Setelah mencuci piring, Al-Ghazali berbalik badan. Dia melihat Laras yang berdiri mematung, seraya menangis. Sontak saja pria itu berubah khawatir. Takut kalau sesuatu yang buruk terjadi pada calon istrinya.
"Hey, kenapa kamu menangis? Apa ada yang menyakitimu, Laras? Cerita saja padaku?" tanya Al-Ghazali membuat Laras semakin terisak. Gadis itu menutup wajahnya.
Kembali Laras merasakan Dejavu, dia teringat saat pertama kali jatuh dari sepeda. Menangis kencang, membuat sang ayah segera keluar dari rumah.
"Hey, kenapa kamu menangis? Apa ada yang menyakitimu, Laras? Cerita pada saja ayah?"
Laras segera menghapus air matanya, dia tersenyum manis, meski matanya tetap berair. Al-Ghazali yang melihatnya pun merasa sedih, dia ingin sekali memeluk erat Laras saat ini. Menenangkan gadis itu agar tak menangis lagi, tetapi, dia tidak melakukan nya. Karena takut membuat Allah murka, sebab menyentuh wanita yang tak halal baginya.
"Aku tidak apa-apa! Cuma ingat almarhum orang tua ku saja! Kamu sangat mirip dengan ay–,"
"Suttt … jangan lanjutkan perkataan mu!" Al-Ghazali langsung memotong perkataan Laras. Dia menyela, lalu menatap Laras dengan serius.
"Kenapa?" tanya Laras heran seraya menaikkan alisnya sebelah.
"Berdosa hukumnya menyamakan calon suami atau suami dengan anggota keluarga mu. Kalau kita sudah menikah nanti! Dan kamu menyamakan aku seperti ayah kamu. Maka, sama saja kamu seperti berzina atau menikah dengan ayah kamu sendiri. Begitupun sebaliknya, aku tidak boleh menyamakan kamu dengan ibu, adik atau saudariku. Walau hanya mengatakan, 'masakanmu mirip dengan ibuku'. Itu namanya Zihar yaitu menyamakan istri atau suami dengan keluarganya. Haram hukumnya!" jelas Al-Ghazali panjang lebar membuat ilmu agama Laras bertambah.
Gadis itu baru mendengar tentang Zihar dari Al-Ghazali.
"Lantas, bagaimana dengan orang yang tidak tahu tentang Zihar dan tidak sengaja menyamakan suami atau istrinya dengan keluarganya?" tanya Laras penasaran.
"Maka di akhirat nanti dia akan di hukum karena ketidaktahuan nya, Allah akan bertanya mengapa dia tidak mau belajar agama! Sampai tidak tahu mana yang haram dan halal, mana yang boleh dan tidak boleh di lakukan!" jelas Al-Ghazali serius.
"Lalu, bagaimana kalau mereka tahu tentang Zihar, dan tidak sengaja melakukan nya. Apa mereka tetap di hukum?" tanya Laras lagi saking penasarannya dengan Zihar.
"Maka dia harus memerdekakan seorang budak atau hamba sahaya. Jika tidak mampu, diganti dengan puasa berturut-turut selama dua bulan, jangan sampai bolong, karena sekali bolong, kifarah nya gagal dan harus mengulangi puasanya lagi dari awal. Bila tidak sanggup, diganti dengan memberi 2,5 kg beras kepada orang miskin."
Al-Ghazali menjawab dengan jelas tanpa ada yang ditutupi. Laras menganggukkan kepalanya. Tanda dia sudah mengerti. Kemudian, Laras menatap Al-Ghazali lagi.
"Ck … sepertinya aku tahu kenapa aku bisa dapat calon suami sepertimu. Mungkin karena dulu orang tuaku berdoa di sepertiga malam, agar aku bisa mendapatkan imam yang baik seperti kamu!"
Laras menggoda Al-Ghazali membuat pipi pria itu kembali merona. Warna kulitnya yang putih, tampak kontras bila sedang merona malu.
"Apaan sih!" Al-Ghazali memutuskan untuk keluar dari area dapur. Membuat gadis itu mengekori Al-Ghazali dari belakang.
Mereka berdua melihat kakek dan nenek tertidur di kursi goyang mereka. Al-Ghazali pun langsung mengajak Laras pulang, tanpa berpamitan. Karena tahu betul kakak dan neneknya bila sudah tidur, susah untuk dibangunkan, dan kalau bangun akan merepet.
Al-Ghazali membawa Laras ke hotel. Laras akan tidur di sana, tak mungkin Al-Ghazali membawa Laras pulang ke rumahnya, bisa-bisa ada fitnah yang muncul.
"Malam ini kamu tidur di sini ya!" suruh Al-Ghazali membuat Laras menganggukkan kepalanya.
"Kamu akan tidur di rumah kamu?" tanya Laras penasaran.
"Nggak, aku akan tidur di kamar sebelah kamu. Kalau ada apa-apa kamu bisa Ketuk pintu kamar aku!" balas Al-Ghazali membuat Laras menganggukkan kepalanya.
Mereka pun berpisah. Masuk ke dalam kamar masing-masing. Al-Ghazali segera menghubungi temannya yang bekerja di KUA dan kantor catatan sipil.
"Tolong urus secepatnya," pinta Al-Ghazali pada temannya melalui telepon.
[Nggak bisa secepatnya, Al. Karena calon istrimu tidak punya kartu keluarga. Bahkan, dia tidak punya ijazah atau apa untuk di isi dalam formulir]
"Aku tahu kamu bisa mengurus semuanya, Salman. Makanya aku minta bantuan mu! Tolong bantu aku, nanti akan aku transfer uang buat kamu ngopi!" balas Al-Ghazali memberi kode membuat Salman di seberang sana tersenyum puas.
[Oh oke, aku bisa mengurus semuanya dengan beres. By the way aku suka ngopi di Starbucks, bukan di pinggir jalan! Kamu paham maksud ku!]
Al-Ghazali tersenyum tipis.
"Iya, aku akan mengirimkan uang lebih buat biaya istrimu lahiran. Ini bukan sogokan, tapi, aku memberikan apresiasi untukmu sebagai seorang teman!" jawab Al-Ghazali membuat Salman tertawa di seberang sana.
Al-Ghazali pun segera mengakhiri panggilan nya. Pria itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Teringat pertemuan nya dengan dokter sehari sebelum bertemu dengan Laras.
Al Ghazali tersenyum kecil.
"Ya Allah, hamba ikhlas menjalani hidup ini. Tidak masalah kalau umur saya pendek. Tapi, ya Rabb. Sebelum pergi dari dunia ini. Hamba ingin menikah, menjalankan Sunnah Rasulullah! Saya ingin melengkapi sebagian agama saya."
Al-Ghazali bermonolog pada dirinya sendiri. Seolah sedang berbicara dengan Allah.
Tidak ada yang tahu kalau Al-Ghazali memiliki penyakit mematikan. Pada dasarnya, orang baik selalu dipanggil pulang lebih cepat.
Al Ghazali sudah sangat merindukan Rabb nya. Dia juga tidur satu alam bersama kedua orang tuanya dan adik perempuannya yang telah Allah panggil terlebih dahulu.
Al-Ghazali bangkit duduk. Dia mengambil obatnya yang berada dalam tas kecil yang selalu dibawanya pergi ke mana-mana. Al Ghazali meminum obat tersebut. Setelah beberapa saat, Al Ghazali mengantuk. Dia tertidur pulas, karena efek obat.
*
*
Keesokan harinya, Al-Ghazali dan Laras segera berangkat ke KUA. Mereka telah memakai pakaian dengan warna senada yaitu warna putih. Laras sangat gugup. Dia bahkan, tidak merias wajahnya. Karena tidak memiliki makeup. Tetapi, wajahnya yang memang sangat cantik, tidak mengurangi kecantikan nya meski tidak makeup.
"Aku sangat gugup, Mas," lirih Laras pelan membuat Al-Ghazali tersenyum tipis.
"Ingat makan pertama kita! Biar nggak gugup," balas Al-Ghazali santai membuat Laras nyaris tersedak ludahnya.
*
*
Bersambung.
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
revinurinsani
ya Allah aku ga kuat nntinya kalo liat Laras bahwa Al bakalan pergi sejauh jauhnya
2023-11-25
1
Adelia Rahma
nah kan benar kalo Al itu sakit parah
2023-10-24
0
Ita rahmawati
wah mad al mulai nakal ya 🤭🤭
2023-07-12
0