang suami.
"Baiklah, Mas Al. Aku patuh sama, Mas. Karena aku masih awam dan mas sudah paham!" celetuk Laras dengan senyuman manis terpasang di wajahnya.
Al-Ghazali yang mendengarnya pun tersenyum senang. Tidak masalah kalau istrinya tak paham agama, yang penting patuh pada perintahnya. Dia bisa membimbing Laras ke jalan yang benar.
"Kita mandi berdua ya! Biar cepat!"
Al-Ghazali segera masuk ke dalam mandi meninggalkan Laras yang terbengong di lua kamar mandi. Setelah beberapa saat dia tersadar, karena mendengar suara teriakan Al-Ghazali memanggil nya.
"Istriku!" panggil Al-Ghazali manis membuat Laras tersenyum geli. Dia merasa senang sekaligus geli, mendengar Al-Ghazali memanggil nya dengan sebutan istriku.
"Baik suamiku!" Laras segera menanggalkan gamisnya. Dia masuk ke dalam kamar mandi hanya menggunakan pakaian dalam. Sontak saja Al yang melihatnya pun terkejut.
Pria itu termangu. Dia ingin membuang wajah ke arah lain, tetapi Laras langsung memeluk tubuh telanjang Al-Ghazali.
"Aku halal bagimu, Mas. Jangan buang pandangan mu ke arah lain!" pinta Laras dengan suara lembut membuat Al-Ghazali sedikit tenang.
Degup jantung Al-Ghazali sangatlah cepat. Pria itu baru pertama kali berpelukan dengan lawan jenis. Pipi dan telinga nya merah merona.
"Kita mandi sekarang," balas Al-Ghazali pelan.
Laras menganggukkan kepalanya. Meski gadis nakal itu ingin sekali memeluk dan mencium Al-Ghazali. Dia tahan sekuat mungkin, karena ingin melakukan nya setelah mereka sholat Sunnah.
Keduanya segera mandi bersama. Tanpa banyak melakukan hal yang intim. Setelah selesai mandi, tak lupa keduanya berwudhu.
Kemudian, Laras mengeringkan rambutnya. Barulah mereka siap-siap melaksanakan sholat Sunnah.
"Allahu Akbar."
Laras mengikuti gerakan Al-Ghazali. Dari awal sampai akhir. Dia sholat dengan khusuk, meski bisikan setan terus mengganggunya.
"Assalamualaikum warahmatullah."
Mereka berdua telah selesai melakukan sholat Sunnah. Kemudian, Al-Ghazali berdoa demi keberkahan malam pertama mereka.
"Bismillah Allahumma jannibnaasy syaithoona wa jannibisy syaithoona maa rozaqtanaa.” Artinya: Dengan (menyebut) nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari (gangguan) setan dan jauhkanlan setan dari rezeki (bayi) yang akan Engkau anugerahkan kepada kami."
"Aamiin Allahumma aamin."
Laras ikut mengamini. Setelah selesai, mereka berdua melepaskan pakaian mereka. Saling bertatapan satu sama lain. Al-Ghazali pun langsung mengecup kening Laras dengan penuh kelembutan. Setetes air mata keluar dari pelupuk mata Laras. Gadis cantik itu menangis, membuat Al-Ghazali merasa heran.
"Hey, ada apa? Apa aku menyakitimu?" tanya Al yang tak lagi formal. Dia telah menggunakan kata 'aku'.
Dia mengusap pipi Laras dengan lembut. Gadis cantik itu tersenyum getir, dia menggelengkan kepalanya.
"Maafin aku, Mas. Hiks … aku tidak bisa menjaga kehormatan ku! Aku sudah ternoda sebelum bertemu dengan kamu. Aku sudah tidak perawan lagi!"
Laras menangis sesenggukan. Dia merasa sangat malu dan hina. Gadis cantik itu menundukkan wajahnya tak berani menatap Al-Ghazali.
"Lalu, kenapa kalau kamu tidak lagi perawan? Apa derajat mu turun menjadi binatang? Atau iblis? Tidak, bukan?" tanya Al-Ghazali dengan nada tegas bercampur kelembutan.
Laras terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Keperawanan perempuan memang sangatlah berharga. Tetapi, perempuan bukan hanya tentang perawan, perempuan terlalu luas. Kalau hanya diukur baiknya perempuan dari keperawanan nya saja. Maka, Malika seorang pelac*r di masa lalu, tidak akan melahirkan para nabi dari rahimnya. Belajar dari Malika, dia sama sepertimu … tapi, dia mau bertaubat, taubatnya diterima Allah dan namanya diabadikan dalam hadits. Saking baiknya Allah, seolah ingin mengatakan dari kisah Malika ini, kalau pengampunan Allah itu sangat luas, bahkan, seorang pelac*r saja kalau bertaubat derajatnya sangat tinggi di hadapan Allah."
"Jadi, tidak perlu merasa sedih. Cukup sesali dosamu di masa lalu, bertaubat dan berjanji tidak mengulangi nya lagi. Tidak perlu merendahkan diri di depan manusia dengan mengatakan 'aku kotor, aku hina'. Yang ada mereka malah semakin menghinamu."
Al-Ghazali memberikan nasehat pada istrinya dengan tegas bercampur lembut. Laras yang mendengarnya pun terharu dan terenyuh.
"Lalu, kenapa kamu tidak menghinaku, Mas?" tanya Laras dengan suara parau.
"Karena aku tidak latah menghina mu. Percayalah, satu jari menunjuk orang lain, tiga jari menunjuk kepada diri kita! Dan yang paling penting sekali! Aku adalah suamimu, tidak layak seorang suami menghina kekurangan istrinya."
Al-Ghazali menarik Laras masuk ke dalam pelukannya. Dia menepuk punggung istrinya dengan sangat lembut. Berusaha menenangkan Laras agar tak lagi sedih.
*
*
Ingat! Kisah Malika itu untuk wanita yang terlanjur berdosa dan mereka bertaubat. Bukan, untuk digunakan oleh wanita yang sengaja berbuat salah, lalu memakai kisah Malika sebagai pembenaran atas kesalahannya. 🙏
Bisa nonton ceramah ustadz Adi Hidayat tentang kisah Malika atau p*lacur yang bertaubat. Agar tidak salah kaprah dari kisahnya.
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem aneuk Nanggroe Aceh ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
revinurinsani
suka tor banyak ilmu nya
2023-11-25
1
Che Putri Badar
cerita yang apik thor....
2023-10-24
0
Adelia Rahma
banyak ilmu dlm cerita mu Thor.. sungguh ino bagus dan inspirasi agar kedepannya lebih baik lagi
2023-10-24
0